Bab 28

53.2K 3.1K 759
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.
.

Jangan lupa bersholawat

Cepet banget tembus target, aku sampe ngebut nulisnya loh😌

Ingetin typo!!

Happy Reading

=_=_=

Lelaki bertopi hitam itu membelalakan matanya, kemudian tatapannya berubah panik menatap pisau di tangannya bergantian menatap seseorang yang baru saja dia tusuk. Sia, melenceng!

Sebelum tertangkap, lelaki itu bergegas kabur.

"Gus! Gus jangan meninggal dulu." Salwa mengguncang bahu Gus Ghaazi. Sementara sebelah tangannya, menekan pinggang bagian kiri Gus Ghaazi yang tertusuk pisau.

Gus Ghaazi terbatuk, di saat kritisnya ia masih sempat tertawa mendengar ucapan istrinya itu. "Buk-kannya bagus ... kalau saya pergi ... kamu ... bebaskan?"

Salwa memukul pelan bahunya, kesal. "Jangan bercanda. Kalo Gus beneran suami Salwa, trus Gus meninggal, Salwa auto jadi janda muda!"

"Hahaha ... shhh ... maafin saya. H-hubungan kita ... jadi rumit ... begini ... hhh," Gus Ghaazi berusaha tetap sadar sambil menahan rasa sakit yang menjalari tubuhnya. Ia tidak mau Salwa makin panik jika tahu apa yang tengah di rasakannya.

"Saya ... akan memperbaiki ... semuanya ... setelah in ... huhhhh ... ni." Napas Gus Ghaazi kian memendek, begitu pun pandangannya yang mulai mengabur.

Salwa tersadar dengan kondisi mereka yang genting. "Gus Ghaazi bawa hape? Sa-Salwa mau telpon ambulan."

Gus Ghaazi merogoh saku jubahnya, mengeluarkan benda pipih yang di minta istrinya.

Setelah ponsel itu berada di tangannya, Salwa mendapati hambatan kala harus memasukkan sandi.

"Password-nya berapa?" Jemari Salwa siap menekan angka yang akan di sebutkan suaminya itu.

"Tanggal pernikahan kita."

"Hah?" Sepertinya Salwa salah dengar.

"Tanggal ... per ... nikahan kita."

"Ka-kapan?"

"Ha-hari pertama ... kamu masuk ... rumah sakit."

Dengan ragu Salwa mencantumkan yang di ingatnya dan benar saja, lockscreen itu terbuka. Menampilkan layar utama dengan gambar genggaman tangan, di mana salah satu tangannya di pasangi jarum infus.

Salwa menggeleng, ini bukan waktunya kepo. Tangan Salwa mengalami tremor ketika dirinya bingung hendak menekan angka. "Bodoh, bodoh, bodoh!" Rutuk Salwa seraya memukuli kepalanya.

"Hei, kenapa?" Gus Ghaazi segera meraih tangan Salwa menggenggamnya.

"Salwa mau nolongin Gus, tapi kayaknya ... Salwa bisanya cuma nyusahin." Salwa menyembunyikan di balik telapak tangannya.

"Ssttt ..., jangan ngomong gitu. Baca basmallah dulu, niatin semuanya ... karena Allah pasti di lancarin ... selama itu ... baik."

Salwa mengangguk, ucapan Gus Ghaazi membuatnya tersadar jika ada Allah yang akan selalu menolong hambanya.

Membuka internet, Salwa menemukan nomer ambulans dan segera meminta mereka ke lokasinya.

"Pinternya ..., istriku." Gus Ghaazi menyempatkan mengusap lembut puncak kepala Salwa.

GuS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang