★ D.A - 18 ☆

12.4K 1.7K 256
                                    

"Apa maksudnya, Neo?"

Neo langsung menoleh melihat Arsen. Kakak keduanya itu masuk dan mendengar perkataannya tadi. "Permintaan Kara, Kak!" ujarnya memberitahu.

Argon yang sudah berdiri dan bersiap-siap untuk keluar dari sana, kini justru melangkah menuju sofa dan mendudukkan diri di sofa single. Arsen dan Neo mengikuti, keduanya mendudukkan diri di tempat masing-masing.

"Itu akan terjadi! Delon tidak akan bebas lagi!"

"Kak Ar? apa yang Kakak katakan? Delon akan marah mendengar keputusan ini!" Protes Arsen saat mendengar ucapan Kakak sulungnya itu. setelah tahu dia akan kembali bersekolah umum, Delon sedikit menurut, hanya sedikit. itu karena, Kakak sulungnya tidak terlalu mengekangnya seperti dulu. "Jangan egois, Kak! aku akan bujuk Kara------"

"Uncle Ethan menyerang Delon di sekolah, Kak Sen!" sela Neo cepat sebelum Arsen menyelesaikan perkataannya.

Reaksi yang Arsen berikan terlalu berlebihan, pemuda itu sampai berdiri dari duduknya dengan wajah terkejut yang luar biasa. "Neo, apa yang terjadi?!" tanyanya setelah kembali duduk di tempat semula.

"Delon diserang dengan anak panah----"

"Kak Ar, Delon dan Kara tidak boleh sekolah umum!" Potong Arsen cepat sebelum Neo selesai menjelaskan.

Neo mendengus. "Harusnya begitu, Kak!" imbuhnya yang kemudian menoleh begitu mendengar decitan pintu yang dibuka. Argon dan Arsen juga ikut menoleh, ada Delon yang keluar dari kamar mandi dengan piyama tidur.

"Delon, siang-siang pakai baju tidur mau ngapain?"

Delon mendengus jengkel begitu mendengar pertanyaan Arsen. Kakak kedua Kara itu tumben terlihat setelah dua hari ini lembur dengan urusan pekerjaan. "Mau renang, bang!" balasnya yang kemudian mendudukkan diri di bawah sofa yang diduduki Argon. "Besok-besok kalau gue ambil piring ditanya juga, bang, biar gue jawab mau perang!" lanjutnya dengan meraih tangan sang Ayah untuk dia letakkan di atas kepalanya.

Arsen dan Neo kompak menggeleng mendengar balasan Delon, kekehan keduanya terdengar pelan.

"Rambutmu basah, Delon?" 

"Hu'um, keringin dong, Yah! nanti gantian aku yang pijitin Ayah!"

Argon mengangguk. dia raih handuk kecil yang Delon ulurkan, dan dengan pelan mengusapkannya pada rambut hitam putranya yang setengah basah.

Arsen dan Neo yang masih duduk di tempat semula kini berbincang dengan suara pelan. selain tidak ingin mengganggu kegiatan Ayah anak itu, mereka juga tidak bisa membahas masalah Delon di depan remaja itu sendiri.

Selagi sang Ayah mengusap-usap rambutnya agar kering, rasa kantuk kembali menyerang. lantas, Delon yang menguap lebar menyenderkan kepalanya pada kaki Argon dengan kelopak mata terpejam. belum sepenuhnya tertidur, bisa dia rasakan pergerakan Ayahnya yang akan berdiri. "Aku belum tidur, Ayah.. nanti dulu!" racaunya yang membuat Ayahnya itu kembali duduk.

"Lehermu akan sakit jika tidur begini, Delon!"

"Ungh.. nggak, Ayah!" balas Delon dengan kelopak mata yang masih terpejam. kini, bukan hanya kepalanya saja yang menyender, tangannya juga ikut memeluk kaki Argon yang tertekuk.

Different, D.A || Selesai ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang