Dia menoleh menatap Gavril yang sangat fokus, kaca mata selalu ada diatas hidung mancung Gavril membuat perempuan muda itu tersenyum lebar. Jari lentiknya menarik jari kelingking Gavril yang ada diatas keyboard, Gavril menunduk melihat istrinya.
"Mas?"
"Ya, Sayang? Kenapa?" Tanya Gavril pelan, dia kini fokus pada istrinya yang terlihat memiliki pertanyaan untuk dirinya.
"Tahu cacing pipih laut gak?" Tanya Azzura balik, Gavril mengangguk pelan dan semakin fokus pada istrinya.
"Tahu, kenapa?"
"Cacing itu gak punya jenis kelamin? Terus gimana mereka kalau berkelahi?" Pertanyaan Azzura membuat Gavril mengernyitkan dahinya pelan. Dia cukup bingung dengan pertanyaan mendadak dari Azzura, padahal biasanya tak pernah bertanya masalah hewan-hewan.
"Kenapa tiga-tiba nanya cacing sih?" Azzura mencari posisi paling nyaman untuk mendapatkan jawaban dari suaminya. Sebetulnya dia bisa mencari di internet, tapi lebih seru saat suaminya yang menjelaskan. Ada sensasi kagum kalau memang Gavril tahu, kalau tak tahu baru lah Azzura mencari dari internet.
"Aku nonton drama, ada penjelasan tentang cacing itu dikit. Aku mau tahu cara mereka berkelahi." Gavril hanya mengangguk pelan sembari melirik drama yang ditonton Azzura.
"Em, cacing pipih laut itu hewan Hermafrodit, artinya punya dua jenis kelamin yang sama-sama berfungsi, jantan dan betina. Kalau kamu tanya cara mereka berkelahi mereka akan berkelahi pakai penisnya, yang berhasil menusuk dan memasukkan sperma jadi ibu dan yang membuahi jadi ayah tentunya." Jelas Gavril sangat santai, dia masih menatap layar laptop sejenak sebelum mematikan laptopnya.
"Kok gitu? Kenapa gak ada kesepakatan aja, kamu jadi ayah aku jadi ibu. Kamu nusuk, aku ditusuk gitu kan enak." Bantah Azzura. Gavril tertawa pelan dan menggeleng, dia menaruh laptopnya diatas nakas sebelum memeluk tubuh istrinya.
"Katanya cacing pipih laut itu gak mau jadi ibu, karena tanggung jawab ibu besar, sedangkan yang jadi ayah setelah berhasil membuahi mereka akan pergi kayak perjaka lagi. Yang ibu bertugas melahirkan anak tentu merawatnya, kan? Makanya cacing pipih laut mau jadi Ayah aja." Azzura menganga mendengar penjelasan tersebut. Dia baru tahu kalau ada hal semacam itu di dunia ini.
"Gila, baru tahu loh aku kalau bisa gitu. Jadi kayak duyung yang pernah aku bahas waktu itu, ya?"
"Duyungmu terlalu gak masuk akal, Sayang. Mau tahu hewan hermafrodit lain yang lebih mengejutkan gak?" Gavril mencubit hidung istrinya sangat gemas.
"Apa?"
"Siput pisang, kamu pernah lihat? Biasanya warnanya kuning, tapi bisa lain juga tergantung sih."
"Mengejutkan dibagian mana? Mereka juga gitu saling gelut buat memutuskan ini ibu atau ayah?"
"No, mereka akan kawin dengn posisi kaki dikepala dan kepala dikaki pasangannya, tubuh berbalik. Kayak posisi 6&9 berbalik gitu lah. Ngerti, kan? " Azzura mengangguk pelan dengan pipi bersemu.
"Mereka akan saling menusukkan alat kelaminnya, alat kelamin jantan loh ya. Keluar lah sperma mereka. Dan dibagian ini yang Mas bilang mengejutkan, biasanya kalau setelah kawin penisnya gak bisa dicabut. Dan cuma bisa lepas dengan cara dimakan pasangan kawinnya, jadi gak punya penis deh."
"Hah? Terus nanti kalau kawin lagi gimana?"
"Ya cuma bisa ditusuk, gak bisa nusuk." Gavril tertawa saat Azzura semakin terkejut. Entah dengan fakta itu atau ucapan tak disaringnya. Lagipula mereka juga suami istri dan berada didalam kamar, tak ada yang tahu obrolan tersebut.
"Untung kita jadi manusia jelas jenis kelaminnya, gak usah berantem buat mutusin aku bagian nusuk. Kamu bagian ditusuk. Kayak gini aja kadang masih kurang bersyukur ya, Mas." Jelas Azzura yang diangguki oleh Gavril.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo, Mas Suami. (End)
RomanceKisah perjalanan rumah tangga Gavril Azzura yang tak pernah berjalan mulus. Dimana dendam masih membara, sakit hati belum sembuh betul, rasa cemburu dan merasa diduakan dengan orang yang sudah tiada, perjuangan Azzura untuk menutup telinga dari ucap...
Part 74
Mulai dari awal