"My brother! Kau mau kemana? Tempat dudukmu disini," ujar pria bernama Dino itu sembari menatap punggung Akiro dengan senyum meremehkannya.
Terbesit keraguan bagi Akiro dalam menarik langkah sebelum akhirnya ia berbalik dan menghampiri meja yang diduduki oleh Dino.
Salah satu teman Dino dengan alis yang sengaja ia cukur style bergaris bersiul sembari menunggu kedatangan Akiro ke arah mereka.
"Duduk."
Bahu Akiro terperanjat kaget saat Dino menunjang kursi diseberangnya yang berakhir terseret keluar yang sekali lagi berhasil menarik perhatian sekitar dengan suara decitan yang dihasilkan dari gesekan kaki kursi. Genggaman Akiro pada sisi piringnya mengerat dan fakta bahwa ia tidak bisa menyampaikan gagasannya secara bebas kepada mereka benar-benar menyiksanya dan menyedihkan disaat yang bersamaan.
Steve menghentikan siulannya dan tersenyum senang saat Akiro mendaratkan bokongnya tepat disampingnya. Tanpa ragu-ragu, Steve meraih gelasnya yang berisi jus jeruk itu kemudian menuangkan setengah dari isinya ke dalam piring Akiro.
"Ayo makan," ujar Steve selagi tangannya terangkat dan berakhir mengelus kepala Akiro dengan senyum penuh kemenangannya yang tak pudar, semakin lama semakin keras membuat kepala Akiro nyaris tercebur bersama makanan dipiringnya.
Tatapan tajam Dino terarah kedepan guna memperhatikan setiap gerak-gerik Akiro, baik dari pria itu yang mulai menggerakkan tangannya untuk menyendokkan sesuap nasi yang meninggalkan tetes-tetes air ketika ia mengangkatnya dan berakhir memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Good job," ujar Steve merasa puas dengan perbuatannya barusan.
Dino menyaksikan pertunjukan didepannya itu dengan tatapan tak minatnya, belakangan ini melakukan hal seperti itu kepada Akiro terkesan sudah biasa dan Dino mulai bosan dengan permainannya sendiri. Ia butuh sesuatu yang lebih seru sekaligus menantang. Dino butuh sesuatu yang baru.
"Dino," panggil Steve sembari mengarahkan dagunya ke arah pintu masuk kantin.
Dino mengikuti arah pandang Steve hingga melihat seorang gadis yang berjalan masuk ke area kantin dengan langkah pelannya, terkesan percaya diri dan menawan, seolah dia memiliki aura mahal yang susah untuk didekati dan menarik.
Untuk beberapa saat, tatapan Dino tak pernah lepas dari Gwenn sejak gadis itu masuk ke area kantin.
"Wow, Gwenn bertambah cantik saja. Lihat badannya," ujar Steve lagi yang langsung dibalas senyum miring Dino.
"Kau benar, tapi sayang dia susah untuk didekati," ujar Dino yang masih tetap mempertahankan tatapannya ke arah Gwenn.
Belakangan ini Dino memang sedang berusaha mendekati gadis yang digadang-gadang sebagai ratu disekolahnya itu, tetapi mengingat sifat Gwenn yang selalu menjunjung tinggi harga diri dan merasa dirinya terlalu sempurna untuk orang seperti Dino, jadi Gwenn beberapa kali menolaknya dengan alasan kalau pria itu bukan tipenya. Mereka sudah menjadi teman sekelas hampir tiga tahun lamanya yang membuat Dino harus mencari alasan dengan mengatakan kalau dia hanya 'bercanda' saja saat mengajak Gwenn berkencan agar hubungan mereka tidak menjadi renggang dan cintanya tak berakhir bertepuk sebelah tangan dengan Gwenn yang menjauhinya dan pertemanan mereka yang ikut lenyap.
Menyedihkan, tapi setidaknya Dino harus berbohong untuk menutupi rasa malunya itu.
Dino akhirnya mengalihkan pandangannya ke arah Akiro yang sibuk menyendok makanannya dengan gerakan cepat, seolah pria itu tidak betah duduk semeja dengan mereka dan ingin cepat-cepat pergi dari sana. Dino menggerakkan kakinya melintasi bawah meja dan berakhir menendang kuat sekali lutut Akiro membuat pria itu terperanjat, sendoknya ikut lepas dari genggamannya berakhir jatuh menampar permukaan piring menimbulkan cipratan air yang mengotori kerah baju dan kacamatanya.
"Menurutmu, Gwenn itu cantik?" Seolah tidak merasa bersalah dengan perbuatannya barusan, Dino melayangkan pertanyaan yang diluar ekspetasi semua orang. Steve yang sedari tadi sibuk bermain ponsel ikut menajamkan pendengaran, sepertinya akan ada permainan seru selanjutnya yan tidak boleh ia lewatkan.
Akiro diam membisu, tidak berniat untuk memberikan jawaban, menoleh ke arah Gwenn saja enggan. Melihat Akiro yang hanya fokus pada makanannya membuat Dino naik pitam, lagi-lagi ia diabaikan oleh Akiro.
Dino melirik ke arah Steve, pria yang peka itu langsung menarik kacamata Akiro dan meletakkannya ke sudut meja, Akiro hendak menggapainya tapi terhenti ketika Dino lagi-lagi membuka mulutnya.
"Lanjut makan atau aku akan mematahkan kacamata bodohmu itu," Dino menatap Akiro tajam. Dino benar-benar tidak suka diremehkan apalagi diabaikan. Akiro akhirnya menurut.
Gwenn mengedarkan pandagannya pandangannya ke seisi kantin sebelum terhenti pada meja Dino dan memutuskan untuk duduk tepat pada kursi kosong disebelah Dino dengan Steve dan Akiro yang duduk di seberangnya.
"Sebosan itukah kau sampai membuli orang? Kusarankan kau belajar Dino, kudengar kau peringkat terakhir tahun kemarin," ujar Gwenn dengan nada santainya sembari mengambil jus jeruk Steve yang tinggal setengah itu dan menyeruputnya.
Dino mengeraskan rahangnya, dia harus pandai-pandai mengontrol emosinya agar tidak meledak karena ucapan Gwenn. Jika Dino lepas kendali, maka itu sama saja dengan membenarkan kalimat Gwenn barusan.
"Kenapa aku harus belajar sampai tidak tidur sepertimu untuk mengalahkan Akiro si peringkat pertama kalau sekolah ini bisa disuap dengan uangku? Itu salah satu keuntungan orang-orang seperti kita dan kau, si peringkat kedua sangat bodoh untuk tidak menggunakannya dengan baik."
Gwenn tidak ingat kapan ia dan Dino pertama kali bertemu-mungkin karena pertemanan ayahnya dan ayah Dino-tapi satu hal yang pasti, mereka tidak pernah rukun dan selalu saling menjatuhkan satu sama lain. Itu bisa terjadi mengingat mereka memiliki satu sifat yang sama, yaitu tidak mau mengalah.
"Jangan samakan aku denganmu, otakku cerdas dan aku tidak pernah menyuap sepertimu," balas Gwenn dengan nada menantang balik.
"Tapi kau sombong."
"Aku sombong karena aku punya. Dan aku tidak melakukan kejahatan walaupun aku bisa," ujar Gwenn sembari melirik sekilas kearah Akiro yang setia menunduk sebelum menatap lurus kedua manik Dino.
Gwenn tersenyum miring, ia menang kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCANDAL CONTRACT
Random[COMPLETED] Sepuluh tahun yang lalu, Gwenn mengira hubungannya dengan Akiro benar-benar sudah selesai. --- Sejak mereka putus saat duduk di bangku sekolah menengah atas, Gwenn tidak pernah mendengar kabar Akiro lagi. Hingga namanya yang tiba-tiba me...