Bagian 3: Rumit

26 1 45
                                    

"Kamu kenapa, sayang?"

Ello menggeleng. "Gak papa, yaudah yuk katanya mau nonton," ajak Ello tanpa mau membahas apa yang baru saja terjadi.

Meskipun sedikit bingung, Shella tetap mengikuti Ello yang sudah berjalan lebih dulu di depan nya. Shella menghela napas dengan berat, hubungan nya dengan Ello sudah berjalan hampir satu tahun, tapi Ello masih tetap sama seperti dulu. Bahkan terkadang Shella meragukan apakah Ello benar-benar mencintainya atau terpaksa untuk menjadi kekasihnya.

"Kamu duduk aja, aku yang antre," ucap Ello ketika ia dan Shella sudah berada di bioskop. Shella mengangguk, kemudian mencari tempat yang nyaman untuk duduk namun yang tidak terlalu jauh dari Ello.

Shella menyandarkan tubuhnya ke tembok, matanya mengikuti gerak-gerik Ello, Shella tau pasti ada sesuatu yang Ello sembunyikan karena sejak tadi Ello diam saja.

Sebenarnya Shella sempat melihat Ello mengobrol dengan seorang perempuan, Shella sangat tau siapa perempuan itu, dia Kinan seseorang yang pernah berada di hati Ello dulu. Ah atau mungkin sampai sekarang Kinan masih berada di hati kecil Ello.

Shella menunduk, dadanya terasa sakit. Bahkan sudah hampir setahun mereka bersama, Shella masih belum bisa mengambil hati Ello sepenuhnya. Ello memang bersikap seperti layaknya seorang kekasih, seperti mengantar jemput Shella, menemani Shella kemanapun dan selalu mau Shella ganggu. Hanya saja terkadang Shella merasa bahwa Ello tidak benar-benar ingin melakukan itu, Ello seperti melakukannya dengan terpaksa.

Karena antre-an untuk membeli tiket cukup panjang, akhirnya Shella memilih membeli popcorn dan minuman untuknya dan juga Ello. Beberapa kali Shella mencuri pandang ke arah Ello dan yang Shella lihat tetap sama, Ello yang sedang berdiri dengan tatapan kosong.

Shella tau, pasti Ello sedang memikirkan Kinan.

.

Kinan menutup pintu kamar dengan keras, ia langsung berlari dan menjatuhkan tubuhnya dengan posisi telungkup ke kasur. Air matanya langsung tumpah, sesak di dada nya semakin bertambah. Kinan kalah, ia mengakui bahwa dirinya masih sangat mencintai Ello, waktu setahun tidak cukup untuknya melupakan Ello.

Kenangan kebersamaan mereka berputar, bagaimana Ello yang memperlakukan Kinan dengan baik, bagaimana Ello yang selalu mendengarkan semua curhatan hati Kinan, bagaimana Ello yang selalu mau direpotkan oleh Kinan.

Kinan merindukan Ello, sangat, Kinan merindukan lelaki bernama Kenan Martello Aditya itu. Lelaki yang berhasil menerobos masuk ke dalam hatinya dan tidak menemukan jalan keluar sampai sekarang.

Tangisnya semakin pecah, rasanya sakit sekali ketika Kinan di sini masih sangat mengharapkan Ello, sedangkan di sana Ello sedang asik berkencan dengan kekasih barunya. Kinan ingin berteriak dengan keras, ingin mengeluh pada semesta karena tidak adil kepadanya. Tidak adil karena membuat Kinan masih sangat mencintai lelaki itu, lelaki yang menorehkan banyak luka.

tok tok tok

Pintu kamar diketuk pelan, Kinan diam tak bergerak, masih asik menangisi nasibnya. Ia sama sekali tidak tertarik mengeluarkan suara ataupun membuka pintu untuk orang di balik sana. Bahkan Kinan tak peduli siapa orang yang baru saja mengganggu kegiatan menangisnya.

"Ini gue Kenan."

Kinan langsung melompat dari kasur dan membuka pintu. Terlihat seorang lelaki jangkung yang berdiri di depan pintu, lelaki itu menatap Kinan dengan bingung, tapi sebelum mulutnya sempat terbuka untuk bertanya Kinan langsung memeluknya dengan erat.

.

Kenan terpaku, ia bingung kenapa Kinan tiba-tiba memeluknya. Kenan panik ketika mendengar suara tangis Kinan, Kenan sangat ingin bertanya, tapi ia tau bahwa Kinan tak akan mau menjawabnya.

Meskipun tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, Kenan tetap berusaha menenangkan Kinan, mengusap-usap punggungnya dan membiarkan bajunya basah terkena air mata Kinan yang keluar dengan deras. Suara tangis Kinan terdengar pilu, sehingga Kenan ikut merasakan kesedihannya.

"Kinan.." Kenan berusaha menghentikan tangis Kinan, apalagi posisi mereka berdua sangat tidak enak dilihat. "Masuk dulu ya, nanti lanjut nangisnya di dalam."

Pelukannya kendur, Kinan menunduk tanpa membalas ucapan Kenan. Kenan memegang pundak Kinan, kemudian menyentuh dagu Kinan dan diangkatnya agar melihat mata Kenan. "Cerita sama gue ya," ucap Kenan.

Kinan mengangguk, kemudian mempersilakan Kenan untuk masuk ke kamarnya dengan pintu kamar yang dibuka dengan lebar.

Kenan duduk di kursi belajar Kinan, sedangkan Kinan duduk di tepi kasurnya. Kinan masih menunduk, berusaha mengontrol dirinya yang masih sesenggukan. Jujur saja Kinan malu karena dilihat Kenan saat kondisinya sedang buruk seperti ini, pasti Kinan terlihat sangat jelek di mata Kenan sekarang.

"Tadi Aru ngabarin gue kalo lo tiba-tiba pulang, dia takut lo kenapa-napa makanya minta gue buat nyamperin lo," ucap Kenan menjelaskan alasan nya berada di rumah Kinan tiba-tiba. "Dan ternyata bener, lo kenapa-napa."

Kinan menghembuskan napasnya, sudah mulai bisa menghentikan tangisnya. Kinan ingin bercerita, tapi ia terlalu malu untuk memulainya, Kinan takut Kenan akan memarahinya karena menangisi lelaki itu lagi.

"Kak Ello..."

Kenan membuang wajahnya ke arah lain, tak mau menatap Kinan. Kenan membuang napas dengan kasar, ternyata lelaki itu lagi yang membuat Kinan menangis.

"Kenapa? Dia nyakitin lo lagi? Bilang sama gue, lo mau gue apain dia?"

"Kenan tenang dulu, dia gak ngapa-ngapain gue." Kinan menunduk, tidak berani melihat wajah Kenan yang terlihat menahan kesal. "Tapi tadi gue ketemu dia di Mall dan gue ngerasa-" ucapannya menggantung, Kinan mendongak agar bisa melihat ekspresi Kenan. "-kayaknya gue masih suka ke dia."

.

Kenan menutup pintu kamarnya dengan kasar, ia duduk di meja belajar, tangannya mengacak-ngacak rambutnya. Kenan kesal, marah dan juga kecewa. Selama ini ia selalu berusaha untuk ada di samping Kinan, selalu berusaha membuat Kinan bahagia hingga melupakan masa lalunya. Tapi tiba-tiba hari ini, lelaki itu kembali datang dan membuat keadaan Kinan seperti dulu lagi.

Kenan ingin marah kepada dirinya sendiri karena ia tidak terima mengetahui fakta bahwa Kinan masih menyukai lelaki itu, Kenan juga tidak suka melihat Kinan menangis, apalagi menangisi lelaki yang sudah dengan tega meninggalkan Kinan begitu saja tanpa alasan yang jelas.

Rumit, lelaki itu membuat kisah ini menjadi rumit. Padahal Kinan sudah mulai terlihat berdamai dengan masa lalunya, tapi kenapa lelaki itu malah datang lagi?

Kenan ingin berteriak, Kenan ingin menghajar lelaki itu sampai puas, Kenan ingin memberikan pelajaran sehingga lelaki itu tidak berani menampakan dirinya di hadapan Kinan lagi. Tapi Kenan tidak mungkin melakukan itu, Kenan masih waras dan bisa berpikir dengan jernih.

"Padahal lo punya gue di sini Kinan, kenapa lo masih tetap ngelihat ke belakang?"

Kenan menunduk, tak tau harus berbuat apalagi untuk membuat Kinan bisa melupakan lelaki itu. Kenan merasa selama ini usahanya sia-sia, tetapi tetap saja, Kenan tidak akan pernah meninggalkan Kinan sendirian, karena-

"Gue sayang banget sama lo, Kinan."

.

To be continued..

First publish: 26-03-2023

Revisi: 19-04-2023

When We First MetWhere stories live. Discover now