20.00

91K 13.6K 3.7K
                                    

Hai, Vren!

Absen jam berapa kamu baca part ini!!

Masih kuat gak puasanya hari ini?

Spam '01.00' dulu sebelum baca!

Jangan lupa Votenya💜 Kalu tembus target langsung up part selanjutnya💜

Jangan lupa Votenya💜 Kalu tembus target langsung up part selanjutnya💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat hari kelulusan, Masnaka." Lengkara menaruh buket bunga mawar merah di sebelah nisan Masnaka kemudian mencium lama nisan yang berumur lebih dari satu tahun itu.

Gadis itu terlihat datang bersama dengan tiga sahabat laki-lakinya—Sekala, Deo, dan Geo. Mereka berempat duduk mengelilingi makam Masnaka.

"Hai, Ka," sapa Sekala, laki-laki itu duduk di sebelah Lengkara lalu  menaruh medali kelulusannya di atas makam Masnaka.

"Dokter UI kita...," ucap Sekala pelan sambil tersenyum tipis.

"FK UI, Kal. Nanti SN pilihan pertama gue di sana," ucap Masnaka yang saat itu fokus memakaikan bedak di wajah Dela.

Sekala merotasikan bola matanya malas. "Iya deh yang ambis."  Lelaki itu bosan karena tiap hari Masnaka terus-terusan membahas Fakultas Kendokteran UI padanya yang notabenenya adalah anak IPS.

"Eh, minta adek lu dong." Sekala mengangkat tubuh Dela lalu mengambil alih bayi itu dari Masnaka.

"Eh tuh bayi belom kelar dibedakin!" tegur Masnaka begitu Sekala sudah membawa Dela bermain bersamanya di atas sofa. Afni yang sedang pergi membeli bahan makanan menitipkan Dela kepada Masnaka dan Sekala yang tengah bersantai di dalam rumah.

Masnaka menghela napas pelan. Laki-laki itu menutup botol bedak bayi di tangannya, lalu menaruhnya kembali ke dalam laci nakas.

"PR lo udah kelar semua?" tanya Masnaka dan dijawab anggukan oleh Sekala.

Masnaka turun dari kasurnya dan berjalan ke meja belajarnya. Ia duduk di sana lalu kembali membuka buku pelajarannya.

Kegiatan Masnaka tak lepas dari pengamatan Sekala. Dahi Sekala berkerut melihat bagaimana sukanya Masnaka dengan apa yang namanya belajar.

"Lo gak bosen apa belajar?" tanya Sekala ia kembali memainkan lonceng berbentuk kodok di hadapan Dela.

"Bosen." Jawaban yang keluar dari mulut Masnaka langsung membuat Sekala kembali menoleh ke arahnya.

"Terus ngapain belajar kalau bosen, blok!"

"Kan mau jadi dokter," jawab Masnaka langsung. Laki-laki itu masih terlihat membaca buku pelajarannya.

Sekala terlihat menghela napas panjang. "Kenapa sih lo terobsesi banget jadi dokter?"

Pergerakan tangan Masnaka membolak-balikkan buku pelajrannya terhenti, pandangan lelaki itu beralih menatap Sekala. Sebuah senyum tipis terbit di wajahnya itu.

01.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang