"Pak, saya beli es krim nya dua ya, rasa coklat." Arven berkata seraya melihat-lihat menu rasa es krim yang tersedia.
"Baik, Mas, silahkan ditunggu ya," jawab paruh baya tersebut.
"Pak, harga es krim nya berapa?" tanya seorang anak kecil yang berpakaian lusuh sambil memegang sebuah keranjang berisi kue.
Arven menoleh ke arah anak kecil tersebut, ada rasa kasihan dalam hatinya ketika melihat anak kecil yang seharusnya menikmati masa kecilnya kini harus berjuang mencari uang.
"Sepuluh ribu, Dek," jawab penjual es krim tersebut.
Anak kecil itu pun menatap ke arah telapak tangannya yang menggenggam uang dua ribuan, "Saya cuman punya uang segini, cukup ga, Pak?" tanyanya.
"Ga cukup, Dek. maaf ya,"
Arven menunduk, lalu mensejajarkan tingginya dengan anak kecil tersebut, "Kamu mau es krim rasa apa?" tanya Arven.
Anak kecil itu pun langsung menoleh ke arah Arven, matanya berbinar-binar, "Mau rasa coklat!" jawabnya dengan antusias.
Arven mengangguk sambil tersenyum tipis, "Oke, tunggu ya."
"Pak, es krim rasa coklat nya satu lagi." Arven memesan es krim tersebut untuk anak kecil yang berada di sampingnya.
"Baik, oh iya ini es krim punya Mas yang dipesan di awal tadi sudah jadi," Bapak penjual es krim itu menyerahkan dua es krim rasa coklat ke arah Arven, lalu Arven menyambutnya.
"Terima kasih," ucap Arven, lalu Arven kembali menunduk dan mensejajarkan tingginya dengan anak kecil itu, "Ini es krim buat kamu." Arven menyerahkan es krim tersebut ke anak kecil itu.
Anak kecil itu menyambut es krim yang berada di tangan Arven dengan sangat antusias, "Makasih, Kak! Akhirnya aku bisa makan es krim lagi."
Arven memandang sendu anak kecil itu, "Namanya siapa?" tanya Arven.
"Nama aku Azzam, kalo nama kaka siapa?" Azzam memandang Arven dengan tatapan polos sambil menjilati es krim.
"Nama kaka Arven," balas Arven, lalu mengusap lembut kepala Azzam.
"Mas, ini es krim nya udah jadi." Bapak penjual es krim itu kembali menyerahkan satu es krim rasa coklat.
Arven berdiri, lalu mengambil es krim tersebut, "Totalnya berapa?" tanya Arven.
"Tiga puluh ribu, Mas."
Arven merogoh kantong celana nya, lalu mengeluarkan uang berwarna biru, "Kembalian nya buat Bapak aja," ujarnya.
"Ya Ampun, terimakasih ya, saya benar-benar berterima kasih." Bapak penjual es krim tersebut menunduk ramah.
Arven mengangguk, lalu pandangan kembali beralih ke arah Azzam, "Azzam, kaka kesana dulu ya, sampai ketemu lagi," pamit Arven.
Azzam mendongak menatap Arven, "Okey Kak, makasih ya Kak, udah beliin aku es krim."
Arven mengangguk, lalu kembali mengusap kepala Azzam, "Semoga kita bisa bertemu lagi ya."
Arven melangkahkan kaki nya ke arah kursi yang diduduki Maira, Maira yang melihat Arven berjalan ke arahnya itu pun langsung membuang pandangannya ke arah lain.
"Maaf lama, nih es krim nya." Arven menyodorkan es krim tersebut ke arah Maira.
Maira tetap diam, tak membalas ucapan Arven, Arven yang melihat Maira tetap diam itu pun mengerenyit heran.
"Kenapa?" tanya Arven heran.
"Pikir sendiri," ketus Maira.
Arven semakin mengerenyitkan dahinya, es krim yang berada di tangannya itu pun sudah hampir meleleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARZA
Teen Fiction"Gue suka sama lo" "Tapi gue gasuka sama lo" ☠️☠️☠️ Ini tentang Maira yang terobsesi dengan seorang Arven, dia selalu bertekad untuk mendapatkan hati Arven. Berbanding balik dengan Arven, yang malah menyukai perempuan lain...