“Berpikir itu sulit, itulah mengapa kebanyakan orang lebih suka menilai.”
- Carl Gustav Jung
May 4th 2022 - 07.15.37
Nayla R. Kalyca
Alexandria International Senior High School
Ding... Dong...Lonceng berbunyi di puncak Menara Kebijaksanaan. Bunyinya menggetarkan keseluruhan waktu di Alexandria School. Para calon peserta didik baru mulai memasuki ruang ujian tertulis mereka masing-masing berdasarkan nomor ruangan yang diterima ketika pendaftaran. Dari koridor utama sampai cabang koridor gedung utama dipenuhi desakan para calon peserta didik baru yang masuk ke ruang ujian.
Dibutuhkan lima puluh kelas kosong yang dialihfungsikan menjadi ruang ujian. Ada sekitar dua ribu peserta ujian dari penjuru Republik yang menghadiri ujian tertulis. Ujian ini untuk menguji kemampuan calon peserta didik yang nantinya akan menjadi generasi baru Alexandria. Hanya generasi jenius yang akan menjadi kategori murid Alexandria.
Nayla dan saudara-saudaranya hadir sebagai peserta ujian. Seragam sekolah bawaan sekolah menengah pertama menjadi kebanggaan. Hentakan sepatu pantofel terdengar di sepanjang lorong. Dari kejauhan terlihat para pengawas hendak memasuki ruang ujian. Nayla sudah terlambat. Bergegas ia memasuki ruang ujian satu. Ia duduk di bangku nomor lima. Ada banyak orang dan semuanya memiliki aura misterius. Dalam situasi ini Nayla menekan aura keagungannya yang dibawa sejak lahir. Aura itu biasanya membuat orang-orang menghormatinya selayaknya seorang permaisuri.
Nayla melihat Aurelie masuk sebagai orang terakhir ke ruang ujian satu. Gadis itu duduk di belakang bangkunya. Tak lama kemudian seorang wanita muda berusia sekitar dua puluh tujuh tahun memasuki ruang ujian satu. Dia adalah pengawas ujian tertulis.
Anak laki-laki yang duduk di bangku ujian nomor satu tampak mengambil aba-aba. Dia bangkit sejenak dari tempat duduknya, menghela napas panjang, memberikan salam penghormatan kepada guru pengawas. Serentak, seluruh peserta di ruangan itu mengikutinya. Jiwa kepemimpinannya tersebut membuatnya mendapatkan nilai tambahan dalam penilaian etika.
“Selamat pagi, anak-anak. Perkenalkan saya Flora Phelix. Hari ini saya bertugas di ruang ujian satu sebagai pengawas kalian. Peraturannya, dilarang keras menggunakan ponsel selama ujian berlangsung, tidak boleh ada catatan, tidak boleh tengok kanan-kiri, dan tidak ada suara. Di meja kalian hanya ada lembaran kertas ujian dan alat tulis, selebihnya saya sita sementara.”
Flora memerintahkan para peserta ujian mengumpulkan ponselnya ke laci khusus, mencegah peserta ujian berbuat macam-macam. Semua tas peserta diletakkan didepan kelas. Kemudian Flora membagikan enam lembar kertas soal yang digabung menjadi satu pada masing-masing peserta.
Nayla menerima kertas ujiannya dengan senang hati. Materi yang diujikan kurang lebih sama seperti yang dipelajari—dengan sedikit bocoran yang didapatkannya ketika nekat menyusup ke ruang penyimpanan soal-soal ujian tertulis. Ia melakukan ini untuk mempermudah Aurelie lolos ujian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn as UNDERTAKER
ActionDia kembali. Sang Putri yang terbunuh dibawah hempasan guillotine. Terlahir kembali dengan identitas baru yang disematkan kepadanya. Undertaker, Sang Pelaksana. Kehidupannya yang kedua mengharuskannya memikul beban tanggung jawab besar yang tidak p...