ENAM BELAS

26K 2.6K 69
                                    

≪•◦ HAPPY READING ◦•≫

Vote! Vote! Vote!

Sam tak bisa berkutik ketika ucapan mutlak Arxel agar dirinya tidur dikamar Arxel. Hello?! Apa kabar dengan dunia?!

Ketika Arxel yang biasanya menjadi orang yang tipe-tipe suka mendzolimi orang yang lemah, kini justru berniat baik untuk merawat Sam.

Katanya, "Aku akan membawa Sam kekamarku, kalian semua bisa tidur. Aku akan merawatnya dengan baik," ucap Arxel dengan Sam digendongnya lalu keluar kamar Lio.

Di atas ranjang king size milik Arxel, Sam tiduran dengan dahi yang sudah diberi plester penurun demam. Sedangkan, Arxel fokus mengompres kedua pergelangan tangan Sam yang membengkak.

"Besok kita check up ke rumah sakit untuk tangannya, sekarang kamu tidur," ucap Arxel masih fokus pada pergelangan tangan Sam.

Sam hanya mengangguk, rasanya ia tak sanggup hanya untuk berbicara. Pusing, panas dingin, sakit pada pergelangan tangannya, itu sudah cukup membuat Sam menderita.

Sam pun memilih tidur, biarlah dengan apa yang akan dilakukan oleh Arxel padanya ia hanya ingin istirahat seperti apa kata Arxel.

Melihat Sam tertidur, Arxel pun menyudahi acara mengompres pergelangan tangan Sam. Kemudian ia ikut merebahkan diri di samping Sam, lalu memeluk Sam. Ingat memeluk Sam!

Pagi harinya, demam Sam sudah mulai turun. Di otak Sam terpaut pemikiran kenapa ya Arxel sekarang baik padanya?

Sam menatap Arxel yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya.

"Sarapannya mau kebawah aja?" Sam mengangguk.

Arxel mendekat lalu menggendong Sam koala, Sam tak menolak toh ia memang masih lemas dan malas.

Bela-belain jas kerjanya kusut demi bisa gendong Sam, sebuah kemajuan bukan?

Arxel menuruni tangga dengan pelan, Sam menyandarkan kepalanya yang masih sedikit pusing ke dalam ceruk leher Arxel yang harum.

Ngebayangin plan gitu ke Nani, sksk gemach😖

Sesampainya di meja makan, Arxel mendudukkan dirinya di kursi masih dengan Sam di pangkuannya.

Sam mengangkat kepalanya, ia menoleh ke kanan dan kirinya,  semua orang menatap nya. Ia merasa takut sekaligus malu.

"Adek kok mau sih sama kak Arxel? Sini sama kakak aja!" Ucap Lio di seberang, yang sebal melihat Sam lengket banget sama Arxel.

Apalagi tadi malam ia jadi tak bisa tidur dengan sang adik karena Sam dibawa kabur oleh kakak sulungnya.

"Hu um," Sam turun dari pangkuan Arxel, dan Arxel pun tak mencegahnya.

Demi bersama Lio, Sam yang lemas berusaha ketempat Lio dengan selamat.

"Ehhhh!" Sam terperanjat ketika tubuhnya melayang, dan duduk di pangkuan kepala keluarga Gatravic.

"Sarapan dulu," ucap Stef pada Sam yang berada di pangkuannya.

Sam berniat turun, namun tubuhnya di tahan oleh Stef.

"Duduk diam, atau ku lempar?" Sam pun terdiam, canggung.

Lio yang menatap kakak dan ayahnya yang mulai melunak pada Sam pun tersenyum, ia ikut bahagia.

"Ihhhh, ayah mah. Orang adek maunya kan sama aku!" Gerutu Lio walaupun sebenarnya ia bahagia.

"Kali ini Sam harus sama ayah," ucap Stef pada Lio.

Sangat canggung itulah yang Sam rasakan, ia memang sudah lumayan nyaman dengan Arxel tapi jika Stef atau Axvel dia masih sedikit sungkan.

"P-pak Sam turun aja, kayaknya berat," Sam kembali berniat turun, dan lagi lagi Stef mencegahnya.

"Diam! Atau kamu benar-benar ku lempar?!"

Baiklah, Sam tak ingin merusak suasana pagi harinya dan anggota keluarga yang lain. Ia menurut saja.

|SAMUDRA|

Siangnya, Sam dan Lio bersantai di ruang keluarga sembari menonton kartun kesukaan Sam sejak tinggal di mansion, yaitu Doraemon.

Demam Sam sudah turun total dan tubuhnya juga tidak se lemas semalam, walaupun tadi setelah check up kedua pergelangan tangannya dililit kain entah apa tapi katanya untuk penyembuhan tangannya.

"Setelah tangan Sam sembuh, Sam mau kerja ya?" Ucap Sam pada Lio.

"Ngga usah!" Sentak Lio.

"Ngapain kerja? Kamu udah disini aja!" Mood Lio tiba-tiba menjadi buruk, apakah adeknya itu akan meninggalkannya lagi?!

"Tapi kak? Ishh, Sam juga ngga mau ngrepotin terus. Harus cari uang, toh Sam kerjanya di perusahaan pak Stef," ucap Sam mencoba memberi pengertian.

"Jadi OB kan? Ngga boleh! Kakak ngga suka ya kamu kerja berat kaya gitu, bersih-bersih, disuruh ini itu! Diem dimansion aja kenapa sih?!" Sam menunduk takut, ia menahan tangisnya.

Baru kali ini Lio memarahinya hingga meninggikan nada suaranya.

"Ummm, Sam kebelet pipis," Sam beranjak dari duduknya meninggalkan Lio yang masih terbawa emosi.

Rose yang tadi berniat memberikan camilan pun urung ketika melihat Lio yang seperti memarahi Sam, setelah Sam pergi ia baru mendekat.

"Ada apa sayang? Kenapa kamu memarahi adikmu?" Rose meletakkan camilan pada meja, lalu beralih menatap sang putra yang berkaca-kaca.

"Lio hanya ngga mau adek kerja nda, tapi karena tadi Lio emosi jadinya Lio marah marah sama adek," Rose memeluk tubuh putranya, ia bisa merasakan bahwa punggung Lio yang bergetar menandakan putranya itu menangis.

"Kakak boleh protektif sama Sam, tapi jangan sampai marah marah kaya tadi. Ingat, adeknya Lio kan hatinya rapuh, bunda yakin Sam ngga akan marah dia hanya saja terkejut dan takut sama Lio, habis ini minta maaf ya?" Rose mengelus kepala Lio agar putra bungsunya tenang.

"Hiks.... umm iya."





TBC!
Semoga suka~
Kalo tidak sesuai harapan, sorry~

SAMUDRA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang