26. How Love Works

17 5 13
                                    

"You're here." 

Haga masih berada di ambang pintu. Pikirannya mendadak kosong, melihat Kanaya berada di unitnya terasa seperti melihat setan.

"Pamali berdiri depan pintu," ucap Kanaya. Haga tersadar kemudian masuk ke dalam dengan tangan kanan menutup pintu. Ia melepas alas kaki, alih-alih menghampiri Kanaya ia memilih berjalan ke dapur untuk mengambil soda dari dalam kulkas.

Kanaya mematikan TV. Diletakkannya toples yang sedari tadi dipeluknya, kemudian menyusul Haga di dapur yang sebenarnya lebih tepat disebut mini bar karena desain dapur yang terlalu minimalis.

"Ambil satu lagi, gue mau," katanya meminta Haga untuk mengambilkan soda. Dengan patuh, Haga menuruti tanpa banyak bicara. Setelah menutup pintu kulkas hingga menimbulkan suara debaman, ia mengangsurkan soda itu kepada Kanaya.

"Thanks." Kanaya membuka kaleng soda itu lalu menenggaknya sedikit. Masih tidak ada percakapan yang berarti di antara keduanya. Itu membuat Haga muak sebab tak tahan dengan kecanggungan ini.

"Mind to explain, Nay?"  Menyerah, Haga berinisiatif untuk membuka percakapan. Kanaya bergeming untuk beberapa saat, lalu membalas tatapan lawan bicaranya.

"Should i?"

"After lost you for a weeks, i think i deserve an explanation." Haga membalas dengan tajam. Namun Kanaya tak gentar. Dia tetap tenang seperti danau yang tak beriak.

"I don't know why i have to explain to you because i'm doing nothing?? What kind explanation i should tell you?"

Haga menggertakkan rahangnya menahan emosi. "Stop, Nay. Don't play to me, cukup jelasin alasan lo ngilang dari gue seminggu ini dan bersenang-senang dengan cowok lain!" sentaknya dengan tangan mengepal.

Kanaya tertawa setelahnya. Benar-benar tidak habis pikir dengan kemarahan Haga. "Gak ada alasan atas apa yang gue lakuin seminggu ini. Dan tentang cowok itu, none of your business. Just remember what your limit. You don't have to mad, you're nothing! Lo bukan pacar gue!"

Gadis itu menyelesaikan kalimatnya dengan nafas memburu. Haga mendecih lalu meremas kaleng sodanya hingga tak berbentuk kemudian melemparkannya ke dalam tong sampah.

Lelaki itu mengangguk, "Right. Gue bukan pacar lo, dan gue nggak ada hak buat marah. Tapi bisa jelasin alasan lo masuk kesini tanpa izin dari gue? Lo bahkan nggak peduli sama yang punya rumah," balas Haga.

Kanaya menyesap sodanya sedikit demi sedikit, lantas menarik kursi meja makan lalu mendudukinya. "Neisha bilang apa aja sama lo?" tanyanya mengabaikan pertanyaan sebelumnya.

Haga mendengus malas, sudah menjadi kebiasaan bagi gadis itu untuk mengalihkan pembicaraan. "Jangan mengalihkan pembicaraan, gue yang nanya duluan."

"Kalau lo jawab pertanyaan gue, semua pertanyaan yang ada di otak lo akan kejawab semua." Kanaya bersikeras. Haga menghela nafas sebelum membuka suara.

"Neisha bilang kalau lo selalu sama cowok itu selama seminggu ini. Dia bilang kalau cowok itu lagi pdkt-in lo."

Menangkap ada hal yang janggal, Haga bahkan baru menyadari kalau sedari tadi mereka berdua menggunakan lo-gue.

Kanaya mengangguk membenarkan, "Bener, dia emang lagi pdkt-in gue. Dan dia juga lagi pdkt-in lo."

Dahi Haga mengerut tidak paham, "Dia siapa?"

"Who else? Of course her, Neisha."

Haga hanya bisa diam membisu. Seingatnya, Neisha bilang kalau dia bukan tipenya. Well.. bisa saja dia berbohong, kan? Haga merutuk dalam hati, bisa-bisanya lo bodoh Haga?!

More Than Friends?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang