Disaster

572 76 37
                                    

Hai ini part awal dari cerita aku, semoga kalian suka. Tolong tandai kalau ada typo di tulisan saya.
Sebelum baca jan lupa vote dulu.

Happy reading ...

Hari ini masih sama berisiknya seperti hari kemarin. Para siswa yang tengah berbincang dan tertawa atau para siswi yang tengah bergosip ria. Pemandangan memuakkan yang harus setiap hari dia saksikan.

Mungkin untuk kebanyakan orang, masa putih abu-abu adalah masa yang paling menyenangkan. Masa-masa mencari teman atau hanya sekedar mencari gebetan. Tak sedikit juga mereka yang berpikir masa SMA adalah masa penentuan untuk masa depan atau masa untuk mencari jati diri.

Tapi tidak untuk dia. Masa SMA baginya adalah masa yang paling memuakkan. Setiap hari hanya menyaksikan hal-hal tak berarti yang terjadi di depannya. Tidak terkecuali hari ini. Suara tawa dan bising suasana kelas membuat dia ingin menghilang saat itu juga. Kalau bisa mungkin ke Pluto. Tapi dia bisa apa? Yang bisa dia lakukan hanyalah melampiaskan kekesalannya dalam diam. Menutup rapat-rapat kuping, menelan semua kekesalan, lalu berselancar dengan dunianya sendiri. Yakni dunia per-fandoman. Mungkin di dunia nyata dia tidak punya banyak teman, tapi berbanding terbalik dengan dia versi dunia maya. Di situs daring tersebut, dia memiliki banyak circle. Lebih tepatnya teman per-fandomannya. Untuk orang lain dunia K-Pop mungkin sekedar mengisi waktu luang atau hanya mengobati kegalauan, berbeda dengannya. Biasnya yang menjadi salah satu alasan dia tetap bertahan hidup di tengah gempuran luka yang menghujam mengajak dia untuk menghentikan rotasi hidup. Memang kadang tingkat kegilaan dan halu yang sering melambung tinggi, tanpa sadar diri. Padahal cuma modal cinta dan kuota. Wkwk. Tapi tak merubah fakta, bahwa karena biasnya lah dia masih bisa bertahan dengan hidup yang menurutnya menyedihkan dan memuakkan.

Najma Lailatul Hafidza. Dia bukan orang yang supel jadi dia tidak punya seorang pun teman. Dia gadis introvert yang asik dengan dunia sendiri. Dia juga bukan gadis populer atau mungkin keberadaannya di kelas itu hampir terlupakan. Dia juga tak punya keberanian meski hanya untuk menegur mereka yang berisik. Dia sungguh gadis biasa yang sangat biasa-biasa saja. Jauh dari kata famous ataupun apalah itu. Dia tidak cantik tapi tidak jelek, dia tidak pintar tapi tidak tergolong bodoh. Penampilannya cukup imut. Dengan tinggi 152 cm, kulit putih pucat, bentuk muka bulat dan mata yang cukup besar. Sekedar informasi dia siswa terpendek di kelas itu.

Nama Najma artinya bintang. Seharusnya dia menjadi bintang di kelas itu sesuai nama. Tapi bagaimana kalau ada dua Najma? Bintang Sirius juga butuh bintang lain untuk terlihat semakin bersinar, 'kan? Maka Najma juga butuh Najma lain untuk menonjol. Ini bukan tentangnya tapi tentang Najma yang lain.

"Yang namanya Najma yang mana?" Kelas yang tadinya riuh seketika berubah menjadi hening hanya untuk melihat siapa orang yang mencari Najma.

"Najma gak sekolah hari ini." Seorang siswi menyahuti setelah diam beberapa saat.
Kejadian seperti ini sudah sering terjadi. Padahal ada Najma di sini, tapi kehadirannya dianggap tidak ada. Siapa tahu bukan Najma itu yang dicari 'kan?

Seorang siswa dari kelas lain menyembulkan sebagian tubuhnya di ambang pintu.

"Oh! Tapi katanya si kerdil ada di kelas ini. Ada Najma yang lain gak?" tanya siswa itu.

Semua mata di kelas ini langsung tertuju padanya. Pada sosok bernama Najma, si penghuni pojokan.

"Ada sih, tapi rasanya bukan Najma yang itu." tutur seorang siswa diakhiri tawa kecil.

Orang yang dimaksud juga tidak terlalu peduli dengan situasi saat ini. Terbukti yang dengan santainya dia memakai earphone dan menelungkupkan kedua tangan di atas meja hanya untuk menyembunyikan wajah dari tatapan orang-orang di kelas. Dia sangat benci dengan situasinya saat ini.

Najma Sagara (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang