Epilog bagian II - Garen dan Nicho

352 38 2
                                    

Ketika selesai rapat osis disore hari, Garen berniat untuk menjemput Syara di studio radio. Namun, disaat hendak sampai ke sana, dari kejauhan, laki-laki itu melihat seorang gadis sedang terbaring ditanah, tepat di depan studio, tentu saja hal tersebut membuat Garen terkejut karena gadis itu adalah Syara sendiri. Tak ada seorang pun yang menolongnya di sana.

Jantung Garen hampir ingin berhenti setelah melihat Syara yang sudah tak berdaya, ia bahkan meletakan motornya sembarangan. Kepala gadis itu langsung diletekan di atas pahanya sambil menepuk-nepuk pelan pipi Syara dengan mata yang mulai berbinar-binar.

"Sya, Sya, bangun ..., jangan buat aku khawatir," ucapnya dengan suara lemah.

Sementara itu, seseorang baru saja menyadari bahwa Syara pingsan di sana, karena dirinya sedang belanja di warung sehingga tak memperhatikannya. Ia sadar setelah pemilik warung berteriak setelah melihat Syara yang sudah jatuh di tanah. Namun, disaat hendak menolong, langkahnya langsung berhenti saat melihat Garen lebih dulu datang sehingga membuatnya terdiam sejenak, sebelum akhirnya menghampiri mereka berdua dengan langkah begitu lemah.

"Kamu niat nggak menjaga Syara? Dia pingsan gini, kamu cuma diam aja? Bahkan dari tadi aku melihat kamu di situ, kamu nggak peduli!"

Garen dibuat emosi, sampai-sampai dirinya harus berjuang sendirian untuk menggendong Syara untuk duduk di atas motor dan menyandarkan tubuhnya di belakang punggung. Sedangkan Nicho hendak membantu pun langsung ketakutan, karena suara laki-laki itu berhasil membuat semua orang yang berada di sekitar menjadi pusat perhatian.

"Ren, kamu salah paham. Aku bukannya nggak peduli, tapi aku beneran nggak tahu, kalau Syara pingsan," ucap Nicho dengan menunjukan wajah bersalah.

Ia tertawa sarkastis. "Mana mungkin situ nggak tahu, padahal jelas-jelas di depan mata sendiri. Aku lihat, kamu keluar dari studio barengan sama Syara. Kalau kamu nggak suka dengan permintaanku buat menjaga Syara, bilang, biar aku nggak berharap."

Disaat ia sedang menghidupkan motornya, Nicho segera menghampiri laki-laki itu dengan wajah panik. "Ren, aku minta maaf, masa masalah ini aja kamu permasalahkan?"

Tentu saja ucapan Nicho lagi-lagi membuat amarah Garen terpancing. "Masalah ini aja kamu bilang? Syara itu tanggungjawab aku, Nich. Kalau sampai dia kenapa-napa, aku salah besar sama orang tuanya, aku berutang budi, aku sadar diri, Nich. Tanpa mereka aku nggak bisa apa-apa. Cara satu-satunya, ya, ini, Nich. Menjaga Syara. Ngerti?"

"Maaf, Ren. Aku bantu, ya?"

"Nggak perlu. Lebih baik hubungan persahabatan kita berakhir aja, sama seperti teman kita satunya, pergi tanpa sebab. Bagusnya bubar, kan? Aku juga nggak butuh kalian."

Lembaran SejarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang