19. Tempat yang Indah

16 4 0
                                    

👋🏻👋🏻👋🏻
Happy reading 💗

Malam ini terlihat sangat cantik, bintang bertaburan dengan kerlap-kerlipnya, bulan yang begitu menawan dan hembusan angin menusuk membuat orang-orang tidak ingin melewati scene terbaiknya di malam hari itu.

Entah kenapa malam ini sangat berbeda dari biasanya, Rania nyaman duduk dibelakang karena bisa foto keadaan Jakarta saat itu. Walaupun siang hari terasa panas dan macet.

"Ran, lo tau enggak?"

"Enggak, tentang apa nih?"

"Tentang perasaan gue."

Perlahan fokus Rania menghilang, ia tak mengerti maksud dari ucapan Ringgam itu. Dengan sengaja Rania tidak menjawab, pura-pura tidak mendengar.

"Ran."

"Apa sih? Mending fokus nyetir deh."

"Marah-marah mulu."

"Bukan gitu, gue udah ga sabar ke tempat yang lo maksud."

"Sabar ya kak Rania."

"Gue bukan kakak lo." Sudah berapa kali Rania ingatkan, ia tidak suka dipanggil Kak atau Teh kalau lagi enggak banyak orang, tapi Ringgam selalu lupa.

Di motor tidak ada lagi topik pembicaraan. Rania memilih kembali memfoto keindahan malam ini. Ternyata tempat yang dituju lumayan jauh.

Berhentilah motor Ringgam disebuah cafe yang terbuka. Saat itu parkiran tidak terlalu padat, kata Ringgam bukan malam minggu jadi tidak akan berdesakan. Ringgam memarkirkan motornya di ujung dekat pos penitipan barang, agar mudah saat dikeluarkan.

"Sini helm nya." Ringgam dengan mudah bicara seperti itu, padahal Rania sedang sudah payah membuka helmnya.

Tiba-tiba lelaki berpostur besar dan tidak terlalu tinggi nyeletuk sambil menghampiri mereka, "Itu helm pacarnya susah dibuka."

Ucapan lelaki itu membuat mereka berdua reflek saling menoleh. Ringgam yang tidak tahu kalau Rania sulit membuka helm, makanya ia diam saja. Sontak Ringgam mendekatkan kakinya, tubuh Rania dan Ringgam hanya terlihat beberapa cm. Ringgam membantunya membuka helm, karena Ringgam lebih tinggi darinya, wajah Rania terangkat menatap wajah Ringgam.

Apa rasa suka gue ke Aka bakal ilang dan pindah ke nih orang ya? Sebenarnya ia selalu memikirkan hal ini, ditambah Evan yang kadang mempertanyakan hal yang sama.

"Mas, lain kali kalau udah sampe tempat tujuan utamain pacarnya dulu, liat dia bisa turun enggak, dia aman ga ya. Kalau gini, mending Kakak cantiknya buat saya aja." Ringgam memutar bola matanya. Andai menonjok orang itu hal wajar, mungkin ia akan melakukan hal itu.

"Satpam banyak bacot kok dipekerjakan sih," omel Ringgam dengan suara kecil. Rania yang tadinya menatap dengan kagum, berubah menjadi tatapan menahan tawa.

"Mas gimana mas?" tanya Rania mengejeknya. Masa Rania yang umurnya lebih tua darinya dipanggil kakak, sedangkan ia dipanggil mas. "Setua itu kah gue?"

"Enggak kok, mungkin reflek aja," balas Rania menenangkannya.

"Seneng ya gue dimarahin kayak tadi. Genit banget sampe ngajak lo pacaran," omelnya.

Rania kembali tertawa, ia tahu kalau Ringgam kesal terlihat sekali dia menautkan kedua alisnya, tidak ada senyuman di bibirnya, dan matanya jadi sipit karena menahan rasa kesal itu.

"Jangan dimasukin ke hati, kan bercanda. Lagian umurnya jauh sama gue. Kalau masih muda ya boleh sih, gue kan jomblo jadi bebas."

Mata Ringgam membulat, raut wajahnya menjadi poker face. Malam ini Rania full tertawa, ia tidak menyangka Ringgam ketika kesal bisa selucu ini.

Rania Dan KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang