"Pulang sekarang," ucap Abay tanpa babibu menarik tangan Aine.
"E-eh Abay tunggu dulu. Kenapa sih? Duluan aja kalau mau pulang. Lagian gue juga biasanya pulang sendiri," ujar Aine kebingungan.
Terlebih dengan Galang yang hanya diam saja dengan ekspresi wajah juga sama kagetnya melihat Abay.
Namun Abay terus memaksa nya untuk berjalan menjauh.
"Abay lepasin sakit tolol!" seru Aine meringis sakit karna tarikan kuat tangan Abay di lengannya.
Nafas Abay terlihat menggebu-gebu. Dadanya naik turun seperti tengah menahan amarah. Bibirnya menggelatup, "Gak mau tau, apapun alasannya gue gak mau lagi liat lo deket sama cowok itu," tekan Abay.
"Maksud lo Galang?"
Abay membuang muka, lalu meraih helm dan memasang nya di kepala Aine, "Naik," perintah nya.
Mau tidak mau, Aine pun naik ke motor Abay. Queen bullyng itu pulang dengan rasa penasaran sekaligus bingung yang menyergap pikirannya.
Sekilas Aine melihat Galang yang berjalan menuju parkiran. Tatapan keduanya sempar bertubrukan, sebelum Galang mengalihkan pandangannya.
*****
Senyum di bibir Aine terbit, ia sudah mencari keberadaan Abay dari tadi dan menemukan sepupu nya itu berada di halaman belakang.
Sebenarnya ia merasa tidak nyaman atas pertemuan Abay dan Galang di sekolah tadi. Rasanya Aine ingin bertanya sekali banyak hal tentang keduanya.
Aine berdiri di belakang tubuh Abay. Pria itu nampaknya juga sudah selesai menelepon.
"Bay," panggil Aine sambil memegang pundak Abay pelan.
Abay menoleh ke arah Aine, lalu cepat-cepat menyembunyikan ponselnya, "Eh, Ai. Sejak kapan lo disini?"
"Baru."
Aine menangkap gerak-gerik mencurigakan dari sepupu nya itu, ekspresi Abay ia ia lihat kali ini pun terasa beda. Tak ada aura-aura kekonyolan yang terpancar. Terganti dengan Abay dengan tatapan matanya yang serius.
"Lo oke?"
"Apanya? Oh, lo mau minta gue bikinin susu cokelat ya? Yaudah tunggu bentar."
Aine menyusul Abay yang pergi kearah dapur. Padahal bukan itu tujuan utamanya.
"Bay lo keliatan gelisah banget, kenapa?" tanya Aine karna Abay yang terus menatap pergerakan jarum jam yang terpasang di pergelangan tangan. Waktu terus berlalu tanpa ia sadari.
"Ah, enggak," jawab Abay sekilas seraya mengaduk susu.
Aine menimbang apa tidak apa jika bertanya sekarang? Tapi bagaimana jika yang ia dapatkan hanya tatapan kesal Abay?
"Lo kenal sama Galang?" tanyanya ragu-ragu.
Jelas Aine bingung kalau sampai Abay ternyata mengenal Galang. Kan Abay murid baru di sekolahnya.
"Bay jawab dong," rengek nya karna Abay hanya diam.
"Nggak."
"Terus kalau enggak kenapa lo ngelarang gue buat deket-deket dia?"
Abay menaikkan kedua alisnya, "Karna gue gak suka aja."
"Ck. Ribet lo. Orang dia gak ngapa-ngapaian. Ya meskipun mulutnya pedes pake banget, tapi dia kayaknya cowok baik.
"Ta-"
"Udahlah Bay, lagian wajar aja kalau dia mau deketin gue. Secara gue kan cantik hahaha gak kayak si cupu jelek itu cuih najis!" tutur Aine mengingat wajah jerawatan Elea.
Abay berdecak sebal, "Lo tuh kenapa gampang banget sih di deketin?"
"Maksud lo gue murahan gitu? Eh! Ati-ati ya kalau ngomong!" bentak Aine, matanya seketika jadi panas. Hatinya berdenyut sakit lantaran ucapan Abay yang secara tidak langsung menghina dirinya.
Ia pun langsung berlari ke kamar dan mengunci pintu. Tak lupa sengaja menutup pintu kamar dengan cara membantingnya keras. Biarkan saja! Biar Abay tau kalau kali ini ia benar-benar marah.
Di bawah sana, Abay mengacak rambut frustasi sambil mengumpati Galang.
Sial. Gara-gara musuh nya itu, Abay jadi harus marahan lagi dengan Aine. Mana membujuk gadis itu sama susah nya dengan memecah teka-teki siapa dalang di balik kecelakaan sang sahabat.
Drrtt drrttt....
Pandangan Aine berpindah pada ponsel yang bergetar di atas meja.
Dengan wajah sembab akibat menangis semalaman, ia mungkin akan terlambat hari ini ke sekolah. Mana perutnya keroncongan lapar.
Puyu is callingg.....
"Aine!" teriak seorang wanita yang Aine yakini itu adalah Kaia.
Buru buru Aine menjauhkan benda pipih itu dari telinganya.
"Lo deket ya sama Galang?!"
Aine yang masih di serang rasa kantuk, seketika melotot kaget. Dari mana Kaia tau jika ia dekat dengan Galang? Ah, tidak-tidak. Walaupun tidak bisa di bilang dekat, tapi tetap saja ini membingungkan.
"Enggak. Emangnya kenapa sih?"
"Lo cepetan ke sekolah sekarang, bentar lagi bel bunyi."
"Tap-"
"Biar di sekolah aja gue ceritain!"
Tutttt
Call ended
Tak ingin terlalu lama di buat penasaran, Aine langsung buru-buru masuk ke kamar mandi. Tapi langkah nya terhenti karna handphone nya kembali berbunyi.
"Katanya tadi di ceritain di sekolah aja!" seru Aine tanpa melihat dulu siapa yang menelfon.
Bunyi dekhaman dari seberang sana menyadarkan Aine. Ia membekap mulutnya kaget karna sang pacar online lah yang menelfon.
Gadis yang masih memakai piyama tidur itu melempar handuknya dan kembali duduk di kasur.
"Astaga sayang!! Kemana aja, sih? Kenapa baru nelfon sekarang? Aku kangen tauuu," ucap nya manja sambil mengerucut kan bibir.
Pacar nya yang Aine sering panggil dengan sebutan Pasha itu alias Pacar Rahasia Aine terkekeh pelan mendengar nada ngambek dari sang gadis.
"Hahaha maaf ya? Aku akhir-akhir ini sibuk banget. Aku kira kamu gak angkat telfon aku," ucap Pasha.
"Iya gak pa-pa kok, aku ngerti. Kan kita berdua punya kesibukan masing-masing," sahut Aine mengesampingkan egonya.
"Kamu belum berangkat sekolah? Ini udah siang lho Ai."
Iya. Aine sudah memustukan untuk jujur pada Pasha jika nama aslinya Aine. Walau lelaki itu masih nyaman dengan status palsu nya.
"Sebenernya tadi udah mau mandi-"
"Oh kalau gitu udahan dulu gak pa-pa. Nanti kamu telat lagi."
"Ih gak mauu. Aku kan masih kangen. Kamu gak kangen ya sama aku?"
Helaan nafas Pasha terdengar berat, "Kangen dong Ai. Aku janji ntar malem aku telfon lagi oke? Sekarang kamu mandi, siap-siap ke sekolah, have a nice day nona cantik."
Bahkan Pasha sudah mematikan telfon sebelum Aine membalas ucapan have a nice day nya.
YOU ARE READING
Jelek? Siapa takut!
Fantasy"Gue sumpahin lo jatuh cinta sama cewek jelek, buruk rupa, sekaligus bodoh!" Sok polos, tukang bully, dan naif. Kalau ditanya emang ada cewek kayak gitu? Jawabannya ada! Aine namanya. Di anugerahi wajah yang terpahat hampir sempurna membuat tingkat...
9. Abay VS Galang
Start from the beginning