★ D.A - S3 - 04 ☆

9.9K 1.5K 255
                                    

"Siapa?!"

Delon yang masih berbaring di atas tempat tidur sontak berdiri begitu mendengar pertanyaan Argon. raut terkejutnya sangat kentara, pun dengan binar bahagianya yang terlihat sangat jelas. meski detak jantungnya bergemuruh hebat begitu melihat keberadaan Ayah angkatnya di sini. rasanya.. sangat mendebarkan. terlebih.. Ayahnya itu pasti sangat asing dengan wajahnya yang sekarang benar-benar spek gelandangan.

"Kau siapa?!" Argon kembali bertanya karena pertanyaannya tadi seolah terabaikan. posisinya bahkan tidak bergerak sedikitpun dari ambang pintu. juga, tatapannya tidak lepas menatap lekat pada remaja asing yang kini membungkus seluruh tubuhnya dengan selimut. bahkan, wajah remaja itu hanya terlihat sedikit. dia tidak mengerti apa yang terjadi. namun, perasaan familiar hinggap, hingga suasana hatinya yang muram kini diliputi rasa lega tanpa sebab. rasanya sangat aneh karena degup jantungnya berdegup kencang secara tiba-tiba.

Delon sendiri tidak tahu harus menjawab apa. bibir bawahnya dia gigit dengan perasaan yang teramat bahagia begitu melihat Argon, rasanya dia ingin berlari untuk memeluk, merasakan pelukan hangat sang Ayah yang dia rindukan. namun, itu tidak akan terjadi. "Om.." cicitnya pelan yang justru membuat Ayah angkatnya itu menatapnya dengan alis terangkat tinggi. gerakan kecil itu justru membuat ketampanan Ayahnya semakin terlihat. dia tidak tahu berapa usia Ayahnya sekarang, karena tidak ada yang berubah sedikitpun. baik dari wajahnya yang masih terlihat sama, bahkan terlihat semakin tampan dalam balutan jas formal, aura intimidasi, kharisma, terlebih wibawa yang tidak luput melekat.

Delon menelan ludah, keren dan penuh wibawa.. itu adalah ciri khasnya menurut readers. namun sekarang, dia dengan apik menyematkan ciri khasnya itu kepada Argon. Ayah angkatnya itu selalu terlihat keren tanpa jeda, bahkan setiap waktu. meski terlihat sangat tegas dan keras, namun itu semua memiliki alasan tersendiri. tidak ingin Kara bersekolah umum, misalnya. dan, dia tidak akan pernah bosan untuk mengatakan kepada adik bungsu Ayahnya untuk tidak mengikuti jejaknya. susah diatur, pemberontak, bahkan nakal.

"Kau tuli? saya tanya, kenapa kau bisa masuk ke kamar putra saya?!"

Delon yang sejak tadi diam refleks mendongak dan terkejut begitu melihat Argon yang kini sudah berdiri tepat di depannya. saking terkejutnya, selimut yang tadi membungkus seluruh tubuh mungilnya terjatuh begitu saja. matanya mengerjap dua kali sebelum membalas tatapan sang Ayah dengan tatapan tidak santai. "Hah? Putra? Om punya anak? tapi, di sini nggak ada orang, tuh?!" balasnya yang kemudian menelan ludah kelu. nasi sudah menjadi bubur, dia harus menelannya, meskipun terasa sangat hambar.

Argon menggeleng saat perasaan familiar itu kembali hadir, bahkan terasa sangat membuncah. degup jantungnya yang berdegup kencang, kini.. semakin terasa. semua terasa semakin aneh. remaja yang berdiri di hadapannya saat ini bukan Delon, itu sudah sangat jelas, karena putranya itu sudah pergi untuk selamanya. namun, perasaan ini hanya dia rasakan saat bersama putranya itu. terlebih, saat bibir mungil itu bergerak membalas pertanyaannya dengan sinis.

Mengenyahkan perasaan aneh yang kian menggebu. Argon lantas berujar seraya menoleh menatap seisi kamar. "Keluar!"

Delon mengigit ujung lidahnya begitu mendengar perintah Argon. Ayah angkatnya itu tidak menatap, ataupun membalas tatapannya. bahkan, terkesan menghindari. "Om punya hak apa suruh gue keluar dari sini?!" balasnya menantang seraya berkacak pinggang. namun, melihat tatapan sendu Ayahnya saat menatap bingkai foto yang ada di atas nakas. perasaannya diliputi rasa cemas. "Maaf, Om!" ucapnya yang kemudian melangkah keluar dari dalam kamar.

Argon bergeming. rasa lelah setelah melakukan penerbangan dari Swiss ke Indonesia, hilang dalam sekejap begitu tatapannya berpusat ke arah bingkai foto yang memperlihatkan Delon yang tengah tertawa. di sampingnya ada Kara yang berpose cemberut karena kedua pipinya ditarik oleh Delon.

Different, D.A || Selesai ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang