Mungkin karena terlalu lelah menahan penyesalan, kesunyian di rumah ini membuatku melamun sambil menatap nanar ke arah pintu kamar yang terbuka. Dalam batas kesadaran, aku kembali masuk dalam dimensi mereka, karena suasana kamar yang terang berubah menjadi redup kemerahan, udara yang berat. Aku sungguh mengenali tempat ini. Senyum sinis tersungging dalam bibirku, bagaimana tidak, awalnya aku merasa ketakutan tapi sekarang? Aku justru merasa saat ini aku salah satu bagian dari mereka juga.
Sepertinya kehilangan Adis membuatku tak takut apa pun lagi, hanya tinggal menunggu waktu saja, aku pasti jadi orang gila.
Sayup-sayup suara puluhan lengkingan wanita yang tertawa berganti dengan suara tangis yang mengalun bersahutan dengan derai tawa anak-anak yang tak normal. Belum usai suara puluhan orang yang saling bicara satu sama lain bergemuruh dengan bahasa yang tak aku mengerti. Mereka ramai bersahutan dengan suara lolongan anjing juga burung gagak. Menyambutku.
Tapi senyuman di bibirku hilang saat seseorang melintas di pintu kamar yang terbuka, tanpa sadar aku melangkah keluar mengikuti bayangan seorang wanita. Berpakaian pengantin dari siluet punggungnya yang mungil dia seperti ... Ah! Tidak pasti salah lihat, ayo pastikan lagi!
Sayangnya saat aku sampai di ruang tamu bayangan itu hilang. Dari sela gorden jendela rumah beberapa sosok berdiri mematung di halaman menarik perhatianku. Saat aku menyibak kain itu lebih lebar, puluhan makhluk astral berdiri, pandangan mereka tertuju pada sosok tepat di depan rumah Aji.
Lagi-lagi seorang pengantin wanita, siluet tubuh juga tinggi badannya itu seperti ... Tapi tak mungkin, ini dimensi astral, keraguan dan ketakutan menyesap dalam dadaku jika ini benar mungkin dia sudah ... TIDAK ANDRA! PIKIR YANG BENAR!
Aku memukul kepalaku berulang kali. Dalam keraguan dan ketakutan yang semakin membesar aku keluar rumah, mendekati pengantin di depanku ini dan tak menggubris semua kuntilanak, pocong dan kawan-kawannya yang berdiri memutariku.
Gending pengantin mulai mengalun samar dari kejauhan.
Sang pengantin wanita masih terus menatap ke arah rumah Aji dan berbalik dengan gerakan yang sangaaat lambat. Aku bagai tak menapak tanah, Itu wajah yang aku rindukan, sosok yang aku tangisi selama ini. Itu sungguh ADIS!
Wajahnya bersedih dengan mata yang terpejam. Seakan meminta tolong, mengulurkan tangannya sambil terisak dan tak bicara apa pun. kenapa dia ada di sini?
Aku bergegas berlari, belum juga aku menyentuhnya wanita itu menghilang karena kesadaranku kembali. Masih berada di dalam kamar yang sama, duduk bersimpuh sambil memeluk daster Adis. Tapi aku yakin itu bukan mimpi, itu pasti sebuah pertanda.
Tanpa menunggu waktu aku bergegas ke depan halaman, membuka pintu sampai terbanting keras, tapi suasana di halaman ini sepi tak ada apa pun, tak ada siapa pun. Hanya jalan yang gelap, pepohonan yang rimbun, rumah Aji yang tertutup dan lampu jalan yang menyala mengusir kegelapan semaksimal mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEBU MANTEN (SELESAI)
HorrorODOC WINNER SUJU XIII 2023 Warning : Gore and Explicit Content Tahun 1996, PT. Segoro Legi (PT.SL) sebuah perusahaan di pedalaman Lampung tempat Andra mengadu nasib demi istri tercintanya yang kadang ngeyel dan menyebalkan. Gaji dan tunjangan yang b...