Bab 6

214 19 2
                                    

PAGI yang hendak menjelang siang tersebut, dilewati para murid dengan memahami materi yang sedang berlangsung terutama kelas 11 Ipa 2 yang kini sedang melalui pelajaran Matematika yang tentunya membuat waktu seperti melambat.

"Siapa yang tahu, apa yang dimaksud dengan Volume? Ayo, pelajaran SMP loh ini." tanya guru Matematika tersebut sembari matanya berkeliling membuat semua murid merasakan hawa panas.

Zena seketika berpura-pura membaca buku ketika guru tersebut menatapnya, sedangkan Nazwa hanya menunduk sembari berharap hari ini ia akan bebas dengan pertanyaan dari guru Matematika.

Seorang gadis menangkat tangannya dengan penuh percaya diri.

"Ya, silahkan Chika."

"Volume adalah perhitungan seberapa banyak ruang yang bisa ditempati dalam suatu objek." ucap Chika dengan sangat lantang.

"Benar, kurang lebih begitulah yang dimaksud dengan Volume.. baiklah perhatikan ke depan, siapa yang bisa menyelesaikan soal tersebut.."

Zena mendengus kecil sembari menutupi wajahnya, "Tanya lagi, tanya lagi.. Naz, lo lah maju ke depan." ujar Zena sedikit berbisik.

Nazwa menggeleng, "Gila lo, paham lagi enggak."

"Ayo dong, yang pinter maju ke depan, biar selesai!" gerutu Zena.

Dalam waktu yang sama, dua orang murid mengangkat tangan mereka, tidak lain dan tidak bukan adalah Chika dan Shaka.

Melihat Chika mengangkat tangan juga, Shaka segera menurunkan tangannya sehingga memberi lampu hijau pada Chika untuk maju.

Zena pun menjadi orang yang sangat bahagia ketika Chika maju, menghabiskan waktu pelajaran Matematika yang membuat kepalanya berasap.

Bel istirahat berbunyi, membuat semua murid berlarian keluar kelas untuk menuju ke kantin termasuk Nazwa, Zena, Chika dan juga Anna.

Kini mereka mengistirahatkan otak dan memanjakan perut di salah satu meja kantin yang ada disana. Sedari mereka sampai ke kantin, Zena lah yang sibuk menjelajahi kantin dengan matanya mencari siswa-siswa tampan yang berasal dari kelas lain.

Nazwa hanya menggeleng kepalanya, begitulah Zena sebagai pencinta lelaki tampan namun dirinya sendiri tidak pernah terdengar memiliki hubungan serius dengan seorang lelaki.

"Cinta itu butuh pemahaman dan pemahaman muncul ketika kita sudah dewasa, jadi dimasa remaja gue sekarang, gue nggak mau ngerasain yang namanya patah hati. Apalagi dimasa remaja ini, banyak banget tantangan yang harus kita hadapin mulai dari sifat yang plin plan dan gue nggak mau nambahin beban dengan mengenal cinta, bukannya nggak mau tapi nanti ada waktunya."

Itulah alasan Zena, mengapa ia tidak ingin mengenal cinta untuk saat ini. Karena bagi Zena, cinta bukanlah hal yang patut untuk di permainkan, apalagi untuk di jadikan sebuah saingan.

"Ehh, lanjutin permainan kemarin yuk, kalian udah pada ngisi kan?" ujar Chika.

"Nah iya, untung gue bawa!"

Nazwa yang baru teringat pun hanya menampakkan senyumnya, "Gue lupa ngisinya, bentar kasih gue waktu."

Nazwa mengeluarkan kertasnya dari saku seragam seraya meminjam pena Anna yang selalu dibawa kemana saja. Ia hendak menuliskan nama Varel pada pilihan Husband namun tangannya segera berhenti ketika mengingat kejadian singkat semalam.

Seakan tidak pernah terjadi apa-apa padanya, Nazwa hanya tersenyum menanggapi ucapan Varel.

"Aku cuma mau nanya, kamu udah lama deket sama Bang Bintang?"

In Your Heart [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang