Malam ini pandangannya hanya tertuju pada pajangan foto didinding kamar. Ia kembali mengenang-ngenang momen kebersamaan semasa kecil. Ingin sekali kembali ke masa lalu, melihat diri yang bertingkah sok kuat tanpa kedua orang tua dan melihat kebahagiaan masa anak-anak, tanpa memikirkan apa yang terjadi, terpenting bermain adalah pemeran utamanya.
Ia merasa kesepian, terasa sendirian, meskipun di luar sedang berisik karena teman-teman Haikal bermain PS di bawah sana. Dia bisa saja bergabung sama yang lain, akan tetapi, tetap sepi jika tidak ada Syara di sampingnya. Laki-laki itu hanya membutuhkan Syara bukan hiburan. Saat ini, dia menghabiskan waktu malam dengan belajar, membaca ulang pelajaran yang ketinggalan di kelas.
Suara notif pesan masuk berkali-kali, sehingga membuatnya terus berbunyi, seperti seseorang sedang spam chat. Namun, setelah diperiksa ternyata pesan tersebut dari Tiara.
Tiara Sekretaris
|Ren, tolongin aku!
|Aku butuh bantuan kamu sekarang
|Orang tuaku pindah rumah, gara-gara perusahaannya
bangrut dan aku disuruh ikut keluarga sebelah papa|Ren, aku nggak sanggup di sini. Mereka jahat
|Mereka nggak peduli, mereka menyalahkan aku
|Aku mohon sama kamu, kali ini aja. Aku butuh kamu
sekarang buat temani aku keluar. Capai di sini|Tolong kasih waktu kamu buat aku, sebentar aja,
aku butuh hiburan.|Setelah ini, aku nggak ganggu kamu lagi
|Kita ketemuan di taman, ya?
|Akhirnya aku berhasil keluar dari rumah keluarga.
Sebentarnya, mereka nggak mengizinkan aku keluar,
tapi aku tetap nekat.Setelah membaca pesan tersebut, Garen sedikit ragu untuk menerima permintaan Tiara. Tetapi, disisi lain, ia tak bisa melihat seseorang sedang kesusahaan, apalagi hanya gadis itu menaruh kepercayaan terhadapnya dan sangat berharap bisa ada untuknya, sehingga membuat Garen sedikit tertekan akan hal itu. Akan tetapi, disisi lainnya, dia tidak ingin membuat masalah lagi.
Otaknya sekarang sedang berputar karena harus bertengkar dengan hatinya yang masih dibuat bimbang. Lantas, setelah berpikir panjang, ia pun memutuskan untuk menemui gadis itu, walaupun harus terpaksa karena Tiara membutuhkannya. Dengan kaki yang tergesa-gesa turun dari tangga, Garen juga meminta izin kepada Haikal, namun, hanya melewatinya saja tanpa salim.
"Bang, aku keluar sebentar," katanya sembari menuju ke pintu luar.
"Ke mana? Bukannya kamu nggak ada kegiatan malam ini?" teriak Haikal dengan mata yang masih tertuju pada layar televisi dan tangan sibuk main stick PS.
"Ada urusan penting!"
"Awas aja kamu buat Syara sakit lagi."
Tiba-tiba laki-laki itu berhenti mengikat tali sepatunya dengan tatapan membulat setelah mendapatkan ancaman dari Haikal. "Nggak akan!!" katanya sembari bergegas menuju ke garasi untuk segera mengendarai motornya.
Sementara itu, teman-teman Haikal tentu memperhatikan mereka, terutama nama Syara ada disebut di sana. "Ternyata adek kamu masih sama Syara sampai sekarang."
"Masihlah, mereka nggak bisa pisah. Justru makin tumbuh dewasa, mereka makin bucin, lengket terus berdua. Nggak tahu tempat lagi," jawab Haikal.
"Wajar Garen betah, Syara memang cantik orangnya, siapa coba yang nggak suka sama dia. Kita memang nggak munafik, ya, cantik itu memang segalanya. Setuju nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembaran Sejarah
Teen Fiction"Adil ka talino Bacuramin ka basengat ka jubata. Arus, arus, arus." -Dayak *___* Kita kembali mengenang cerita tahun 2018. Setiap takdir punya alasan, kenapa hidup lebih mendapatkan penderitaan dari pada kebahagiaan? Hal itu terjadi karena terlalu b...