Asavella 🍁31

104K 8.9K 462
                                    

Sosok Asavella bergegas masuk ke kamar dengan sempoyongan—diikuti darah yang meninggalkan jejak pada tiap lantai dan anakan tangga.

Bukannya api yang menyulut tubuhnya padam justru semakin berkobar ketika melihat pemandangan sosok gadis yang tengah memangku seekor kucing membuat kedua netra Asa membulat lebar.

“Masih hidup juga lo, rupanya,” lirih Jysa sembari memekik leher kucing yang kini meronta-ronta.

“Sialan! Lo ngapain di sini!! Taruh kucing gue!”

“Gausah heboh, gue enggak ngebunuh kucing lo. Cuma buat dia enggak bernapas.”

Jysa melihat saudarinya yang sudah tidak bisa dianggap baik-baik saja. Dengan santai Jysa meletakkan Beebee di lantai—merajut beberapa langkah dengan tangan yang menggenggam kotak medis.

“Obati dulu luka lo, baru ngesewot. Udah sekarat, gausah banyak gaya. Sini.” Jysa menarik lengan Asa dengan lembut, tetapi secepat kilat gadis tersebut memberontak dan mendorong tubuh Jysa hingga tersungkur.

“Gue sekarat juga karena lo, bangsat!! Anjing lo! Selain buat gue sekarat Lo mau buat sekarat kucing gue! Pergi, sebelum gue patahin tulang ekor lo!”

Alis Jysa naik ke atas satu. “Kalau gue enggak mau?”

“Lo bilang apa?” Asa menyuruh gadis yang merajut langkah untuk bisa dekatnya mengulang dialog tersebut.

“Lo tuli? Oh? Lo cacat cuma sepele kening bocor, dagu sobek, terus tiba-tiba tuli? Budek? Aneh.”

“Persetan!!”

Plak!!

Ucapan Jysa berhasil memancing amarah Asa. Benar-benar membuat gadis itu terpancing untuk menampar pipi Jysa.

Tapi, bukan berarti itu membuat Jysa kapok. Ia tersenyum. Tidak dengan matanya yang berkaca-kaca.

“Lo budek? Gue harus ngulang, bukan? Denger baik-baik, adek gue tercinta. Gue enggak mau pergi dari kamar ini. Mulai detik ini, kamar lo milik gue dan lo,” Jysa menunjuk kasar wajah Asa. “Tidur di kamar gue.”

Asa berdecak—mengusap wajah kasar dan kemudian membuang wajah sejenak. Bagaimana rahang Asa mengeras di dalam sana saat menahan rasa ingin membunuh gadis bodoh di hadapannya.

“Gue bingung mau bicara pakai bahasa apalagi sama lo! Ini kamar gue dan lo ngeklaim jadi kamar lo!”

“Gue cuma ngeklaim kamar lo! Sementara lo! Lo ngerebut Brian dari gue! Lo buat hubungan gue hancur!! Semurahan itukah lo, Asavella?”

“Gue enggak murahan, bangsat!” Asa meraih kasar rambut Jysa dan menarik sekuat mungkin hingga membuat gadis itu merintih—menjerit kesakitan.

“KALIAN BERDUA APA-APAAN! ACA!!” Bara yang datang akibat mendengar kegaduhan dua putrinya segera melerai. Ia mendorong dan membuat tubuh Asa tersungkur.

“DEWASA! DIA KAKAK KAMU! KAMU MAU BUNUH DIA LAGI!!”

Suara bentakan itu tak lain tertuju untuk Asavella. Menyudutkan tanpa mencari tahu siapa yang membuat kegaduhan.

Jelas itu mendapatkan reaksi dari raut wajah Asa yang rasanya sudah tidak betah dengan situasi ini. Bagaimana kedua tangannya mengepal untuk menahan amarahnya. Jantungnya berpacu dua kali lebih cepat dari biasa. Air mata juga menetes namun tidak sederas biasanya.

“Mampus,” lirih Jysa yang kemudian duduk pada ranjang kasur milik Asa dengan tangan yang dilipat santai di bawah dada.

Bara kini menatap putri sulungnya dengan lembut. Membuang napas pelan sebelum berucap.

ASAVELLA [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang