BAB 8

15.8K 1.1K 13
                                    

Di sudut lapangan, terlihat tiga laki-laki itu tengah bersandar di tembok, dengan pandangan tertuju pada area tengah lapangan. Lintang dan kedua temanya.

“Tu cewek, siapa?” Tanya Azka pada kedua temannya.

“Yang mana?” Sahut Lian.

“Yang megang bola.” Azka mengangkat dagu mengarah pada orang yang dia maksud.

Lian mengendikan kedua bahunya. Ia juga tidak mengenal cewek itu, “Murid baru kali. Gue baru pertama kali liat dia.”

“Cantik banget! Jago main basket pula. Idaman gue banget!”

“Idaman gue juga.” Timpal Lian tak mau kalah.

“Kalau gue pacaran sama tu cewek, ibarat kata dia yang nyakitin, gue yang minta maaf.” Kata Azka mulai mengkhayal.

Lintang? Laki-laki itu hanya diam saja. Namun, tatapannya tak pernah lepas dari gadis yang menjadi topik pembahasan kedua temannya.

Gadis itu berlari membawa bola menuju area ring lawan. rambutnya yang di ikat ala ekor kuda, mengayun ke kiri dan ke kanan. Dan gadis itu lagi-lagi berhasil memasukkan bola. Alhasil tim IPA 2 berbalik unggul, berhasil memimpin 2 poin.

Benar apa yang dikatakan kedua temannya, gadis itu memang memiliki wajah yang sangat cantik. Padahal awalnya, Lintang mengira jika gadis itu menutupi wajah dengan rambutnya karna- maaf- memiliki kekurangan di wajahnya.

Namun, saat melihat dengan jelas wajah gadis itu, Lintang pun seketika dibuat tak berkutik. Kecantikan wajahnya berada di atas rata-rata.

“Dia target kita.” Celetuk Lintang, membuat kedua temannya sontak menoleh menatap ke arahnya.

“Hah? Maksud lo?” Tanya Lian tak mengerti.

“Dia cewek yang gue maksud.”

“Serius?” Azka terlihat kaget.

“Dia Cewek yang ngebuat lo penasaran setengah mati?" Lanjutnya bertanya. Lintang mengangguk membenarkan.

“kalau ceweknya dia mah, gue juga mau kali nyulik dia! Langsung di nikahin juga, gue ikhlas lahir batin!” Seru Azka.

“Tapi dia yang nggak iklas nikah sama lo!” sindir Lian sinis.

“Jangan menghayal terlalu tinggi kawan. Nanti lo jatuh dan nyangkut di pohon!” tambahnya

Azka menatap Lian dengan tatapan kesal. “Lo jangan gitu lah. Harusnya lo do'a in gue berjodoh sama tu cewek.”

“Gue harus do'a in lo berjodoh sama dia, gitu?”

Azka mengangguk semangat, “Yaps. Itu baru teman yang baik.” Ucapnya.

“Mimpi! Dari pada gue do'a in lo, mending gue do'a in diri gue sendiri berjodoh sama dia.” Balas Lian.

“Sialan lo!” Umpat Azka.

“lo yang sialan!”

Dan Azka pun tak membalas lagi. Ia memilih mengalah.

Lintang menghela nafas kasar melihat kedua temannya yang dalam situasi dan kondisi apa pun selalu berdebat tak jelas.

“Jadi Lintang, kapan kita beraksi?” Azka beralih bertanya pada Lintang.

“Hari ini.” Jawabnya. Ia sudah tidak bisa menunggu lagi. Rasa penasarannya sudah sampai di ubun-ubun kepalanya. Intinya, ia harus mendapat jawaban dari rasa penasarannya hari ini. Lintang tidak bisa menunda-nunda lagi.

“Dasar laki-laki nggak sabaran!” Sindir Azka dan langsung mendapat tatapan tajam dari Lintang.

“Hehe, bercanda." ucap Azka cepat, lalu menyengir.

AJENG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang