Sean sedikit terkejut dengan apa yang dilihatnya sekarang. Sunghoon baru saja menabraknya! Dan apaitu? Penampilan kacau, rambut acak acakan, Hoodie tidak di cuci seminggu, mata merah, kantung mata yang hitam. Sean mengamati dalam dalam pemuda di depanya, walaupun ia sangat marah pada Sunghoon waktu itu, tapi melihat kondisinya sekarang sedikit memprihatinkan. Sunghoon menduduk dalam tidak sadar bahwa orang yang di belakangnya adalah orang yang ia cari selama ini.
Sean bergulat pada pikiranya, antara ia salah atau benar
"Apa aku sudah kelewatan?" Tanyanya pada dirinya sendiri.
Sunghoon pergi tanpa mengetahui kehadiran Sean, jujur Sean ingin mengejar Sunghoon untuk meminta maaf tapi ia urungkan itu karena dua hal. Satu, Sunghoon sudah terlalu jauh dia malas berlari sekarang, dan dua, rasa gengsi nya melebihi rasa bersalahnya.
•°•°•°•
"Kak Umji, Sean pulang!"
Hening. Tidak ada tanda kehidupan maupun suara mesin cuci yang kerap berbunyi, Sean meletakan belanjaanya dan ingin beranjak menuju taman belakang, ia ingin menyiram tanaman karena ibu Umji baru saja memberinya pesan agar menyiram tanaman. Tapi sebelum itu Sean harus naik ke kamarnya untuk melepas cardigan yang ia gunakan untuk pergi ke minimarket tadi. Namun langkahnya terhenti kala suara dering telfon memenuhi seisi ruangan.
Kring! Kring!
Ada panggilan telfon rumah rupanya, Sean meletakkan cardigan yang sudah ia lepas dan menaruhnya di sofa lalu berjalan ke arah telfon genggam di ruang tamu dan mengangkatnya.
"Hal-
"Kak Umji"
Suara ini, ini suara Sunghoon! Aduh Sean harus bagaimana, jawab atau tidak. Sean nampak berfikir, dengan gelisah ia hendak membalas perkataan Sunghoon di sebrang, namun niat itu ia urungkan karena takut Sunghoon akan tau dia ada dimana.
"Halo? Kak Umji?"
"Sean, siapa itu?" Tanya Umji dari halaman belakang. Syukurlah, degup jantung Sean mereda kala Umji datang menghampirinya dan menanyakan perihal siapa yang menelfon.
"Kak Sunghoon" jawab Sean dengan suara sepelan mungkin dan telfon yang sedikit di jauhkan, Umji yang paham segera mengambil alih telepon yang berada di genggaman Sean.
"Halo Sunghoon, maaf ya, tadi mama kakak yang jawab" Sean lebih memilih untuk masuk kedalam kamar, berusaha menghilangkan memori suara Sunghoon, dan tidak ingin menguping pembicaraan mereka berdua.
Dalam lubuk hati Sean ia tau bahwa hukuman untuk Sunghoon sudah cukup, tapi yang sekarang ia khawatirkan ialah jika ia dengan mudah menerima Sunghoon kembali, apakah Sunghoon akan memperlakukan Sunoo dengan baik? Apakah Sunghoon tidak akan kasar lagi kepada Sunoo? Itulah yang menjadi pertimbangan Sean.
Tapi sepersekian detik kemudian Sean menemukan ide, dan ide itu akan berjalan dalam waktu dekat.
"Baiklah Sunghoon, jika ga ada yang ditanyain lagi kakak tutup telfonya"
"Kak, bisa Sunghoon cerita?"
"Cerita saja"
"Hmm, Sunghoon kangen kak sama Sunoo, sejahat itukah Sunghoon sampai Sunoo gamau dateng lagi"
"Semua upayaku nihil kak hasilnya, aku ingin putus asa, tapi saat aku memejamkan mataku aku melihat Sunoo diluar sedang tidak baik baik saja"
"Melihatnya aku- Sunghoon tampak menghentikan sebentar ucapannya.
"Aku ga kuat kak, aku hampir gila karena tiap malem mikir yang engga engga soal Sunoo, masalahnya dia bukan manusia biasa kak, dia hybird, pasti banyak yang mau mengincarnya diluar sana"
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Fox [Sunsun] ✓
Fantasy[COLABORATION PROJECT) Hybird rubah pertama yang selamat dan berhasil dibuat oleh jemari terlatih ilmuan. Ekor emas dengan ujung putih lebat, sepasang telinga rubah berwarna jingga dengan bagian dalam berwarna merah muda menjadi ciri khas hybird man...