Bab 38

6.1K 209 3
                                    

" wah putri ayah cantik sekali hm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" wah putri ayah cantik sekali hm." Savian terus saja memehartikan wajah mungil putri cantiknya yang berada di gendongan nya dengan sesekali memberikan kecupan-kecupan kecil untuk sang bayi sambil menghirup harum khas para bayi.

" Kamu mirip sekali seperti bunda mu ya cantik." Tak henti-hentinya ia menyunggingkan senyumnya rasanya sangat bahagia melihat putri kecilnya itu telah lahir kedunia.

" Apalagi pipi chubby nya mirip sekali dengan bunda mu." Savian mengusap lembut pipi chubby putrinya.

" Ah mata kucing nya juga sama indahnya seperti bunda mu." Savian tak henti-hentinya tersenyum melihat sang putri mengerjap- ngerjapkan mata kucing nya yang menurutnya sangat indah itu.

" Huh apa cuman hidung mu saja yang mirip dengan ayah kenapa semuanya mirip dengan bunda mu sih! itu tidak adil."

" Ayah harap semoga kamu menjadi anak yang baik ya nak."

" Semoga kamu selalu menjadi kebanggaan ayah dan bunda."

Oek oek oek~~~

" Stt cup cup jangan menangis ya." Savian mencoba menenangkan putri nya yang terus menangis.

" Cup cup kita ke bunda ya pasti kamu lapar?" Savian beranjak mencari Aluna dengan sang bayi yang masih berada di gendongan nya.

" Aluna!" Sedari tadi ia tidak melihat keberadaan sang istri.

" Sayang kamu dimana?!" Dia sudah mencari keseluruh ruangan dirumahnya namun hasilnya nihil.

Bayinya terus saja menangis membuat Savian kewalahan.

" Stt sabar ya sayang kita cari bunda mu."

Dia kembali turun ke lantai bawah dan disana ia menemukan presensi Aluna.

" Aluna!" Namun seperti ada yang berbeda dengan Aluna wajahnya terlihat lebih pucat membuat Savian agak khawatir melihatnya, apa istrinya itu kelelahan? Atau dia sedang tak enak badan? Pikirnya.

" Sayang." Tak ada sahutan apapun dari Aluna.

" Sayang kamu kenapa? Kamu sakit? Kenapa muka kamu pucet kayak gitu?" Namun tetap saja tidak ada sahutan sama sekali dari Aluna. Sedari tadi Aluna tidak berbicara sepatah kata pun membuat Savian merasa khawatir dengan istrinya ditambah mata istrinya itu terlihat kosong.

" Sayang dari tadi putri kita menangis sepertinya dia lapar ingin meminum asi." Aluna tetap diam.

Bahkan kini Aluna malah beranjak pergi.

" Sayang kamu mau kemana?" Aluna menghiraukannya.

" Sayang bayi kita menangis tolong beri dia asi mu sebentar saja." Namun Aluna tetap saja menghiraukan nya.

Aluna pergi begitu saja bahkan dia sudah membuka pintu utama rumah mereka.

" Aluna kamu mau pergi kemana?!"

ALUNA [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang