Bab 65

40.9K 2.5K 2K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.
.

Jangan lupa perbanyak istigfar dan sholawat!

Happy Reading!

=_=_=

Kaki Ning Zawna terkilir akibat tertimpa tubuh Salwa sedangkan Salwa memang tak merasakan sakit, tapi buket bunga yang di rancangnya sejak pagi hancur.

"Tolong bantu Ning Zawna!" Gus Ghaazi memerintahkan beberapa santriwati. Lalu tatapannya mengarah tajam pada dua orang yang menjadi penyebab utama kekacauan ini.

"Kalian berdua bersihkan kamar mandi pesantren!"

"Nggak bisa gitu dong!" Agni protes.

"Oh, apa masih kurang?"

Salwa gegas mengusap netranya yang hendak mengeluarkan kristal bening. Percuma menangisi sesuatu yang sudah tidak bisa di perbaiki.

Semoga hubungannya dengan Gus Ghaazi tak seperti buket yang rusak itu.

"Ya udah Gus, kita pamit mau jalanin hukuman dulu." Salwa langsung menarik tangan Agni pergi.

Hal yang cukup mengherankan bagi Gus Ghaazi. Pasalnya selama di rumah sakit Salwa tak pernah langsung menuruti perintahnya, pasti ada saja ocehan yang di lontarkannya.

Di bagian depan kamar mandi santriwati sebelah utara, Agni tak henti mengomel pada Salwa.

"Ngapain sih lo cegah gue? Aturan kalo lo diem aja, muka tuh hamalakor dah jadi bubur!"

Salwa yang sibuk mengosek lantai mendongak. "Salwa nggak mau nambah masalah."

Melepaskan alat pel, Agni berkacak pinggang. Posisi mereka saat ini layaknya majikan yang tengah memarahi pembantunya.

"Kalo lo lemah trus, gimana bisa menang?! Lawan lo tuh bukan kaleng-kaleng!" Agni mengatur napasnya, lalu melanjutkan. "Jelas banget tadi dia cuma pura-pura kesakitan!"

"Iya, Salwa tau."

"Ya, kalo tau ngapa nggak langsung lo labrak!"

Salwa menghela napas panjang. "Agni tau kan Salwa nggak pinter, Salwa juga lambat hapalannya, kalo di bandingin sama Ning Zawna nggak ada apa-apanya."

"Pesimis lagi lo?"

Salwa menggeleng. "Salwa cuma nggak mau reputasi Gus Ghaazi di pondok jadi buruk gara-gara Salwa. Memang mereka belum tau kalo Salwa ini istri Gus, tapi saat mereka tau nanti. Mereka akan bandingin Salwa sama Ning Zawna." Menjeda ucapannya, Salwa menerawang jauh. "Setidaknya kalo Salwa jadi santri baik dan nggak suka buat masalah, mereka nggak akan bilang Gus Ghaazi salah pilih pasangan."

"Sal ...,"

Salwa menarik sudut bibirnya untuk tersenyum. "Salwa nggak papa, Agni. Katanya masalah bisa mendewasakan seseorang, mungkin Allah kasih cobaan ini biar Salwa dewasa."

"Jangan ngerasa sendiri, gue sama yang lain ada buat lo."

"Makasih Agni, tapi Salwa nggak mau Agni kayak tadi. Untung aja Gus Ghaazi nggak kasih hukuman lebih berat."

"Iya, iya, gue salah, maaf. Laki lo emang kejam! Gue rasa ntar pas inget semuanya, nyesel mampus dia!"

"Hahaha ... apa perlu Salwa rekam? Biar Salwa bisa kasih liat nanti, trus minta seribu permintaan maaf dari Gus Ghaazi?" Salwa terbahak, tak mampu membayangkan betapa lucunya momen itu.

"Boleh juga, gue siap jadi kameramennya!" Agni ikut terkekeh.

Semudah itu Salwa kembali ceria. Hanya bermodalkan imajinasi. Bagaimana bisa orang-orang membencinya?

GuS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang