Zea memandang papan yang menggantung di depan kelas dengan pandangan lesu. Hanya beberapa menit lagi bel pulang tapi terasa sangat lama. Sorakan gembira terdengar di penjuru kelas saat bel yang dinanti berbunyi. Setelah guru pengajar mengucapkan salam, para siswa siswi berhamburan keluar kelas untuk pulang ke rumah maisng-masing----tak terkecuali Zea, sembari menikmati sepinya koridor kelas, senandung kecil terdengar dari bibir cherry nya.
Tak berbohong, hatinya begitu berbunga mengingat janji yang diberikan papanya pada dirinya. Papanya bilang jika siang ini akan makan siang di salah satu restoran favorit papa dan Zea. Sudah lama ia tidak makan bersama dengan papanya, dan begitu sennagnya Zea saat papa mengajaknya.
"Uncle Miko?"
Zea mengerjabkan mata, rautnya wajahnya menggambarkan kebingungan dan bertanya.
"Papa?" beo Zea menatap Uncle Miko bertanya.
"Nona, tuan meminta untuk langsung saja bertemu di restoran, tiba-tiba tuan memiliki janji lain, nona. Mungkin tuan sedikit terlambat." Zea mengangguk lesu.
"Oh~ Zea kira papa yang jemput." ucap Zea menunduk. Miko memandang nonanya iba.
"Mba Alin mana, uncle?" tanya Zea sembari memasuki mobilnya.
"Sudah menunggung di restoran nona, tuan meminta mba Alin menyiapkan semuanya." Zea mengangguk.
Hampir 30 menit Zea habiskan untuk menempuh perjalanan ke restoran yang dituju. Dan benar saja, papa nya tak ada---lebih tepatnya belum datang. Miko, Alin dan beberapa bodyguard dengan sabar menemani nona muda mereka yang sudah duduk tenang di temani menu-menu kesukaan papa dan Zea yang sudah disiapkan.
Zea melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Hampir satu jam berlalu, dan tidak ada tanda papanya datang. Zea menghela nafas kecil sembari menyenderkan punggungnya ke senderan kursi, mencoba bersabar menunggu kedatangan papanya.
"Nona."
Zea tak menoleh hanya menatap piring kosong dihadapannya.
Mba Alin kembali melanjutkan perkataannya, "Hampir dua jam kita menunggu kedatangan tuan, lebih baik nona makan terlebih dahulu. Anda belum makan dari siang tadi, nona."
"Bisa minta tolong hubungi papa?" kata Zea lirih tanpa menoleh.
Alin mengerjab, mengangguk kecil dan memberikan ponsel untuk diberikan pada Zea.
Berdering
Sepuluh kali panggilan dan semua tidak di terima oleh papanya. Zea menunduk hingga rambutnya menjuntai ke bawah.
"Kita bisa pulang jika nona sudah lelah." ujar lirih mba Alin yang berjongkok di samping kursi Zea.
Zea mengangguk kecil atas saran Alin. "Siapkan mobil!" ujar Alin pada bodyguard yang maish menemani.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Piece Of ZEA'S Memories
Teen Fiction🚫SEPERTI BIASA, FOLLOW DULU SEBELUM BACA🚫 Banyak orang mengenal seorang Azeera dengan sebutan gadis sempurna. Terlahir dari keluarga kaya dan berpengaruh, putri tunggal dari pasangan Arseano dan Iriana yang merupakan seorang dokter spesialis terk...