Bab 31 psikolog?

2.6K 250 607
                                    

Iriana memandang putrinya lekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iriana memandang putrinya lekat. Tersenyum kecut, andai saja ia tidak datang entah apa yang terjadi dengan putrinya. Rencana ia akan ke restoran sushi untuk membelikan makanan atas permintaan Rafael, karena pemuda tersebut pecinta sushi dan salmon. Tapi begitu masuk, ia melihat putrinya yang menatap ke arahnya. Seakan tersadar raut pucat putrinya Iriana segera mendekat, ia semakin panik melihat darah yang mengalir dari hidung putrinya.

Baru saja anaknya keluar dari rumah sakit namun kini putrinya terbaring kembali di ranjang yang sama. "Izinkan aku merawat Zea setelah sadar."

Suara Iriana mengalihkan atensi kedua pria yang sibuk dengan kamunannya. Roy yang menatap Zea sendu. Dan Sean yang memandang lurus merutuki ke bodohannya.

"Tidak, Zea tetap bersamaku." ucap Sean menatap tajam mantan istrinya.

"Hanya sebentar, biarkan Zea iku aku dulu. Aku merindukannya." ujar Iriana penuh harap.

"Saya juga akan menjaganya, Sean." tambah Roy.

"Biar Zea sendiri yang membuat keputusan." Sean memandang putrinya yang terbaring.

"Aku keluar dulu." Iriana paham jika Sean ingin menghabiskan waktu dengan putrinya. Roy pun ikut bangkit mendapat tanda dari istrinya.

"Maafkan Papa, Papa bodoh hm?"

Sean membawa jari kecil putrinya ke pipinya. "Maaf, sayang."  Sean menyesali segalanya.

Didalam ICU tadi. Rekannya memaparkan jika Zea juga sepertinya kambuh dan Sean tak menyadari. Di tambah alerginya yang mencapai level parah membuat imun Zea menurun drastis apalagi setelah minggu kemarin Zea drop parah.

Cklek

Sean menoleh, mendapati Tari dan Zander memasuki ruangan. Netra Tari mengembun melihat tubuh ringkih Zea terbaring.

"Semua ini gara-gara aku, mas. Aku yang paksa Zea makan tadi." lirih Tari oenuh sesal.

Sean menggeleng, "Ini salah saya juga." Balas Sean kembali memandang wajah pucat itu.

"Saya yang tidak peka dengan tanda yang diberikan Zee. Zee tidak nyaman."

Zander menyaksikan betapa menyesalnya seorang ayah yang secara tak sadar membuat putrinya terbaring disini. Ia mendekat ikut melihat wajah Zea secara dekat.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A Piece Of ZEA'S MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang