Hai, Vren!
Absen jam berapa kamu baca part ini!!
Spam '01.00' dulu sebelum baca!
Jangan lupa Votenya❤️
"Gimana keadaan, Kara?" tanya Sekala.
Sebatang rokok yang terselip di jarinya terlihat masih menyala. Sekala pun kembali menyesap dalam rokoknya. Bau menyengat itu samar-samar tercium di hidung Masnaka
Masnaka menghela napas pelan. "Udah baikan, cuma belum mau ketemu sama gue." Lelaki itu menatap Sekala yang kini kembali menyesap dalam rokoknya.
Lelaki itu terdiam sejenak sebelum akhirnya memutuskan mengambil rokok dari mulut sekala lalu menginjaknya hingga bara di puntung rokok itu padam.
"Rokok gue, Njir!"
"Gak sehat, Kal," balas Masnaka langsung.
Sekala terdiam sejenak sebelum akhirnya menghela napas pelan. Untuk kali ini ia lebih memilih mengalah dibanding kembali menyalakan rokok baru miliknya.
Masnaka terlihat mengeluarkan satu bungkus permen dari dalam saku celananya. Lelaki itu menyodorkannya ke hadapan Sekala. "Buat gantiin rokok lu."
Sekala menaikkan sebelah alisnya heran sebelum akhirnya mengambil permen itu dari tangan Masnaka. Hening tercipta di antara keduanya. Hanya suara gerimis yang sedari tadi siang turun yang terdengar menyapa pendengaran dua pemuda yang kini sedang duduk berdua di balkon kamar.
Sekala terlihat kembali asik memainkan ponselnya. Sementara Masnaka, laki-laki itu kini tengah menatap kosong langit abu di atasnya sambil memeluk dirinya yang kedinginan karena gerimis sore kala itu.
Pikiran lelaki itu sedari tadi melayang ke sana- kemari. Semua hal tentang Lengkara kini memenuhi isi kepalanya, terlebih tentang kejadian di jembatan pelabuhan kemarin
"Ngantuk, Ka...."
Keduanya kini terlihat berada di dermaga pelabuhan. Lengkara meminta Masnaka untuk memberinya waktu menenangkan diri sebelum kembali bertemu dengan keluarganya. Masnaka menyetujuinya dan menyuruh gadis itu memilih tempat ternyaman menurutnya untuk menenangkan diri.
Masnaka duduk di samping Lengkara setelah selesai mengikat rapi rambut gadis itu. Masnaka menatap Lengkara yang kini menutup matanya sambil menikmati tiap angin yang menelisik wajahnya, anak-anak rambut gadis itu terlihat bergerak-gerak tersapu angin laut.
"Ngantuk, Ka," lapor Lengkara masih dengan mata yang tertutup.
Masnaka tersenyum tipis. "Udah mau balik?" tanya lelaki itu menanggapi perkataan Lengkara. Namun Lengkara malah menggeleng pelan.
Gadis itu perlahan membuka matanya kemudian menoleh ke Masnaka yang sedari tadi sudah menatapnya duluan. Gadis itu mendekat ke arah Masnaka, lalu menjatuhkan kepalanya di bahu tegap milik lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
01.00
Teen Fiction"𝙷𝚞𝚓𝚊𝚗 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚝𝚞𝚛𝚞𝚗." -𝓐𝓶𝓮𝔂𝓼𝓲𝓪𝓪, 01.00 ••• "Kematian yang mencintai kehidupan." - 01.00 ••• "Akan aku jadikan kamu tokoh terfavorit dalam hidupku." - Lengkara Putri Langit ••• "Kamu adalah...