Seluruh siswi kelas 11 berkumpul di lapangan sekolah dan duduk sesuai barisan kelas mereka. Asa duduk paling belakang di antara siswa kelas MIPA 8. Sebab, tidak ada satupun yang di kenal Asavella.
Para siswa-siswi yang berkumpul bertanya-tanya soal ada apa dan kenapa harus berkumpul. Tamu penting siapa yang datang. Asa hanya bisa diam dengan posisi kaki menyilang serta dagu yang ia tompangkan pada tangan kanannya.
Terik matahari menyengat. Asa bahkan sesekali menghapus kilas keringatnya. Acara bahkan belum juga di mulai-mulai.
"PANAS ANJIR!"
"PAK CEPETAN! BEDAK SAYA LUNTUR TANGGUNG JAWAB!"
"SUNCREEN SAYA MURAH PAK! TOLONG JANGAN LAMA-LAMA!"
"PAK KAPAN DI MULAI! BUTUH WC SAYA PAK!! BELOM NABONG!"
"PAK KOMPOR WAK IJAH BELOM DI MATIKAN! SAYA TADI DISURUH NUNGGU KALO MAU DAPET MIE AYAM GERATIS!"
Keluh dari seluruh murid IPS yang menyuarakan suara. Berbeda dengan anak Ipa yang hanya berkomat-kamit dalam hati.
Panas. Asa hanya bisa mengatakan itu dalam hati sembari mengibas-kibaskan tangannya untuk menjadi kipas.
"Mendung?" gumam samar Asa yang kini terasa tidak merasakan panas. Ia mendongak dan melihat almamater tengah menjadi payung.
Ia menemuka Saka yang kini menjadi pusat perhatian dari para siswa. Bahkan teman-teman Asa yang berbeda kelas dengannya bisa melihat pemandangan. Sorakan dari berbagai kelas membuat Asa malu.
"ASTAGANAGA CERITA WATTPAD SESUNGGUHNYA!" teriak histeris siswi dari barisan IPS 4.
"MATI ANAK WATTPAD LIAT KEK GINI!"
"KETAR KETIR ANAK WATTPAD JOMBOL NGENES!"
"JOMBLO DIEM GUYSSS BISMILLAH BESOK GUE SAMA CRUSH GUE!!"
"AYANG GUE MANA! AYANG! AYANG! EH LUPA ENGGAK PUNYA AYANG! AYANG GUE KEPINCUT LONTE!"
"BEB LO GAMAU GITU?" teriak siswi dari IPS 2 yang tertuju pada siswa MIPA *.
"OGAH NANTI LO BAPER SAMA GUE. KASIAN SELINGKUHAN GUE!" Jawab laki-laki dari MIPA 8 yang tak lain adalah dari kelas Asavella saat ini.
"Perhatian-perhatian, diharapkan diam. Acara akan dimulai," ucap seorang guru laki-laki yang mereka semua kenal mereka tak lain adalah guru agama.
"Kamu yang mayungin cewek, ayo itu duduk dulu. Mengumbar romantis jangan di depan teman jomblo mu."
"Kasihan pak, calon istri saya kepanasan. Kalo kenapa-napa, nanti bapak yang saya buat kenapa-napa mau?" lantang Saka tanpa memperlihatlan situasi dan kondisi di mana para kaum hawa menjerit histeris karena tidak sanggup.
Saka terkenal diam. Banyak gosip yang menyebar soal dia tidak menyukai gadis karena traumatik. Dan kini, para siswi dibuat meleleh dan iri.
"Istra istri, kamu masih bau kencur masih SMA gausah aneh-aneh."
"Bau kencur gini udah bisa kali pak, nabur benih dan menghasilkan embrio dan kemudian menjadikan sosok bayi imut. Setidaknya saya tanggung jawab, pak."
Histeris dari para siswi tidak terkendali. Mereka benar-benar terpanah olek Saka Biru Pratama.
"Saka ..., gue malu," lirih Asavella yang menarik-narik celana kain Saka bagaimana pipih Asa memerah merona.
"Malu punya aku?"
"Ish! bukan itu."
"Duduk kamu. Sekali ngomong saya suruh keliling lapangan."
"Loncat tujuh tebing tertinggi sekalipun di segitiga bermuda, saya rela, pak. Asal, Langitnya Saka, menaburkan pelangi bukan lagi air mata."
KAMU SEDANG MEMBACA
ASAVELLA [TERBIT] ✓
Teen FictionAku terlalu bahagia mengisi hari-harinya. Sampai aku lupa, bukan aku pengisi hatinya. ••••• Cover by pinterest Start : 8 Januari 2022 Finish: 28 Oktober 2023