Halo, halo, aku membawa bab extended.
Judulnya extended karena secara setting waktu masih terjadi di antara bab 29, tapi ga masuk cerita utama karena dipastikan bakal bikin ceritanya draggy. Bab ini menceritakan soal Dara di tengah persidangan Farah, ketika Panca masih di rumah sakit dalam keadaan koma.
Harganya 3.000 rupiah saja di Karyakarsaku, bisa dicari usernamenya sama kayak di wattpad, sundayshoes juga.
Karena judulnya extended, ini bisa dibaca bisa nggak, sama sekali tidak mengganggu alur cerita utama, hehehe.
Di bawah ini bisa kamu baca cuplikannya:
Bertahun-tahun bekerja di bawah kepempimpinan Panca, butuh waktu bagi Hanan untuk menyesuaikan diri bekerja di bawah kepemimpinan Dara.Tidak seperti Panca yang lebih dinamis, cepat mengambil keputusan dan agresif dalam ekspansi, Dara mengambil keputusan dengan lebih tenang, dingin dan perlahan.
Tapi biar bagaimanapun, Hanan tetap mensyukurinya,
Setidaknya, seseorang memimpinnya. Dia tidak perlu terus-terusan mengalami migrain karena mengambil keputusan sendiri.
Saking tenangnya cara Dara memimpin, kadang, di tengah meeting yang penuh ketegangan, gontok-gontokan dan tarik ulur otot leher, dan jam sholat Ashar sudah tiba, Dara seketika membubarkan rapat untuk kembali dilanjutkan setengah jam kemudian.
"Sholatnya yang tenang, semua hal di dunia bisa menunggu. Kalaupun dunia berakhir saat kita lagi sholat, ya udah nggak ada ruginya..." Begitu kata Dara, tiap kali dia membubarkan rapat sore.
Dalam perjalan mereka dari ruang rapat di lantai tiga ke musholla gedung ke lantai lima, beberapa pegawai mengomentari gaya kepemimpinan Dara--seperti janda berusia enam puluhan yang mempimpin perusahaan karena suaminya meninggal, dikit-dikit yang dibahas. "Kalau dunia berakhir saat kita sedang sholat ya nggak apa-apa...."
Beberapa yang lain mendesis marah mendengar perkataan itu, membela Dara. "Ya memang kan Bu Dara ada di sini karena Pak Panca koma."
"Lagi pula katanya Bu Dara habis melaksanakan sholat Ashar waktu dia menerima kabar soal Pak Panca... Kata yang kerja di rumah Pak Panca, Bu Dara masih duduk di sajadah, masih pakai mukena waktu nerima telepon soal Pak Panca."
Mendadak, keheningan menyelimuti peserta rapat yang sedang dalam perjalanan menuju mushola itu. Potongan-potongan kalimat bergaung di kepala semua orang.
Kalau dunia berakhir saat kita sedang sholat...
Bu Dara masih pakai mukena waktu dia nerima telepon soal Pak Panca...
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan Terbelah Dendam
RomanceDara pernah punya segalanya, lalu dia bertemu Panca. Panca pernah tak punya apa-apa, lalu dia bertemu Dara. Sepuluh tahun berlalu... Panca dan Dara kembali bertemu. Kini Panca memiliki segalanya, tapi Dara tetap tak terjangkau olehnya.... *** Starte...