Setiap hari mereka selalu bergilir siapa yang harus pergi untuk membeli makanan. Kebetulan hari ini adalah tugasnya Puyu. Nama panjangnya Putri Ayu. Karna nama Putri sudah sangat teramat pasaran di indonesia, makanya saat berkenalan di depan kelas satu tahun lalu, gadis berambut pendek itu meminta untuk di panggil dengan nama itu. Kalau ditanya kenapa tidak Ayu saja? Ya jawaban dari Aine saat itu cukup menohok.
"Lo gak mau di panggil Ayu, karna lo itu gak ada ayu-ayu nya 'kan?"
Puyu ingin marah, tapi Aine benar. Jadi itulah asal muasal panggilan Puyu. Ingat, ya! Puyu, bukan telur puyuh.
"Serius lo?" Kaia menyeruput es jeruknya tak percaya.
Apa kalian pikir Aine akan tersinggung dengan perkataan kedua sahabat nya itu? Oh tentu saja tidak. Sebaliknya dia malah tersenyum bangga. Membuat Puyu hampir saja melempar saos ke wajah songongnya.
"Lo kenapa jadi senyum, sih, anjir! Seharusnya lo itu sadar, atau belajar tutorial skincare sama kita. Lah ini? Gue udah gak ngerti lagi sama jalan pikiran lo Ki," gerundel Puyu seraya menyantap bakso pesanannya.
Tawa khas Aine pun keluar setelah Kaia berbicara seperti itu. Dia bertepuk tangan senang. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini, yang jelas itu membuat Kaia dan Puyu bergidik ngeri.
"Kalian tau kenapa gue gak pernah pake gituan?"
Keduanya kompak menggeleng, "Karna gue tau, mau digimanapun muka gue bakal tetap cantik. Ya, gue tau sih kedengeran nya naif banget. Tapi gue emang gak butuh itu semua. Yang gue butuhin cuma rasa percaya diri yang ada di diri gue melekat sampai kapanpun," paparnya yang membuat Kaia dan Puyu tak dapat berkata apapun lagi.
Jangan hujat Aine, semua orang berhak berpendapat bukan? Tapi kadang terlalu percaya diri itu tidak baik.
Puyu mengangguk-angguk mengerti, "Ya, gue ngerti maksud lo. Tapi tetep aja Ai, kita perlu ngerawat wajah kita. Ya gak Puy?"
"Yoi," sambut Puyu tersenyum. Aine memutar bola mata malas melihat tingkah keduanya ini.
"Dari pada kita bahas skincare. Mending kita bahas yang lain."
Puyu menatap Aine serius, "Waktu lo berak tadi, gue denger ada suara cowok. Siapa Ai?" tanyanya curiga. Sejenak Aine terdiam sesaat sebelum menjawab. Rona merah terlihat jelas di pipinya. Sungguh kalau dia mengingat kejadian tadi, itu benar-benar memalukan.
Aine mengusap tengkuknya salah tingkah, "Erghh tadi... gue rupanya masuk di toilet cowok. Ya kalian tau sendiri lah gimana rasanya kalau udah gak ketahan lagi buat eek. Aduh udah, deh, gue malu..." rengeknya gemas dengan kedua tangannya menutup wajah malu.
Kaia dan Puyu sontak saja terkekeh geli karna tingkah lucu Aine, "Astagaa Ai-Ai. Untung aja lo gak di apa-apain tadi sama, tuh, cowok," celetuk salah satunya.
"Eh, udah bel, tuh. Masuk kuy," ajak Kaia yang langsung di tanggapi keduanya. Mereka bertiga pun meninggalkan kantin yang perlahan mulai sepi. Tanpa Aine tahu seseorang sudah mengintai nya dari awal dia masuk.
Aine bertopang dagu di pembatas koridor. Pandangannya tertuju ke lapangan basket. Ada beberapa siswa yang bermain basket disana. Tidak ada yang spesial. Baginya, cowok pintar lebih keliatan keren dimatanya dibanding cowok-cowok yang gemar olahraga.
Berkali-kali ia menghela nafas malas karna kebosanan melanda. Salahnya juga yang lupa mengerjakan tugas karna keasyik-an chating dengan pacar rahasia yang ia temui di roleplayer . Salah satu permainan yang Aine geluti dari sejak ia menginjak smp.
Namun karna jenuh, Aine memutuskan untuk berhenti dari game yang ngetiknya pakai jari tapi mainnya pakai hati itu. Tetapi sang pacar online tidak mau putus darinya, dan memohon untuk tetap melanjutkan hubungan dengan syarat tak perlu mengenal identitas asli satu sama lain. Termasuk nama asli.
Dan Aine pun menyetujui. Meski hanya suara pacarnya itu yang ia tau karna mereka sering telfonan saat malam hari untuk sekedar bertukar cerita, tapi itu bukan masalah baginya. Toh, yang penting dia ada teman chating untuk menghilangkan rasa kesepian sebagai jomblo akut.
Mungkin perpustakaan menjadi tujuan gadis itu kali ini. Ya meskipun penjaga perpus akan mengusirnya karna ia selalu berakhir tertidur disana.
Bunyi sorakan dari para pemain basket di lapangan menghentikan langkah Aine. Dia menolehkan kepala ke arah utara, melihat salah seorang pemain yang menjadi bahan tertawaan oleh temannya yang lain. Bagaimana tidak, cowok jangkung itu disuruh melepaskan bajunya karna kalah point. Membuat roti sobeknya terpampang jelas. Harus Aine akui jika tubuh lelaki itu pelukable.
Sial, tatapan keduanya tak sengaja saling bertubrukan. Aine cepat-cepat mengalihkan pandangan sebelum tanpa diduga cowok itu mengedipkan mata sebelah.
"Anjir sok ganteng banget, najis. Dasar cacingan!" rutuknya tak berhenti sembari menuruni anak tangga tergesa-gesa. Tapi kok pipinya panas, ya?
YOU ARE READING
Jelek? Siapa takut!
Fantasy"Gue sumpahin lo jatuh cinta sama cewek jelek, buruk rupa, sekaligus bodoh!" Sok polos, tukang bully, dan naif. Kalau ditanya emang ada cewek kayak gitu? Jawabannya ada! Aine namanya. Di anugerahi wajah yang terpahat hampir sempurna membuat tingkat...
2. Kedipan mata
Start from the beginning