Bagian tiga puluh delapan

Mulai dari awal
                                    

"Mau aku suapin?" Tawar Arthur yang langsung mendapatkan gelengan kepala dari Ella.

"Enggak, nggak usah. Kamu makan aja." Tolak Ella halus.

Arthur kembali mendekatkan diri pada Ella. "Atau dedeknya nggak mau bubur? Mau yang lain?" Tanyanya sembari mengelus perut besar Ella.

Dug!!!!

Bayi dalam perut Ella kembali menendang, membuat Ella meringis kesakitan untuk kesekian kalinya.

"Sakit." Lirih Ella seraya menepis tangan Arthur di perutnya.

"Arthur maaf, kayaknya baby nggak suka kalau kamu sentuh aku. Bisa kamu menjauh sedikit?" Sambungnya seraya mendorong badan Arthur agar menjauh darinya. Perutnya terasa sakit setelah mendapatkan dua tendangan keras dari bayi di dalam kandungannya.

Raut wajah Arthur yang tadinya berseri-seri kini terganti dengan ekspresi datarnya. Dia mengepalkan tangan kanannya. Rasanya ingin sekali dia melenyapkan bayi di dalam kandungan Ella, agar dia tidak memiliki penghalang lagi untuk membuat Ella menjadi miliknya. Masalah Ellard, dia bisa membunuh Ellard detik ini juga. Tapi Arthur masih ingin bermain-main dengan pemimpin mafia itu.

Rasa cinta yang dimilikinya benar-benar membutakan dirinya. Niat awal yang begitu menggebu-gebu ingin membunuh Ella justru harus kalah talak dengan perasaan cinta yang timbul di hatinya.

Arthur memiliki dendam yang begitu besar kepada Ellard karena telah membunuh adik satu-satunya yang dia miliki, Aldo Maheswara. Dia ingin Ellard juga merasakan kehilangan yang amat sangat dalam seperti yang pernah dirasakannya. Oleh karena itulah, dia berpikir akan membunuh Ella. Tapi justru niat itu harus pupus lantaran perasaan cinta semakin mendominasi dirinya.

Arthur menyeringai kecil saat melihat perut besar Ella. "Membuat Ellard merasakan kehilangan yang amat sangat dalam? Bagaimana kalau aku membunuh anaknya saja?" Batinnya berseru keras.

Ya, Arthur baru saja mendapatkan ide gila. Membunuh bayi di dalam kandungan Ella sepertinya akan menjadi rencana balas dendam yang sangat sempurna.

"Arthur!" Sentak Ella kesal karena Arthur tak kunjung menyahuti panggilannya.

"Kenapa?" Tanya Arthur seraya tersenyum lembut. Baru saja dia akan mengusap kepala Ella, tapi perempuan mungil itu menghindar.

"Aku nggak mau baby nendang lagi. Sakit rasanya." Sahut Ella menjelaskan.

Tanpa sadar Arthur mendengus sebal. Anak sialan! Rutuknya dalam hati.

"Bel apartemen kamu dari tadi bunyi."

Arthur mengalihkan pandangannya, dia menatap pintu apartemennya dengan tatapan menelisik. Siapa yang berkunjung? Seingatnya tak ada seorang pun yang mengetahui letak apartemen persembunyiannya ini.

"Aku ke depan dulu. Kamu jangan kemana-mana." Peringat Arthur. Kemudian dia berlalu dari hadapan Ella.

Dia berjalan menuju pintu apartemennya untuk melihat tamu yang datang. Arthur melihat dari lubang kecil pada pintu. Dia melebarkan matanya lantaran terlalu terkejut melihat orang-orang yang berada di depan pintunya.

"Shit!" Batinnya kesal. Dia dengan cepat berjalan tergesa-gesa menjauhi pintu.

Arthur menarik Ella berdiri dengan sedikit kasar.

ELLARD OCEAN[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang