Risau

576 32 4
                                    

Happy Reading!

Cuaca mendung kelabu seakan mendukung isi hati Kayla saat ini, tatapannya kosong menatap lapangan yang berada didepannya.

Bayangan saat dirinya dengan Tian terus menghantuinya, tidak lupa juga dengan Tian dan Kristela kini yang selalu bersama seakan sepasang kekasih.

Ia hanya bisa memainkan gelang yang masih ia gunakan, gelang yang sama dengan Tian.

Ia memilih bangkit dari kursinya, menunggu Aca kembali dari toilet cukup memakan waktu. Bel pulang telah berbungi sejak 15 menit yang lalu, namun mereka masih belum pulang.

Aca yang keluar dari toilet dengan sedikit merapihkan rambutnya, "Pulang? Apa mau mampir dulu?" Tanya Aca.

"Pulang aja"

Mereka menuruni anak tangga, lantai dasar masih dipenuhi siswa dan siswi, ada yang ingin berlatih ekskul ada pula yang hanya menghabiskan waktu dengan senda gurau sebelum harus kembali ke rumahnya.

Ia masih belum bisa melupakan kejadian pagi ini, bertemu Kristela cukup membuatnya kesal karena sikap angkuhnya.

"Kay, temenin gue ke koperasi"

Bagja yang entah darimana datangnya, kini lagi dan lagi berada disampingnya. Kayla mendengus kesal, ia lelah saat ini, "Sendiri aja ngga bisa? Gue capek, mau pulang"

"Nanti gue antar pulang, Kayla. Temenin ya?" Pinta Bagja memohon.

"Temenin aja, Kay. Gue juga nanti mau mampir ke rumah papa dulu, ngga langsung balik. Mau ikut lo?" Aca seakan mendukungnya saat ini.

Kayla hanya mengangguk, memilih untuk ikut Bagja dikoperasi, "Lo udah mau lulus, ngapain masih beli almamater lagi sih?"

Ia tidak mengerti dengan jalan pikir Bagja.

"Bisa gue kasih ke anak osis yang sekarang kan? Ngga semua orang mampu, Kay"

Kayla mengangguk setuju, ia tersadar dengan sosok perempuan yang berjarak beberapa meter disampingnya, ia terlihat sedang mencoba beberapa baju seragam.

Perempuan itu Kristela, orang yang membuatnya kehilangan semangat sepanjang hari.

Niat dia untuk pindah kesini ngapain sih?

Ia menatap Kristela sekali lagi, memang parasnya menawan, patut jika Kristian tertarik padanya.

Tapi omongannya udah kayak iblis.

"Ngapain diliatin segitunya?" Bagja menarik tas Kayla agar segera keluar dari koperasi, ia sudah memanggil Kayla beberapa kali, yang punya nama justru entah memikirkan apa.

"Udah? Kok cepat?" Tanyanya bingung.

"Iya, cuma nukar doang. Nanti ke rumah gue dulu ya? Ada yang mau gue kasih ke lo"

Kayla menyeritkan dahinya, pikirannya justru kemana mana saat ini.

Ini gue kalau ikut dia gapapa kan? Batinnya.

Kayla memikirkan cara agar ia bisa menolaknya, "Gue naik ojek online aja deh kak"

Bagja tertawa kecil, "Yakin? Kemarin yang bilang takut diculik kalau naik ojol siapa?"

LENGKARA (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang