Chapter 56

13K 698 36
                                    

HAPPY READING YEOROBUN 💞
------------

Waktu bergulir begitu cepat, tak terasa kini Aza sudah di akhir semester dan tengah ujian kelulusan. Ia sekarang juga sudah berdamai dengan keadaan, mulai tinggal di ndalem walau barang-barangnya masih banyak yang di tinggal di kamar asrama.

Pagi hari dengan kabut yang lumayan tebal membuat para santri enggan untuk berlama-lama mandi, namun kewajiban sekolah dan mengaji masih harus mereka jalani.

Aza saat ini tengah menyiapkan air panas untuk mandi, ia sangat beruntung tinggal di ndalem jadi tidak perlu repot-repot mandi air dingin. "Mau saya anterin atau berangkat sendiri?" Tanya Altha dengan tangan terulur mengambil sebuah kitab di rak buku.

"Berangkat sendiri aja deh, nanti kalo di anterin pulangnya susah. Apalagi kalo mas tiba-tiba ada acara" jawab Aza sembari membeli alasan, panggilannya untuk Altha memang sudah di tetapkan menjadi mas sejak ia pindah ke ndalem.

"Yaudah cepet sana mandi, uangnya ada di atas meja dan jangan lupa makan. Saya berangkat dulu assalamu'alaikum" Altha pergi keluar dari kamar untuk mengajar ngaji klasikal hingga jam 08:00 nanti.

"Iya mas, wa'alaikum salam" ucap Aza agak keras karena Altha sudah keluar duluan. Sifat mas Altha selalu saja berlebihan padanya.

Sudah siap dengan seragam sekolahnya Aza langsung keluar dari kamar menuju meja makan, bersamaan dengan si kembar yang sudah rapi. Ia duduk dengan perasaan tidak nyaman begitu pandangannya menangkap Mbak Naila dan Mbak Nurul yang menyiapkan makanan.

"Kak Aza berangkat di anterin Abang?" Tanya Alfa.

"Eh, nggak sendiri" jawab Aza sambil tersenyum tipis, kembali memakan makanannya.

"Punten Niki Ning" ucapan itu terlontar dari mulut Mbak Naila, dengan sopan ia menaruh nugeth ke depan Aza.

"Matursuwun Mbak" jawab Aza lirih, ia masih belum terbiasa dengan keadaan seperti ini. Apalagi Mbak Naila yang masih selalu menghindarinya.

Selesai makan Aza membawa piring ke wastafel untuk di cuci.

"Sini saya aja, gak pantes dong Bu nyai cuci piring" ujar Mbak Meisya dengan nada sedikit sinis.

"Selagi masih bisa kenapa gak?" balas Aza pendek menyelesaikan.

Melihat Mbak Meisya yang beranjak pergi Aza langsung masuk ke kamar mengambil tas dan uang saku, lalu tak lupa menghampiri Abah dan Umi di tempat ngaji. "Aza berangkat dulu ya Umi, Abah."

"Hati-hati yah."

Aza mengambil skateboard di garasi dan menaikinya, meluncur ke area sekolah melewati barisan para santri yang berjalan. Masih banyak yang tidak terima dengan hubungannya dan Altha memang, terlebih para santri putri.

Begitu masuk ke gerbang Aza melihat sekeliling dengan sedih, biasanya jika ia berangkat sekolah Rio dan Gamble pasti selalu menunggu untuk masuk kelas bersama. Namun sekarang semua itu hanya tinggal kenangan, entah bagaimana kabar mereka di sana.

"Azaaa."

Aza menoleh ke belakang, menatap Zayin dengan senang. "Baru berangkat?"

"Iya, nih si Khanza ngabad" ujar Zayin menunjuk Khanza di boncengan. (Lama)

"Maklum kak ngantri," Khanza mengangkat sebelas alisnya. Ia turun dari sepeda dan menghampiri Aza. "Kakak gak di anterin Gus Altha?"

Aza menggeleng. "Manja banget, enakan naik skateboard."

"Betoool, tapi kalo lagi kayak gini jadi kangen Rio sama Gamble tau" celetuk Zayin.

"Banget" ucap Aza pelan.

Ijbar [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang