4. Reuni

184 25 30
                                    

Ciee yang nungguin Enzo dan Aruna. Sorry ya bab di atas bahas couple sebelah. Agak sediih ya dengan rumah tangga Jeremy dan Manda.

Baiklah setelah air mata terbitlah senyuman ceria.. Eaa

Langsung aja lah kita lihat couple berikutnya

60 komen for next?
.
.
.
.

Setelah meneguk jus alpukat tanpa sedotan dan mengusap bekas minuman di bibirnya dengan punggung tangan Eca menggeplak gelas jus ke atas meja cukup keras. Untung saja tidak pecah. Perempuan itu baru saja mendengar berita kedatangan teman lamanya. Oh atau mungkin musuh bagi Eca. Siapa lagi kalau bukan Enzo Crystal?

''Kamu serius Enzo kemarin dateng kesini nyatain perasaannya?'' ketika Aruna mengangguk rasa kesal Eca semakin memuncak. Dia berdecak dan matanya melotot hampir-hampir akan keluar.

''Wah wah wah gak bisa dibiarin.Apa maksud dia menyatakan perasaan kayak gitu setelah apa yang dia lakukan sama kamu dulu?''

''Kamu gak boleh goyah Aruna,'' Eca menatap Aruna dengan meyakinkan kemudian beralih pada Ryan yang duduk di antara mereka di Ryana Coffee Shop. Singkatan dari Ryan dan Aruna Coffee Shop.

Cafe kecil yang mereka kelola bersama dari hasil usaha sendiri tanpa mengandalkan orangtua mereka yang mapan.

''Ryan, pokoknya kamu harus jaga Aruna baik-baik, jangan sampai diambil Enzo.''

Ryan terkekeh melihat tingkah laku sahabatnya yang satu ini dan hanya menganggukkan.

''Awas aja tu anak kalau ketemu gue bakal,''

''Bakal apa?'' tetiba suara itu terdengar sebelum Eca melanjutkan kalimatnya. Perempuan itu menoleh dan terkejut mendapati laki-laki berpenampilan casual. Kaos putih yang dibalut jas berwarna coklat susu dan bawahan celana kain berwarna senada yang panjangnya hingga di atas mata kaki. Laki-laki itu memasukkan kedua tangannya di saku celana.

Eca meraba setiap inchi tubuh laki-laki itu dengan netranya dari atas hingga bawah dan membuatnya teringat seseorang. laki-laki itu terlihat tampan sebelas dua belas dengan ketampanan Ryan dan Eca nyaris terbius karenanya. Tapi seketika ekspresi wajahnya berubah kesal.

''Lo pasti Enzo kan?''

''Kalau iya emangnya kenapa? Terpesona lo sama  kegantengan gue?

''Cuih. PD banget lo. Gue lebih terpesona sama kegantengan Ryan daripada kegantengan lo.''

''Ah, berarti lo suka sama Ryan yaaaa?'' celetuk Enzo tiba-tiba membuat Eca menelan salivanya. Tiba-tiba iya malah mematung tak bisa berkata apa-apa. Jantungnya berdebar.

''Mau jadi pelakor lo iya?'' Enzo menggodanya.

Eca menyangkal. ''Ngaco lu. Ma-mana ada gue suka sama Ryan.''

''Halah gak seru lu. Padahal gue bakal ngajak lo join buat misahin mereka.Lo pelakornya, gue pebinornya,'' kata Enzo dengan percaya diri dan santai, memantik amarah Ryan tapi cowok itu tetap berusaha bersikap tenang.

PLAK!

Kepala Enzo mendapat jitakan dari Eca.  ''Ngadi-ngadi lo.''

''Ck! Shh sakit tahu.'' Enzo melayangkan tinju tapi keburu tangan Aruna merentang di hadapan mereka dan menghentikan perdebatan mereka.

''U-a-h e-h-e-n-t-i,'' gumam Aruna. Keduanya cukup mengerti meski Aruna tak mengenakan bahasa isyarat. Enzo menarik tangannya di udara dan Eca menghela napas kasar.

[3] Diary Aruna: Mentadabburi cinta ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang