Chapter 4: Ep. 2 - Run To Death, III

217 50 3
                                    

Beberapa menit yang lalu, di Penginapan Lantai 134 -- sebelum kejadian.

Tiruan Arlene Grace tampak merapikan kamar milik nonanya dengan begitu telaten, membersihkan kasurnya, lemari, serta perlengkapan di mejanya yang berantakan. Semua yang dilakukannya agar nanti sang nona sewaktu kembali tidak terlihat lelah melihat kamarnya.

Setelah semua itu, Tiruan langsung menatap cermin di depannya yang tidak terlihat wujudnya. Sebagai sang palsu, inilah salah satu cara membedakan mana yang asli dengan tiruan.

"Kira-kira ... misi seperti apa yang akan dijalankan Arlene-ssi?" Dia bertanya dengan nada pelan penuh penasaran.

Karena mau bagaimanapun juga, ini kali pertama dari sekian lamanya tahun dipanggil keluar oleh Arlene-ssi, apalagi mempercayakan urusan bertukar tempat sementara waktu dengannya karena harus mengurus misi setelah sekian lama.

Membuat sang Tiruan bertanya-tanya akan misi yang sedang Arlenenya lakukan. "Aku penasaran, kapan ia kembali?"

Padahal baru ditinggal sebentar.

- Brak!

"Arlene, selamat pagi!" seseorang membuka pintu kamarnya dengan penuh semangat -- sampai lupa kalo pintu itu harus di tarik bukan di dorong. Alhasil sang pintu langsung rusak seketika karena perbuataan dari gadis bersurai hitam panjang, dengan tubuh berotot dan iris mata bewarna merah penuh semangat.

Dari jepit rambut merah di sisi rambutnya membuat siapapun tahu siapa sang pengacau itu.

Dia, Ha Yurin.

"Pintunya harus ditarik bukan di dorong, kau lupa?"

Yurin terdiam mendengarnya. "Benarkah? Ku kira harus di dorong kayak kemarin."

Astaga ...

"Ya baiklah, nanti bisa diperbaiki lagi kan sama Tperie atau Bloddmadder!" dia berseru tidak peduli dan langsung memeluk Arlene dengan semangat. "Kau punya janji kan kemarin akan membuat masakan dari kampung halaman ku, ayo kita ke dapur sekarang juga, Arlene!"

Tiruan tampak mengulir pandangannya kebawah. Memangnya Arlene-ssi bilang kalo akan seperti ini ya? Ku rasa tidak, harus bagaimana ya ...

Yurin lalu menarik tangan Tiruan Arlene pergi keluar kamar. "Ayo masak! Masak! Masak!~"

Keduanya lalu pergi menuju tangga menuju lantai satu untuk ke dapur Penginapan.

"Oh astaga ... Pagi hari telah ribut karena mu, tidak bisa ya sehari saja tutup mulut mu!" suara seorang lelaki tampak terdengar dari arah ruang tengah. Pakaiannya sedikit terbuka, dengan surai birunya yang dibiarkan tergerai tanpa terikat. Iris birunya tampak memandang jengah sosok Yurin yang sedang menatapnya geram.

"Hah? Bilang apa kau? Memangnya yang punya mulut besar itu siapa kalo bukan kau di kelompok!" bentak Yurin tidak terima, dia langsung melupakan keinginannya pergi ke dapur dan memilih bergelut ria dengan musuh abadinya.

"Lihat, siapa yang baru saja mengatai dirinya sendiri."

"Kau diam, belut listrik."

"A-apa ... ?" Lelaki itu tercengang mendengar Yurin memanggilnya dengan julukan kramat itu, urat marahnya tercetak bersamaan dengan listrik di tubuhnya tampak semakin aktif keluar. "Kau sialan ... tutup mulut mu, tidak ada yang boleh menyebut julukan aneh itu!"

"Ho ... kau marah ya? Bisa marah juga ya, kenapa? Tidak suka ku panggil seperti itu, mangkanya tutup mulutmu!"

"Wanita berotot seperti mu diam saja! Yang punya mulut besar itu kau, pagi hari yang harusnya tenang malahan harus kacau karena dirimu!"

𝐁𝐄𝐇𝐈𝐍𝐃 𝐓𝐇𝐄 𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘 || 𝐓𝐎𝐆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang