★ D.A - 20 ☆

12.9K 1.7K 351
                                    

"Ayah, ck! ini beneran aku sama Kara homeschooling lagi?"

"Kau kira Ayah bercanda, Delon?" balas Argon yang kemudian mematikan laptop dan menyimpannya di atas meja nakas samping tempat tidur. sejak semalam dia tidak tidur, selain karena memastikan Delon dan Kara terlelap dengan tenang dan aman, dia juga harus menyelesaikan pekerjaan untuk esok hari. "Ayah akan siap-siap. kalian juga, Delon, Kara!"

"Baik, bang Ar!"

Delon merenggut. kepalanya menoleh menatap Kara yang duduk di sisi kanan. "Kar, lo semalem liat apa, sih?" tanyanya penasaran. semalam, ketika adik bungsu Ayahnya itu berteriak lantang, dia yang tidak tahu apa-apa dipeluk dengan amat sangat erat. bahkan, untuk menoleh melihat ke sekeliling saja dia tidak bisa. alhasil, ketika Zirco mengambil alih tubuhnya untuk dipeluk, dia langsung tidur tanpa mengetahui apa yang terjadi. 

Kara dengan mata sembabnya menoleh. selimut yang masih menutupi tubuhnya, dia peluk semakin erat. "Semalam aku liat sapi terbang, Delon!"

Delon menutup mulutnya terkejut begitu mendengar jawaban Kara. ekspresinya terlihat sangat lucu dengan kerjapan dua kali yang dia lakukan. lalu, kedua netra hitamnya berotasi dengan malas. "Kar, gue nggak se-bego lo, anjir!" dengusnya seraya merangkak mendekati adik bungsu Ayahnya itu. "Ngomong-ngomong, lo udah nggak marah lagi sama gue, Kar?" tanyanya sembari menyenderkan kepalanya pada bahu kiri Kara.

Kara menunduk. dia tatap Delon yang menyender pada bahunya dengan menutup kelopak matanya kembali. dia dan anak angkat Kakak sulungnya itu bangun cukup awal hari ini, dia yang tidur tidak nyenyak, sementara Delon yang sangat pulas. "Aku tidak bisa marah sama kamu, Delon! kamu keponakan aku!"

"Lo sih, sok-sokan mau marah sama gue! gue marah balik ketar-ketir kan lo?!"

"Uhm.. kamu memang hobi marah ya, Delon? kalau aku perhatiin kamu itu setiap hari marah-marah, loh!" ungkap Kara dengan memperbaiki posisi kepala Delon. "Kamu keras kepala! persis seperti bang Ar!" lanjutnya yang langsung disambut tarikan pada telinga kirinya oleh Delon.

Delon mendengus, berbanding terbalik dengan Kara yang meringis seraya mengusap-usap telinganya yang terasa panas. tubuhnya kembali duduk dengan tegak. "Keras kepala lo bilang, Kar?"

Kara menggeleng dengan cepat. "Tidak, kamu salah dengar, Delon. kamu tidak keras kepala, tapi kamu itu pemarah seperti banteng!" ungkapnya yang kemudian bergerak menyingkap selimut.

"Apa lo bilang?!"

Kara menggeleng-geleng seraya bergerak turun dari tempat tidur.

"Kar------"

Bugh!

"-----argh!"

Kara mengigit ujung lidahnya begitu melihat Delon jatuh tengkurap di bawah tempat tidur. anak angkat Kakak sulungnya itu bergerak untuk menerjangnya, namun naas, kakinya justru tersandung oleh selimut yang dia singkap.

"Aku tidak sengaja, Delon! beneran deh, kamu tidak terluka, 'kan?"

Delon yang masih dalam posisi tengkurap, kini telentang. dia tatap Kara dengan delikan garang yang justru membuat adik bungsu Ayahnya itu melangkah mundur dengan perlahan. "Apa lo bilang? nggak sengaja?!"

Kara mengangguk sekali. selimut yang tergeletak di bawah dia ambil. kakinya kemudian melangkah semakin mundur begitu melihat delikan Delon yang amat sangat garang. "Aku punya cokelat loh, Delon. kamu mau?" Tawarnya yang langsung disambut dengusan kasar oleh anak angkat Kakak sulungnya itu.

"Kamu mau motor, Delon? nanti aku minta sama Daddy buat kamu, ya?"

Kara menatap Delon was-was saat anak angkat Kakak sulungnya itu kini menatapnya dengan pelototan tajam. dia yang sejak tadi melangkah mundur semakin mundur saat Delon berjalan mendekat.

Different, D.A || Selesai ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang