Bab 33

57.9K 3.2K 768
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.
.

Jangan lupa perbanyak baca sholawat dan istigfar!

Happy Reading!

=_=_=

Salwa sudah menyelesaikan semua tugas sekolahnya dan kini, ia tengah duduk sambil memilin kedua tangannya di pangkuan. Menarik napas panjang, lalu menghembuskannya.

Gugup itu lah yang Salwa rasakan. Meskipun sudah lama soal itu Gus Ghaazi berikan, tapi Salwa masih belum mengetahui jawaban dua di antaranya.

Menatap buku catatannya, angka yang di tulis Gus Ghaazi telah ia beri coretan menggunakan pensil. Memejamkan kedua netranya, Salwa mengumamkan basmalah.

"30 itu jumlah jus dalam Al-Qur'an, 114 jumlah surah dalam Al-Qur'an, trus ... mm ... 24434 rakaat sholat lima waktu." Seusai melontarkan jawaban, Salwa menunduk. Cemas memikirkan dua soal yang belum bisa di jawabnya.

Gus Ghaazi mengangguk. "Sisanya?"

Salwa menggeleng. "Belum nemu, Gus. Salwa taunya enam tiga kali aja."

Menaikkan sebelah alisnya, Gus Ghaazi memajukkan wajahnya. "Enam, enam, enam, memang artinya apa?"

Salwa gelagapan, membekap mulut Gus Ghaazi. "Ssttt ... jangan di perjelas. Ntar ada hantu yang neror Gus, loh!"

Bertambah kerutan di dahinya. "Honthu?" tanyanya tak jelas karena masih dalam bekapan.

Lagi pula ia enggan menjauh atau melepaskannya. Karena telapak tangan Salwa menguarkan harum yang membuatnya candu.

"Iya, Gusss. Dulu Salwa pernah baca buku, sampulnya angka enam tiga kali. Awalnya Salwa kira angka cantik, Salwa mau tau arti di baliknya. Pas sampai pertengahan, isi bukunya malah pembunuhan! Ih, seremmm!"

Gus Ghaazi diam saja, menikmati mimik wajah Salwa yang selalu berubah-ubah seiring jalan ceritanya.

"Mereka semua mati karena angka enam! Salwa jadi takut sama kalo berurusan sama angka enam yang banyak."

Tanpa Salwa sadari, bibir Gus Ghaazi mengulas sebuah smirk. Memanfaatkan keadaan, ia segera merentangkan tangannya.

"Mou pelhuk?" Perhatian Salwa teralih. Bayangan kejadian mengerikan di buku itu kembali terngiang, Salwa pun menghambur ke pelukan suaminya.

"Jangan takut lagi, ada saya dan Allah yang akan selalu melindungi kamu. Saya juga tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk menimpa kamu." Kecupan lembut Gus Ghaazi sematkan di puncuk kepala istrinya.

"Beneran? Gus nggak akan tinggalin Salwa?"

Mengangguk, Gus Ghaazi menarik istrinya semakin rapat hingga tak ada jarak di antara mereka. "Iya, saya akan melindungi kamu walaupun nyawa saya taruhannya."

Salwa mendelik. Di cubitnya pinggang Gus Ghaazi.

"Sshhh ... kenapa di cubit?"

"Habisnya Gus ngomong sangkutin sama nyawa, Salwa trauma tau liat Gus berlumuran darah!"

"Hehehe ... maaf, saya nggak bermaksud buat kamu khawatir. Hanya saja, waktu itu yang terlintas dalam pikiran saya, tidak ingin kamu terluka. Sakit yang saya rasakan sekarang, jauh lebih baik ketimbang melihat kamu terluka, zaujatii."

Netra Salwa berkaca-kaca, menurunkan arah pandangnya. Salwa mengusap luka di perut Gus Ghaazi. "Masih sakit?"

"Lebih baik saat kamu usap seperti ini." Tangan besar itu melingkupi tangan mungil Salwa, bergerak seirama mengusir rasa sakit.

GuS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang