"Does she have a boyfriend?" Gumamnya dalam diam dengan tatapan masih menuju ke dua orang yang mencuri perhatiannya.
Meskipun bukan jadi masalah untuknya namun Atlanta sepertinya dibuat tidak bisa tenang karena pemandangan itu. Dirinya sadar bahwa memang apa yang ia lihat bukan bagian dari urusannya namun entah rasa penasaran itu sering kali membuatnya tidak nyaman. Otaknya masih saling beradu dengan objek yang sama-- Tidak sadar bahwa teman yang duduk disebelahnya mulai sadar dengan sikap aneh yang Atlanta tunjukan.
Forrest menyenggol lengan kekar temannya itu, "What's wrong with you?" Atlanta sontak terkejut lalu tersadar dari lamunannya itu. Dia menggeleng pelan lalu membuka kembali botol minumnya.
Mendengus kesal karena tanggapan temannya itu, ucapan Forrest membuat Atlanta juga menyadari bahwa berbohong pada Forrest juga sama halnya melakukan hal yang cukup sia-sia.
"Stop pretending to be in front of me. Your eyes explain everything, Ta.""Nothing, what you know from my eyes? Come on, it's literally nothing," Atlanta masih berusaha untuk menghidari tatapan curiga dari Forrest. Pemuda itu hanya berdecih pelan, "Lo kayaknya emang bener harus gue pukul, sih!"
Tak terima dengan ucapan dari Forrest, Atlanta kembali menatap mata pemuda itu dengan tatapan yang cukup menyebalkan. "Ya emang beneran nggak ada apa-apa. Lo berharap gue ngapain, sih?"
Jarvis yang baru saja datang tiba-tiba mengerutkan keningnya bingung, ia baru sampai sudah disuguhkan pemandangan yang dimana kedua temannya sedang beradu argumen. "Lo berdua kapan akurnya, gue tanya?"
Atlanta berdecak lalu menunjuk ke arah Forrest dengan tatapan sinis, "Tanya temen lo, tuh!"
Malas menanggapi ucapan temannya, Forrest lebih memilih memuka ponselnya dan mulai menyibukan dirinya pada benda lonjong itu, sedangkan Jarvis baru sadar bahwa ada yang aneh dari sekitarnya. Pandangannya kini jatuh ke arah dua orang yang sedang berdiri dan berbincang satu sama lain-- seperti pasangan yang sedang saling melepas rindu satu sama lain. Kakak kelasnya dan salah satu teman dari pacarnya sendiri-- Travis dan Myrellie.
Refleknya menatap kedu temannya dengan tatapan bingung, Atlanta yang menerima sinyal itu berusaha untuk tidak memberi reaksi apa-apa-- takut mereka mengira dia berharap sesuatu. "Lah... Jadi selama ini Bang Travis sama Myrellie deket? Gue baru tau, anjir!"
Perhatian Forrest kembali terganggu mendengar ucapan temannya itu, dia hanya mengedikan bahunya tidak mengetahui keadaan yang sedang terjadi, "Selama ini Bang Travis emang jarang deket sama cewe, taunya deket sama anak olim," sahut Forrest.
"Nggak jadi kita jodohin sama Atlanta kalo gini ceritanya," celetuk Jarvis dengan jahilnya, sedangkan Atlanta melotot mendengar celetukan temananya itu. "Kenapa jadi gue. Gue nggak ada bilang suka sama dia, ya!"
"Emang ada kita bilang lo suka sama dia? Kan kita jodohin lo sama dia karena emang sama-sama cocok aja?" Tanya Forrest menjebak dengan wajah yang mulai terlihat menyebalkan. "I got you, buddy. HAHAHAHHA," sambung Forrest ketika melihat temannya bertingkah gelagapan.
Shit, tepat sasaran Atlanta terjebak pada ucapan teman laknatnya itu. Memang pada saat itu mereka sama sekali tidak membahas bahwa Atlanta menyukai Myrellie namun mereka hanya berangan-angan bagaimana jadinya mereka menjadi pasangan. Sepertinya Atlanta sedang merasakan sesuatu sehingga membuat dirinya kehilangan kosentrasinya.
Masih sibuk memandangi dua sejoli itu mereka hampir tidak menyadari bahwa waktu tetap berjalan, langit sudah mulai gelap dan gemuruh angin semakin menusuk kulit mereka. "Udah ah, ayo balik. Udah mulai gelap. Bumi juga nunggu di parkiran," putus Atlanta bangkit lalu membawa tasnya di ikuti kedua temannya.
YOU ARE READING
Bad Atlanta
Teen FictionNama nya Atlanta Marjorie Hussey, tak asing bukan? Dikenal sebagai sang Garda Jaguar alias pemimpin extracurricular basketball generani baru. Pemuda dengan segudang prestasi yang tidak bisa di pungkiri. Jati diri nya yang melekat membuat sang pelopo...