Malam harinya, Aditya benar-benar menelpon Aylin. Saat itu Aylin baru saja menidurkan Kaesang di kamarnya, sedang Chika tidur di kamar neneknya. Kedua anak itu akan susah tidur kalau disatukan, akan lebih baik kalau mereka dibagi dua saja.
"Assalamualaikum, Aylin. Maaf mengganggu." Aditya menyapa dengan sopan.
Aylin yang masih canggung mengobrol dengan Aditya di telepon, jadi salah tingkah. "Waalaikum salam, Mas. Nggak ganggu kok. Mas mau bicara sama mama?"
Mendengar pertanyaan Aylin, Aditya tersenyum di seberang sana. Walaupun tidak melihat secara kasat mata, Aditya tau saat ini Aylin sedang salah tingkah.
"Kok sama mama? Aku kan nelpon ke ponsel kamu? Itu artinya aku mau bicara sama kamu. Bukan mama."
Aylin bingung harus menjawab apa lagi. Sejak dulu ia paling takut menerima telepon dari orang. Kalau ada panggilan masuk, ia sudah panik duluan. Maklum agak introvert.
Kenapa mas Adit nggak wa aja, sih? Aylin mengeluh dalam hati.
"Chika udah tidur, Mas. Sama mama. Kaesang juga udah, dia tidur sama aku." Aylin seolah sedang melaporkan kinerjanya kepada Aditya.
"Makasih, ya. Kamu udah mau capek-capek jaga mereka. Pasti sangat melelahkan seharian ini." Aditya dengan pengertian meminta maaf.
"Nggak kok, Mas. Nggak capek sama sekali. Anak Mas pada baik semua."
Terdengar suara Aditya tertawa di seberang sana. Ia tau Aylin sedang berbohong. Sebagai ayah, Aditya tau persis bagaimana repotnya mengurus Chika dan Kaesang. Pastinya Aylin yang tidak punya basic mengurus anak, juga pasti kewalahan mengurus satu toddler dan satu batita. Walaupun sudah ada bantuan dari mertuanya.
"Kamu nggak usah bohong, Lin. Aku tau persis gimana repotnya ngurus mereka."
Aylin malu karena ketahuan bohong. Sejujurnya dia memang merasa sangat lelah seharian ini. Ada saja permintaan Chika. Tadi siang dia minta susu kepiting, Aylin sampai buka Google, mau tanya Aditya takut mengganggu. Setelah sampai di minimarket baru ia tau, apa itu susu kepiting. Ternyata susu merek Clevo.
"Memang agak sedikit capek, sih, Mas. Tapi nggak papa, aku seneng." Aylin tersenyum sambil memandang wajah imut Kaesang yang sedang tertidur di sampingnya, Aylin mengusap pelan pipi Kaesang. Takut membuatnya bangun. Susah payah menidurkan bayi itu, harus digendong dulu setengah jam. Pundak Aylin mau patah rasanya. Maklumlah, Kaesang tergolong bayi yang montok dan subur untuk anak seusianya.
"Aku kangen sama mereka. Tolong kamu video call, Lin."
Aylin panik menanggapi permintaan Aditya. Apalagi gadis itu sekarang hanya memakai daster 'kutungan' tanpa lengan.
"Eh, iya, Mas. Sebentar." Aylin bergegas menyambar cardigan yang tergantung di belakang pintu.
Setelah siap, ia segera mengaktifkan mode video call. Tampak wajah tampan Aditya di seberang sana. Pria itu tersenyum kepada Aylin.
"Halo, Mas." Dengan bodohnya Aylin menyapa.
Dengan cepat Aylin mengarahkan ponselnya ke wajah Kaesang yang sedang tertidur.
"Pulas banget tidurnya. Syukurlah." Aditya berucap lega. "Baiklah, saya tutup teleponnya. Kamu juga harus cepat tidur, Lin."
Entah mengapa Aylin merasa tersentuh dengan perhatian sederhana dari Aditya. Selama ini Niko jarang mengucapkan seperti itu. Bahkan pria itu tidak bisa dihubungi sejak kemarin.
"Kamu harus tidur cepat, karena biasanya Kaesang masih suka bangun tengah malam untuk minta susu." Aditya menambahkan.
Ha?
Aylin malu karena kegeeran, dikira Aditya benar-benar perhatian padanya. Dasar jablai, inilah akibatnya kurang kasih sayang dari pacar. Disuruh tidur aja, udah bapernya setengah mati, gerutu Aylin dalam hati.
***
Pacarnya Aylin kok belum muncul juga, ya? Sabar ... next episode 😆
Nggak mirip kepiting kan ya? Ada-ada aja si Chika 😆
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Dengan Kakak Ipar
RomanceAylin terpaksa menerima desakan orang tuanya untuk menikah dengan kakak iparnya. Keputusan impulsif itu ia ambil karena kecewa dengan pacarnya Bagas yang tak kunjung menikahinya. Akankah ia menyesali keputusannya?