Bab 30

9.1K 306 29
                                    

" Ayah?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Ayah?"

Pradipta mendekati Aluna meraih tubuh ringkih Aluna yang masih tertegun melihat kedatangan sang ayah. Sedangkan Savian hanya diam berdiri melihat interaksi sepasang anak dan ayah itu. Apakah hari ini saatnya dia akan kehilangan Alunanya? Entahlah Savian tidak mau ini terjadi tapi ia juga tak bisa menghentikan nya.

Pradipta masih setia memeluk putrinya–Aluna yang hanya diam tanpa membalas pelukan sang ayah. Sementara itu ada seorang pria di belakang ayahnya yang juga sedang memperhatikan mereka berdua.

" Ayah?" Aluna bersuara saat ia merasa jika sang ayah sedang menangis.

" Maafkan ayah nak, maafkan ayah." Ucap Pradipta yang terlihat menangis dengan tersedu-sedu.

" Ayah minta maaf atas semua perlakuan ayah kepada kamu, ayah menyesal telah memperlakukan kamu dengan kasar dan tak adil."

" Sekarang ayah telah menyadari semuanya kematian ibumu itu bukan salah kamu, kamu tidak pernah meminta untuk dilahirkan di dunia ini kamu juga tidak pernah menginginkan kematian ibumu."

" Maafkan ayah nak karena telah menyalahkan kamu atas semua itu. Ayah sangat terpukul karena kepergian ibu kamu tanpa tau kamu lebih tersiksa dengan itu semua. Tumbuh besar tanpa adanya sosok seorang ibu bahkan dengan adanya ayah yang masih hidup di dunia ini pun kamu tidak pernah merasakan kasih sayang dari ayah. Maafkan ayah nak." Aluna masih terdiam mendengarkan kata demi kata yang dilontarkan sang ayah. Ia tak sanggup lagi membendung air matanya. Rasanya sesak melihat sang ayah menangis karenanya.

Pradipta mengurai pelukannya pada Aluna. Ia menangkup kedua pipi Aluna menatap lekat ke arah putri bungsu nya itu.

" Kamu tau kata-kata terakhir ibumu kepada ayah?" Aluna menggeleng kecil.

" Sebelum ibu mu meninggal ibu mu yang meminta ayah untuk memberikan nama Aluna yang berarti dewi bulan. Selama kamu di dalam kandungannya ibu mu selalu mengatakan jika bayinya perempuan ia akan menamainya Aluna. Karena ia berharap jika bayi itu akan tumbuh menjadi gadis yang cantik seperti dewi dan selalu bersinar terang dalam keadaan apapun layaknya sang bulan yang selalu tetap bersinar dalam malam yang gelap bahkan bulan mampu memberikan penerangan untuk makhluk lain dalam kegelapan."

" Ibumu juga mengatakan kepada ayah untuk menjaga dan membesarkan mu dengan baik tapi ayah melanggar itu semua." Ucap Pradipta dengan tangis yang kembali pecah karena mengingat mendiang sang istri.

" Ibu mu begitu sangat senang ketika melihat kamu lahir dengan selamat tanpa kurang satu apapun. Ia begitu senang karena perjuangan nya untuk mempertahankan kamu untuk tetap terlahir ke dunia tidak sia-sia walaupun ia harus mempertaruhkan nyawa nya sendiri yang kemungkinan besar dirinya tidak akan selamat, namun karena rasa sayang nya begitu besar untuk kamu ia lebih memilih untuk mempertahankan kamu. Tapi ayah yang malah menyia-nyiakan perjuangan nya. Ayah malah menganggap kelahiran kamu adalah pembawa kesialan untuk keluarga kita bahkan dengan bodohnya ayah tidak pernah memperlakukan kamu selayaknya putri ayah."

ALUNA [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang