Bab 21

116 13 4
                                    

"APA?!"

"Shutttt!!!" Nazwa membekap mulut Zena yang berteriak, padahal baru satu menit yang lalu ia berjanji untuk tidak lebay dan berlebihan dalam menanggapinya.

"Sorry! Refleks Naz.. serius lo? Nggak becanda kan? Bulan April masih lama loh Naz, kok bisa!" Zena memegangi kepalanya, ia tampak berpikir keras, tidak mungkin terjadi.

"Yaampun, ngapain juga gue bohong sama lo, tapi gue mohon Zena, jangan kasih tau siapa pun, cukup lo aja yang tau." ujar Nazwa yang dibalas anggukkan oleh Zena.

"Bentar, bentar! Berarti feeling gue kemarin bener dong tentang Shaka yang suka sama lo! Terus lo terima nggak?"

Nazwa menghela nafas, "Jadi gini.."

"Gue suka sama lo."

Nazwa terdiam, jantungnya terasa berat untuk berdetak, matanya tak berkedip, dan mulut terbungkam, jelas sekali gadis itu sangat terkejut dengan apa yang ia dengar tadi.

"Eh sorry, lo ngomong apa tadi, gue nggak denger?" tanya Nazwa berharap kenyataannya tidak seperti apa yang ia pikirkan tadi.

Dengan masih memancarkan tatapan yang sama, Shaka berkata lagi, "Gue suka sama lo, Nazwa.." Dan untuk kali ini, Nazwa tidak mungkin salah mendengarnya, itu benar, Shaka berkata bahwa lelaki itu menyukai dirinya.

Nazwa menelan salivanya dengan susah payah, ia berusaha menatap Shaka seperti biasa namun nyatanya ia tidak bisa. "Maaf, Ketua kelas.. lo tau kan gue sukanya sama siapa?" Shaka diam tidak bergeming.

"Dan lo harus tau, sebenernya Chika suka sama lo.." ucapan Nazwa terpotong ketika Shaka tiba-tiba berkata, "Gue tau."

"Karena lo udah tau soal itu.. lo pasti udah tau apa jawabannya," Shaka masih diam, ia seakan memilih bisu dan hanya mampu mengendalikan pendengarannya.

"Maaf, gue nggak bermaksud buat ngecewain lo, t-tapi.."

Shaka menyodorkan gelas yang berisi jus pada Nazwa membuat Nazwa bingung dengan sikap lelaki itu, "Santai aja, nggak perlu minta maaf." kata Shaka dan dengan tenang ia menyeruput minuman miliknya.

Nazwa tergagap, Shaka adalah lelaki yang luar biasa hebat, ia berani dan juga kelewat santai. Tapi tetap saja, Nazwa tahu mungkin Shaka terlihat sangat baik di luar tetapi tidak tahu apa yang terjadi di dalam.

Zena tercengang mendengar cerita dari Nazwa, saat ini mereka sedang berada di belakang perpustakaan sekolah, tempat yang bagus untuk Nazwa membicarakan semua kejadian semalam kepada Zena berhubung jam istirahat sedang berlangsung dari beberapa menit tadi.

"Lo ngambil keputusan yang bagus kok Naz, tapi.. disayangkan nggak sih? Cowok kayak Shaka itu langka, jarang ada cowok yang hampir sempurna kayak dia, lo bayangin aja cowok masih SMA, udah mapan, pinter, anak orang kaya, ganteng lagi, siapa coba nggak mau sama dia? Feeling gue nih ya, kayaknya lo cewek pertama yang ditembak sama dia dan nolak dia secara mentah-mentah!" ujar Zena yang belum mencapai titik akhir kalimatnya.

"Dan, plis deh Nazwa, buang jauh-jauh Varel dari hidup lo, Shaka lebih baik dari Varel ibarat Shaka itu samudera dan Varel itu selokan rumah pak rt yang suka kesumbat! Astaghfirullah, bukannya gue ngatain ya tapi kalo diibaratkan kurang lebih kayak gitu.. andai aja Chika nggak suka sama Shaka, gue yakin lo cewek paling beruntung dalam dunia ini."

Zena menyelesaikan setiap kalimatnya dengan baik dan itu adalah kali pertama semua kata-kata yang keluar dari mulut Zena adalah kebenaran yang sesungguhnya, kebenaran yang ingin Nazwa katakan namun mulutnya membungkam.

Andai.. andai saja tidak ada Chika dan Varel, mungkin sekarang Nazwa adalah wanita dengan hati paling beruntung karena tidak akan pernah mendapatkan yang namanya luka dari lelaki setulus Shaka.

In Your Heart [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang