Play: Always (Isak Danielson)
Jangan lupa komen di setiap paragraf
Selamat membaca ❤️
"Hubungannya sangat singkat tapi kenangannya sangat melekat."
MEMILIKI keluarga yang super sibuk membuat Arura lebih sering tinggal sendiri di rumah. Memang ada Mbak Ratih yang bekerja sebagai ART, tapi wanita baya itu hanya menemaninya sampai pukul lima sore. Dan, sisanya Arura sendiri.Masa remaja yang bergejolak membuat emosi Arura sering naik turun. Perasaannya masih labil dan dia tidak bisa menerima kesibukan Mama dan Kak Alina yang membuatnya selalu merasa kesepian.
"Mama jahat! Mama nggak pernah punya waktu buat aku. Padahal aku anak Mama juga. Tapi kenapa Mama nggak pernah kasih perhatian sama aku?" Arura ingat dia pernah mengatakan kalimat itu dulu.
Tanpa tahu Mama menangis diam-diam di kamar karena dirinya.
Tapi sekarang tidak lagi.
Mental anak-anaknya sudah berubah. Arura paham kalau Mama dan Kak Alina sibuk untuk dirinya. Sejak Papa meninggalkan mereka bersama istri barunya yang lebih muda, Mama menjadi tulang punggung keluarga. Susah payah membesarkan dua anak gadisnya seorang diri. Mama tidak pernah mengeluhkan apapun di depan Arura dan Alina.
Padahal Arura tahu, luka Mama masih membekas.
Ketika dia ingat Papa, dia ingat juga Reygan. Nasibnya tidak berbeda jauh dengan Mama.
Jatuh cinta untuk satu orang, setia, rela melakukan apa saja, dan berakhir di sakiti.
Arura berdecak pelan. Tidak habis pikir kenapa dia malah berpikir sampai ke sana. Perutnya keroncongan setelah belajar dari sore hari. Tidak ada makanan di dapur atau bahan mentah yang bisa dia masak. Terpaksa Arura keluar rumah, mengeluarkan sepedanya dari bagasi, lalu meluncur ke gerbang kompleks.
Gerbang kompleks perumahannya ramai. Bahkan setiap hari Minggu ada pasar rutin yang digelar pedagang.
"Makasih Mas," Arura menerima kantong plastik dari Mas-mas yang jualan nasi padang.
Cewek mengenakan jaket hijau itu baru saja berbalik, ketika mendengar suara-suara keras saling bersahutan, seperti ada pertengkaran. Arura merapatkan jaketnya, iseng mendekat, lalu dia diam di sana, melihat seorang cewek yang tengah dihadang dua pria yang berpenampilan seperti preman.
"Kan saya udah bilang, bakal saya bayar kalau saya udah ada uangnya!" Si cewek menatap tajam, tidak gentar sama sekali.
"Nanti-nanti terus. Kapan mau bayarnya lo?" Abang preman mendorong bahu cewek itu, "Punya utang itu dipikirin! Jangan tahunya cuma minjem doang."
Si cewek cuma diam, tapi terlihat sedang menahan amarah.
"Sok mau hutang ke gue, bilangnya bakal cepat bayar, tahunya ngaret! Gue juga butuh duit asal lo tahu!" Si Abang preman menatap galak.
"Ibu saya lagi sakit," Si Cewek berkata dengan suara bergetar.
"Bukan urusan gue! Pokoknya besok harus bayar hutang lo yang 50 juta ke gue. Awas aja kalau nggak bayar. Gue acak-acak rumah lo!" Abang preman itu menabrak bahu si cewek, membuatnya jatuh, sebelum berjalan pergi bersama temannya.
Arura memutar bola matanya malas, dia agak tidak suka dengan adegan macan ini, tapi juga kasihan. Apalagi si cewek itu orang yang dia kenal. Setelah berpikir matang-matang Arura berjalan mendekat, berhenti di depan cewek itu, membuatnya yang sedari tadi menunduk, segera mengangkat wajah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELANCHOLY
Teen FictionArura Qirani terlambat untuk tahu, bahwa selama ini semua usahanya untuk mendapatkan hati sang suami Reygan telah sia-sia sejak awal. Mungkin saja kalau saat itu ia tidak memaksakan dirinya untuk memiliki Reygan, Arura tidak akan kehilangan hal yang...