Tandai typo!!!
Hujan lebat menemani pagi ini, bahkan cuacanya yang dingin begitu menusuk ke dalam kulit. Akhir-akhir ini hujan seringkali mengguyur kota Jakarta, bahkan kabarnya sampai menyebabkan banjir dibeberapa tempat.
"Nek, apa keputusan Shanum udah benar?"
Dua Minggu telah berlalu, kini kondisi Shanum semakin membaik setelah banyaknya rintangan yang wanita itu lalui. Operasi transplantasi jantung yang dilakukan Shanum berjalan dengan lancar, meski sempat ada masalah sebelumnya. Waktu itu saat proses operasi baru saja akan dimulai, Hanin lebih dahulu pergi menyusul kedua putri kembarnya.
Akan tetapi keberuntungan memihak pada Shanum, karena saat itu jantung Hanin masih bisa untuk didonorkan padanya. Operasi berjalan lancar, meski sempat menyebabkan Shanum koma selama beberapa hari.
Setelah sadarkan diri dari tidur panjangnya, Shanum histeris saat mengetahui kabar bahwa Hanin mengalami kecelakaan dan meninggal setelah berhasil mendonorkan jantung untuk dirinya. Shanum terus menyalahkan diri karena beranggapan bahwa dialah yang menjadi penyebab dari kematian Hanin. Karena setahu Shanum, hal itu tidak pantut untuk dilakukan.
Suatu organ tubuh yang dasarnya hanya satu dalam tubuh manusia, menjadi sumber kehidupan manusia, dan bila kehilangan itu maka manusia tidak akan hidup. Lalu apa bedanya dengan bunuh diri?
Disaat Shanum yang terus menyalahkan diri sendiri, disitulah Dokter Adam memberikan pengertian dengan mengatakan fakta yang sebenarnya telah terjadi. Dimana operasi itu terjadi setelah Hanin dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Shanum awalnya masih tidak terima, sampai akhirnya ia mulai menerima keadaan setelah melewati hari-hari yang begitu menyesakkan.
Wanita yang di panggil Nenek itu mengusap kepala Shanum dengan penuh kasih sayang. "Kamu butuh ketenangan Shanum. Nenek rasa kamu tidak akan mendapatkannya di sini."
Selama dua Minggu ini, Farah selalu setia menemani cucu kesayangannya. Bahkan Farah sudah mengetahui drama apa saja yang telah terjadi selama dirinya jauh dari anak-cucunya. Dari mulai masalah Nawang yang memiliki kembaran, dan Fattan yang sudah mempermainkan Shanum dengan pernikahan yang sakral ini. Farah begitu kecewa akan itu semua, tapi mau bagaimana lagi, apa yang sudah terjadi tidak akan bisa dia ubah. Tugasnya kini yaitu merangkai kehidupan baru bersama Shanum, membuka lembaran baru dengan kehidupan yang lebih baik.
"Nenek benar," kata Shanum yang kini sedang membantu Neneknya membereskan keperluan mereka selama berada di rumah sakit. Hari ini Shanum sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter, mengingat kondisinya yang semakin berangsur membaik setiap harinya.
"Kamu cukup duduk, biar Nenek yang bereskan ini semua." Shanum menghembuskan nafasnya panjang, saat Farah menuntun dirinya untuk duduk di sofa. "Biar cepet sehat." Mau tidak mau Shanum hanya bisa menurut.
Shanum hanya bisa mempertahankan pergerakan Farah yang sedang memasukkan barang-barang ke dalam tas yang cukup besar. Suara pintu yang di buka dari arah luar mengalihkan atensinya, Shanum melihat Yoga di sana yang juga kini tengah menatapnya. Setelah apa yang telah terjadi, kini keadaan mereka menjadi canggung.
"Ada apa?" tanya Farah menghampiri Yoga. Wanita itu telah selesai membereskan semua kebutuhan mereka selama Shanum di rawat.
"Ibu, apa Shanum hari ini sudah diperbolehkan untuk pulang?" Farah hanya mengangguk dan berkata 'iya' lalu setelah memilih duduk di sebelah Shanum.
Sebenarnya hubungan Farah dengan Yoga tidak sedekat Ibu dan anak pada umumnya, lebih tepatnya Farah sendiri yang telah membatasi hubungan antara mereka. Dia cukup sakit hati akan perlakuan Yoga yang tidak adil pada Shanum, apalagi dengan pemikiran dangkal sang anak yang menganggap Shanum sebagai penyebab dari kematian Syakira.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMU (Pengantin Pengganti)
General Fiction📌ON GOING Ini tentang Shanum, gadis yang usianya baru menginjak 19 tahun harus menggantikan sang kakak yang telah meninggal untuk menjadi mempelai pengantin pengganti. Fattan yang seharusnya menjadi Kakak ipar justru kini berstatus sebagai suaminya...