15 minggu sebelum penyuntikan nasional.
Waktu berlalu, selama berminggu-minggu Nova mendalami potensinya dengan berbagai cara hingga pada akhirnya tepat di hari ini dia mengetahui bahwa dirinya bisa menyuruh roh-roh untuk melakukan sesuatu sederhana.
"Liat! Kalian harus ngerti." ucap Nova di depan kelas.
Pak Koko dan seisi kelas tampak fokus memerhatikan aksi Nova di depan papan tulis.
"Siapa nama mu?" tanya Nova.
Ditunggu punya tunggu selama beberapa detik mereka tidak melihat reaksi apa pun hingga tiba-tiba papan tulis kapur di depan Nova terisi sendiri dengan tulisan sebuah nama wanita yang tidak asing yaitu "Anggi".
"Anggi? Kok kaya kenal ya, temen kita ada yang namanya Anggi ya?" ucap Nova sambil melihat ke arah teman-temannya.
Dari mata nya terlihat wajah Dewi menegang juga Adit sangat memicingkan bola mata nya. Terlihat suasananya yang mulai membingungkan, Pak Koko mengambil alih perhatian dan kelas pun berlanjut.
...
"Lo bisa suruh dia berinteraksi lagi?" tanya Dewi kepada Nova.
Nova melihat ke sekitar ruang rekam dan dirinya mengangguk sambil berkata "Bisa, mumpung dia ada di sana."
Nova menunjukkan tangannya ke arah pojok kanan ruangan, sontak itu membuat Adit yang berada di sekitar pojok sana terbirit-birit mendekat.
"Dia selalu ada, ga pernah ninggalin aku kayanya dia nungguin aku buat bisa bikin interaksi sama dia deh." lanjut Nova.
"Ok! Gue mau nanya-nanya dia, gimana cara nya yah?" tanya Dewi.
Nova terlihat maju ke depan dan dirinya seperti berbicara dengan makhluk itu. Setelah menunggu beberapa saat, dirinya menyetel pengeras suara dan mikrofon tersebut sambil menjelaskan kepada teman-temannya.
"Aku bakal dirasukin dia, tapi suara dia kecil katanya jadi aku bakal pake alat-alat ini ya."
Adit dan Dewi pun mengangguk, mereka pun duduk bersama di dekat mikrofon yang menyala.
"Cek, 1-2-3." ucap Adit sambil mengetuk mikrofon. "Lancar, lanjut." sambungnya.
"Tangkep informasi sebanyak mungkin yah, gunain alat-alat di sini juga karena biasanya suara mereka ga bisa di denger sama manusia awam." ucap Nova sambil mendekat ke sofa.
Nova duduk di depan mikrofon dengan tenang, hembusan nafas terdengar memenuhi ruang rekam karena posisi wajahnya begitu dekat dengan mikrofon.
Adit merasa hawa di sekitar berubah dari ramai ke tenang dan berubah menjadi mencekam, bulu kuduk dirinya berdiri tegang akibat suasana sekitar.
Dewi pun pasti merasakan hal yang sama, terlihat dirinya yang mendudukan badannya dengan posisi yang terkesan bersiaga akan ancaman yang mungkin saja bisa terjadi dalam proses perasukan.
Suara hembusan nafas Nova yang sedari tadi mengisi ruang rekam tiba-tiba berubah tempo menjadi lebih cepat, secepat mungkin hingga mengganggu pendengaran teman-temannya.
Bukan hanya hembusan nafas, ekspresi wajah Nova pun berubah dari wajah tenang menjadi ekspresi tersenyum aneh dengan tatapan yang tajam ke arah Adit.
"Adit, ini aku loh." ucap Nova sembari terus menatap Adit.
Adit tampak ketakutan lalu Dewi memegang bahu Adit sambil berkata "Jawab."
Adit menatap Dewi keheranan seolah dia tidak tau apa yang harus dibicarakan, Dewi pun menggerakan mulutnya tanpa bersuara melafalkan kata "Anggi" untuk membantu dirinya.
"I-iya kamu Anggi kan?" tanya Adit.
Badan Nova tiba-tiba bergetar, suara komat-kamit pelan terdengar dalam satu ruangan membuat suasana tambah mencekam.
"Eh-eh dia kenapa?" tanya Adit.
"Ini, ini pasti dia lagi ngasih informasi, kita harus catet!" ucap Dewi.
Mereka sadar sekarang namun mereka tidak tau harus melakukan apa. Adit yang mulai tampak cemas karena suara bising tiba-tiba tersadar ucapan Nova tadi.
"Gunain alat-alat!" ucap Adit teriak.
Dewi langsung berlari menuju tempat mixer audio dan Adit menyalakan perekam video.
Tiba-tiba suara yang keluar dari speaker tampak berubah-ubah yang membuat pendengaran Adit semakin terganggu.
"Lo ngapain?" tanya Adit sambil berteriak.
"Gue atur frekuensi suaranya biar bisa jelas ke denger kita."
"Aaaaa, cepetan." ucap Adit sambil menutup telinganya.
Suara yang awalnya membisingkan berangsur-angsur terdengar jelas.
"Dew! Udah mulai bisa dimengerti tapi, benerin lagi masih ada yang ga jelas." ucap Adit.
suara tersebut berubah kabur lagi namun tiba-tiba Adit mendengar sesuatu.
"Stop Dew! jangan dirubah." ucapnya.
Adit berjalan mendekati speaker lalu mendekatkan telinganya. Dewi yang langsung mendekat ke Adit bertanya "Emang kedengeran?"
"Sut diem. gue mau tulis nih." ucap Adit sambil mengeluarkan kertas dan pensil.
Dewi pun membalikan badannya dan menunggu sambil memperkatikan Nova yang terus bergetar sambil seperti mengatakan hal yang sama berulang-ulang.
"Dengan cara membunuh kami sekeluarga, yang jadi korban, setelah penyuntikan, saya telepon nomor yang diberi suster namun." ucap Adit pelan seiring menulis apa yang dia dengar.
Setelah Adit menulis kalimat terakhir Dewi melihat Nova tiba-tiba melemas dan mengakibatkan kepalanya terbentur meja depan sofa yang dia duduki, Dewi pun bergegas pergi mendekati Nova.
Lain dengan Adit yang termenung setelah beres menulis kalimat terakhirnya. Dirinya mengingat betul nomor yang diberikan suster saat penyuntikan vaksin. Benaknya bertanya, apakah mereka yang menelepon dibunuh karena gagal?
52 minggu sebelum penyuntikan nasional.
Hari itu cuaca sangat mendung, Adit sedang berjalan keluar sekolah sambil menuntun teman wanitanya.
"Itu barisan apa sih aku dah ga kuat nih." ucap wanita yang dituntun Adit.
"Anggi kenapa sih rese banget? diem aja kali nanti juga nyampe." ucap Adit.
"Eh aku sakit beneran ini." ucap Anggi.
Sesaat setelah berbicara tiba-tiba badan Anggi melemas seperti pingsan.
"Eh woy! woy! ini temen gue kenapa." ucap Adit berteriak.
Tampak seorang suster berlari ke arah mereka. "Bantu saya angkat dia ke klinik." ucap suster tersebut. Mereka pun pergi ke klinik Zhair sambil menggotong Anggi.
***
"Pulangkan saja dia, kasih obat peredam nyeri lalu saat obatnya selesai bereaksi pasti keluarganya akan menelepon kita, kita datang ke rumah mereka, kita eksekusi."
Jentikan jari tiba-tiba terdengar di telinga Adit
"Lupakan semuanya, lupakan tentang dia."
"Lupakan semuanya, lupakan tentang dia."
"Lupakan semuanya, lupakan tentang dia."
Jentikan jari selanjutnya membuat Adit tertidur setelah mendengar kata-kata tadi.
***
"Adit!" teriak Dewi menyadarkan Adit dari kilas masa lalu nya.
Adit yang terkejut langsung berkata dengan yakin "Pak Herman!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Unggulan Pt. 1 (SMA Zhair)
Science FictionSusunan sel otak manusia berangsur-angsur berubah dikarenakan proses evolusi. Dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungan, evolusi menyebabkan munculnya sel-sel abnormal dalam otak. Sel-sel abnormal tersebut menyebabkan pemiliknya memiliki pote...