Gelas-gelas kaca yang mulanya terisi penuh oleh larutan kafein, kini kosong menyisakan ampas. Malam termaram ditemani oleh bergelas-gelas kopi yang dipesan, juga sepiring pisang bakar bertabur keju. Kayla bersama teman-teman sekelompoknya tengah mengerjakan tugas dari dosen untuk memenuhi nilai akhir, mengingat sebentar lagi akan ada UAS. Jadilah mereka berlima berakhir disini, merelakan waktu akhir pekannya untuk sebuah tugas yang sialnya menjadi nyawa bagi mereka.
Tidak mengerjakan tugas sama dengan nilai kosong, dan itu akan mengerikan bila mata kuliahnya akan diisi D oleh dosen. Bisa-bisa, IPK Kayla akan anjlok. Dia tidak mau mengecewakan kedua orangtuanya.
"Kay, udah cari materi yang gue suruh?" tanya Nadine. Kayla menoleh pada perempuan berkacamata bulat itu kemudian mengangguk.
"Udah, Nad. Gue kirim ke lo ya."
"Oke, thanks ya."
"Nad, laptop gue tiba-tiba mati. Bawa chargeran nggak?" Raihan berceletuk.
"Hah? Kok bisa mati?"
"Nggak tau, tiba-tiba layarnya mati. Mana belum sempat save lagi."
Nadine panik, karena semua data tugas ada di Raihan. Yang lain juga ikutan panik, sedangkan Kayla mencari cara untuk menenangkan teman-temannya sekaligus mencari solusi.
"Gimana kalau kita ngerjain ulang? Masih keburu kok, pake laptop gue aja. Kalau malem ini nggak sempet gue lanjutin di kosan," usul Kayla.
"Tapi tugasnya udah 70% rampung, sayang banget, Kay." Nadine terlihat kurang setuju dengan usulan Kayla.
"Kan tadi katanya belum sempat di save, berarti sama aja dong harus ngulang?" sahut Latif yang sedari tadi diam. Benar juga, kalau gini jadinya harus mengulang dari awal. Nadine dan Alexa semakin panik sampai matanya berkaca-kaca.
"Terus gimana dong... gue nggak inget apa aja yang diketik tadi," lirih Alexa.
Semua terdiam, mereka juga sama halnya. Memangnya siapa sih yang bisa mengingat isi dari 30 lembar halaman?
Raihan menghembuskan nafas, "Ya udah mau nggak mau harus ngulang. Ketik aja seingatnya, sama cari di artikel-artikel lain tentang materi yang kita bahas. Jangan panik dulu, kalau emang nggak sempat besok kita bilang sama Bu Endang kalau laptopnya rusak," ujarnya bijak. Semua mengangguk setuju lalu bergegas mengerjakan tugas yang diberikan.
Di tengah-tengah mengerjakan, Alexa mengeluh karena pinggang serta matanya sakit. Pun dengan Latif yang izin untuk tidur sejenak karena tidak kuat menahan kantuk. Jam dinding menunjukkan pukul setengah dua pagi. Untungnya kafe ini buka 24 jam, sehingga tidak diusir walau sudah tengah malam.
"Kay, kalau nggak kuat jangan dipaksain. Gantian sama gue aja," tegur Raihan saat melihat Kayla memaksakan diri untuk membuka mata.
"Jangan! Lo daritadi udah ngetik, nggak papa gue aja. Lagian tadi gue udah pesen kopi dua gelas, nggak bakal ngantuk."
Padahal jelas-jelas matanya menunjukkan sebaliknya. Berulang kali gadis itu menguap dan mengucek matanya, membuat Raihan tidak tega.
"Ya udah, dilanjut besok aja. Nanti gue minta keringanan sama Bu Endang, siapa tau beliau bisa ngerti keadaan kita. Gue tau lo ngantuk, Kay. Jangan bohong," kata Raihan tegas tak terbantahkan. Yang lain saja sudah terlelap, sedangkan Kayla memaksakan diri untuk terjaga. Walau sudah meminum kopi dua gelas, itu tidak akan berpengaruh terhadap Kayla.
"Terus lo sendiri gimana? Nggak ngantuk?"
"Gue ada insom, udah biasa begini. Sana balik, yang lain biar gue yang urus."
Kayla meragu, ia tidak enak meninggalkan Raihan sendiri bersama teman-teman sekelompoknya yang lain.
"Balik atau gue telpon ibu lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Friends?
Teen Fiction[COMPLETED] Terjebak friendzone selama 5 tahun membuat Haga dan Kayla resah. Namun, ternyata semesta mengirim masing-masing orang baru untuk cerita mereka. Jadi, apakah mereka akan tetap mempertahankan pertemanan atau sebaliknya? © honeybluw est A...