Part 5

293 18 0
                                    

aloo, happy reading ya all!

○○○

Cavya membuka gerbang rumahnya lesu. Lagi-lagi ia pulang dengan membawa bucket bunga. Hari ini sudah sebulan sejak pertama kali ia mendapatkannya sejak saat itu.

Bedanya hari ini bucket itu tersimpan rapi diatas meja kerjanya. Biasanya ia akan mendapatkan bucket ini dari satpam kantor yang katanya dititipi oleh si secret admirer itu.

"Dari si secret admirer lagi, Kak?" Tanya Ibu yang sedang sibuk di dapur. Cavya mengangguk.

"Bucket-bucketnya selama ini Kakak simpan dimana?"

"Sebagian disimpan di lemari nakas. Sebagiannya lagi disimpan dipinggir rak buku"

"Buang aja lah, Kak"

Cavya menggeleng cepat, "Sayang, Bu. Walaupun bunga plastik, tapi itu bunga kesukaan aku"

"Ya tapi ga sampai penuhin lemari gitu, Kak. Cukup satu atau dua aja yang disimpan"

"Nggak. Aku mau tetap simpan bucketnya"

"Yasudah terserah kamu. Ada lemari gak dipakai di gudang, nanti minta bantu Ayah untuk pindahkan ke kamar kamu"

"Iya, Bu. Aku ke kamar, ya"

"Nanti malam turun untuk makan malam, Kak" Yang dibalas acungan jempol oleh Cavya.

○○○

Seusai makan malam, Cavya kembali ke kamarnya. Membawa bucket bunga yang hari ini ia dapatkan. Rambutnya sesekali berkibar tertiup angin malam, karena sekarang ia sedang di balkon kamarnya.

Keningnya mengerut saat mendapatkan surat kecil yang diselip diantara tangkai bunga itu.

Hai, suka gak 30 bucket bunganya? Ya walaupun bunga palsu, aku tetep pilih bunga kesukaan kamu, mawar putih, right?

Aku tahu, kamu pasti tahu aku siapa, kan? Kafi.

Hahaha. Hai, mantan. Aduh sakit banget hati aku panggil kamu mantan. Aku panggilnya, calon pacar lagi, ya?

Hai, calon pacar lagi. Besok temui aku di Cafe dekat taman kota, ya. Harus datang! Gak ada alasan kamu nolak, soalnya besok weekend. Hayo, mau jawab apa?

Aku juga gak mau kamu beralasan dengan 'ada urusan lain' aku gak percaya. Soalnya kamu pasti bohong, itu akal-akalan kamu aja biar gak ketemu aku, kan?

Jadi besok harus datang. Jam 3 sore.

Kamu masih ada nomorku? Atau sesudah kamu blokir aku saat itu, kamu hapus juga nomorku? Kalau iya begitu, ini nomorku 08***. Kamu harus hubungi aku saat kamu sudah baca surat ini.

Bay. See u, calon pacar lagi.

"Stress" Umpatnya menggumam. Ia sudah yakin jika si secret admirer itu Kafi. Ya siapa lagi yang membuang-buang uang dan waktunya hanya untuk memberi bucket pada Cavya si perempuan pasif?

Perlu diketahui. Dulu, saat mereka masih SMA, Kafi mendekatinya dengan memberi bucket bunga palsu selama 30 hari sebelum ia menampakan dirinya untuk pdkt langsung. Persis seperti apa yang ia lakukan sekarang, kan?

Cavya melipat surat itu cepat. Mengambil handphonenya dan memasukan nomor itu. Karena ia memang sudah memblokir dan menghapus nomornya saat itu.

Ia pandangi foto profilnya. Masih sama seperti dua tahun lalu. Foto punggung Kafi yang menatap langit malam. Dulu, ia juga memakai foto profil seperti itu. Foto punggungnya yang menatap langit malam, foto itu diambil ditempat yang sama. Foto profil couple.

"Apa aku harus hubungi dia? Tapi apa gak apa-apa?" Gumamnya. Ia takut jika menemui Kafi, rasa itu akan kembali muncul. Ia juga takut Kafi menganggapnya belum move on. Padahal, hm entah.

"Kakak!" Suara dobrakan pintu dan teriakan cempreng. Siapa lagi kalau bukan Caisya?

"Woah bunga ke 30, ya, kalau dihitung-hitung. Eh apa tuh, surat?" Lanjutnya.

Cavya mengangguk, "Dia minta Kakak untuk menemuinya besok"

Caisya membulatkan matanya, "Serius? Si secret admirer mau nampakin dirinya?"

Cavya mengangguk, "Dia Kafi, Dek"

"Kafi? Kok, namanya mirip sama mantan Kakak yang selingkuh itu, ya?"

"Memang orang yang sama"

"HAH?! DEMI APA KAK?! WAH GAK TAHU MALU TUH COWOK!" Teriaknya emosi, bahkan ia menarik lengan bajunya keatas seperti preman-preman yang mau berkelahi.

Cavya menggosok telinganya karena suara teriakan Caisya yang sangat menggelegar. "Berisik, Dek! Toa banget, sih!"

Caisya menghembuskan napasnya kasar, "Terus Kakak mau nemuin dia?"

Cavya mengangguk ragu, "Sepertinya iya"

"Gak! Aku gak bolehin Kakak untuk temuin dia!"

"Dih. Kok, larang-larang?"

"Ya gak apa-apa dong. Kakak juga suka larang-larang aku! Ini giliran aku yang larang-larang Kakak. Apa? Gak suka?"

Cavya memutar bola matanya malas, "Tapi saat itu Kakak belum denger penjelasannya. Besok Kakak akan temui dia untuk denger penjelasannya saja. Setelah itu, Kakak akan langsung pulang"

"Tapi aku ikut!"

"Apa, sih? Gak, ya! Ini urusan Kakak. Anak kecil gak boleh ikut"

Caisya cemberut, "Aku pengin cubit ginjalnya, Kak. Berani-beraninya selingkuhin Kakak"

Cavya terkekeh, "Nggak, Dek. Besok Kakak pergi sendiri"

"Terserah!" Ketusnya sambil menghentak-hentakan  kakinya keluar kamar Cavya.

Cavya menggelengkan kepalanya. Lalu fokusnya beralih ke handphonenya yang sedari tadi stay di roomchat Kafi. Ia menggerakan jarinya untuk mengirim pesan pada Kafi.

Kafi

Aku Cavya

Hai, Calon pacar lagi

Besok aku akan
temui kamu jam 3 sore

Oke!

Mau aku jemput?

Aku bisa pergi sendiri

Kamu masih terlalu
mandiri

Cavya hanya membaca saja chat dari Kafi. Ia tidak mau terlalu banyak berbasa basi. Yang penting ia sudah mengabari bahwa besok, ia akan datang.

○○○

siapa yang masih simpan barang pemberian mantan, kayak Cavya?

Ya gapapa ya. Kalo barangnya bermanfaat kenapa ngga, kan? Kecuali kalo yang masih disimpan itu bungkus coklatnya wkwk

Eh, udah vote? udah komen?
kalo belom, vote dan komen dulu ya all

Mantan? SIAPA TAKUT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang