Past 20

11.1K 1K 30
                                    

"Bangsat Vano!"

Emosi menguasai Elgar. Dengan secepat kilat tangannya yang sudah terlihat urat-urat menonjol mencengkram kerah leher pada jaket yang dipakai Vano.

"Kenapa lo baru ngomong njing!"

Satu pukulan bersiap mendarat di pipi Vano. Sedangkan Vano hanya terdiam pasrah menerima amarah Elgar yang sudah memuncak.

"Tunggu dulu Elgar. Vano apa kamu yakin? Papa kenal dengan Arza Darmawangsa, dia teman kuliah Papa. Tapi setahu Papa dia tidak punya kakak atau adik."

Cengkraman Elgar mengendor dan perlahan melepaskannya.

"Papa yakin?"

"Tentu saja. Papa cukup akrab dengan keluarga itu, bukan begitu Ar?"

Arkan hanya mengangguk pelan. Pikirannya melayang memikirkan cerita masa lalu yang cukup hitam.

Kilas bayangan masa lalu berputar dalam ingatannya. 'Semua akan tertata sesuai tempatnya.'

"Daddy."

Suara Elgar terdengar begitu parau yang serat akan permohonan.

"Daddy akan mengirim anak buah untuk mengambil Zafriel mu kembali."

"Apa?! Tidak Arkan. Itu bahaya, aku tahu anak buah mu kuat tapi tidak dengan cara ini kita menarik menantuku pulang."

Aksa seolah sudah memikirkan rencana matang dalam pikirannya. Senyum liciknya mulai terlihat membuat Arkan yakin kalau suami kecilnya punya seribu satu cara cerdik yang matang.

"Kita tidak boleh buru-buru. Pertama kita akan mencari tahu dulu apa yang akan diminta Nyonya besar itu pada menantuku."

Mata Aksa mendadak menajam "Dan Elgar. Apa kau mau menerima Zafriel seutuhnya untuk dirimu sendiri? Menjaga dan melindunginya? Selamanya. Tak peduli kau hidup atau mati, kau akan menjaganya kan?"

Elgar mengangguk mantap. Pikirannya dan Aksa seolah terhubung.

"Aku siap menjaganya. Dan aku bersedia mati hanya untuk melindunginya."

"Bagus Papa puas."

"Tuan ada undangan dari keluarga Darmawangsa. Mereka mengadakan pernikahan untuk putra keluarga mereka."

Rafi asisten Arkan datang membawa beberapa lembar undangan ditangannya. Elgar dengan cepat mengambil undangan itu dan membukanya.

"Bajinga!"

Elgar melempar sembarangan undangan berwarna cream itu dan diambil oleh Vano lantas dibacanya.

"Hah? Hadiantara?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hah? Hadiantara?"

Aksa mendekati Elgar dan mengelus kepalanya sayang.

"Mau ikuti rencana Papa?"

"Apa?"

"Mereka terlalu berani menikahkan menantu kesayanganku pada orang lain. Hmm tentu saja kita harus menjemputnya pulang."

In The Past [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang