"Tumben belum tutup, Bang?"
Pertanyaan itu berasal dari seseorang yang baru saja masuk ke dalam distro setelah datang dari pernikahan ayah Rama hingga selesai acara pada pukul 23.00 WIB. Saat ini Garen sedang melihat Haikal begitu sibuk menghitung mengeluaran dan pemasukan barang di kasir, sementara, para karyawannya sudah pulang sejak tadi pada pukul 21.00 WIB.
"Tadi, banyak pelanggan. Makanya Abang agak telat tutup," jawabnya dengan mata dan tangan yang masih fokus pada nota. "itu Syara menunggu kamu dari tadi, sampai ketiduran dia."
Pandangannya pun langsung mengalihkan pada sofa tamu yang sedang berbaring di atasnya. Ia tersenyum sembari menghampiri gadis itu dengan mendekatkan wajahnya untuk melihat jelas rupa Syara yang begitu cantik sambil menyisihkan rambut disela-sela telinga serta memberikan tatapan yang dalam, seperti ada campuran cinta dikelopak matanya.
"Maafin aku, ya, Sya."
Suara kecilnya berhasil membuat gadis itu bergerak dengan memalingkan wajahnya sehingga sekarang sedang membelakangi sang laki-laki sambil membersihkan liurnya secara spontan tanpa ingat bahwa dirinya sedang berada di distro. Hal tersebut tentu saja membuat Garen tersenyum seraya menghela napas ringan. Ia pun duduk disofa dengan meletakan kepala Syara di atas pahanya sebagai pangkuan untuk tidur terlelap.
"Syaranya ada di sini, Kal?" tanya Tari.
Kedua orang tuanya tiba di ditro setelah berjarak 1 jam dari kedatangan Garen, ketika itu Haikal sedang menutup seluruh kaca distro menggunakan gorden. "Ada, mereka lagi ketiduran."
Saat ini Garen sedang tertidur dengan posisi duduk dan Syara masih berada dipangkuan pahanya. Sang mama menghampiri anak-anak mereka sambil menatap dengan penuh kasih sayang serta membelai wajahnya satu per satu. "Kesihannya anakku ..., pasti kalian capai, ya, sayang."
Suara wanita itu berhasil membuat anak laki-lakinya terbangun, ia membuka perlahan matanya sambil mengucek dengan pelan. Kemudian, meranggangkan sedikit tubuhnya dengan mata yang masih berat. "Bunda ...."
"Aduh, aduh, aduh, anakku ...." Tari terlihat gemas kepada Garen, ia kembali merapikan rambut anak laki-laki itu. "Pulang, yuk, sayang. Besok kalian berdua sekolah, kebiasaan suka tidur di sini, padahal di dalam ada tempat tidur. Kesihan abang kalian nggak pulang gara-gara menjaga kalian berdua." Kemudian, pandangan wanita tersebut mengalihkan kepada anak perempuannya sambil menghela napas. "Astaga ..., air liur Syara kena celana kamu, Nak. Tasnya juga. Buat repot orang aja kamu, Nak," katanya sambil menggeleng.
"Nggak papa, Bun. Sudah biasa. Waktu dulu 'kan Syara juga gini sama Garen .... Syara ikut Garen aja, ya, Bun. Bunda sama ayah boleh pulang," ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembaran Sejarah
Teen Fiction"Adil ka talino Bacuramin ka basengat ka jubata. Arus, arus, arus." -Dayak *___* Kita kembali mengenang cerita tahun 2018. Setiap takdir punya alasan, kenapa hidup lebih mendapatkan penderitaan dari pada kebahagiaan? Hal itu terjadi karena terlalu b...