Delapan Puluh Tiga

58.4K 7.7K 1.6K
                                    

Syifa tersenyum bahagia kala Azka mengiriminnya sebuah pesan gambar, lelaki itu terlihat begitu tampan dengan setelan jas hitam yang melekat di tubuhnya, dengan model foto mirror yang sebelah tangannya ia masukkan ke dalam saku celana membuat Syifa benar-benar tak tahan untuk mendekap lelaki itu, apalagi wangi maskulin yang tentunya menyeruak dari diri Azka, rasanya ia ingin melayang saat ini juga.

"Yang udah punya doi mah, beda ya vibesnya." celetuk Bima setelah tak sengaja mengintip isi ponsel Syifa dari arah belakang.

Syifa yang mendengar itu pun langusng merapatkan ponselnya di dada, ia memandang lelaki itu tajam yang kini berpindah posisi menjadi duduk di depannya.

"Nenek gue bilang, orang-orang yang suka ngintip itu matanya bintitan!" tukasnya menakut nakuti, ia hanya asal bicara saja, yang di katakannya pun tak benar adanya. Lagian, apa hubungannya sih ngintip sama bintitan? mitos doang gak sih?

"Lo beneran Syi?" tanya Bobby spontan, bahkan ia sampai menghentikan acara menghalunya demi menunggu jawaban Syifa. Hmm, sepertinya lelaki itu mulai termakan ucapan bodongya.

"Beneran Bob, coba lo tanya Rijal!" sahut Bima cepat yang kebetulan duduk bersebelahan dengannya.

"Beneran Jal?" tanya Bobby akhirnya. Karena tak tau pertanyaan macam apa yang di tujukan untuknya, Rizal pun mengangguk saja sambil terus memainkan ponsel di tangannya, sedikit tak perduli tapi ya sudahlah.

Sontak Bobby melebarkan matanya mendapati respon Rizal yang di luar perkiraannya, ia menggeleng pelan, "Ngintipin sape lo sampe bintitan?" tanyanya lumayan keras hingga mengundang perhatian pengunjung kantin lainnya.

"Dasar anak setan! Pertanyaan lo gak mutu tau gak, malu-maluin gue lo!" Rizal mengkesal hingga menggeplak kepala Bobby yang duduk bersebelahan dengannya.

Melihat itu, Bima dan dua wanita yang ada disana tak dapat lagi membendung tawanya, kepolosan Bobby yang benar-benar murni sera sikap kasar Rizal menjadi perpaduan yang pas saat berdrama.

"Si Rijal ngintipin Mbak Suci sampe bintitan seminggu." tukas Nifa di sela tawanya, ia ingat jika dua minggu lalu Rizal mengalami penyakit bintitan itu, namun ia tak tau penyebab pastinya apa.

Syifa yang mendengar ucapan Nifa itu pun makin menjadi tawanya, Mbak Suci itu banci yang tinggal di samping sekolah, kerjaannya godain jantannya Kencana di waktu pulang sekolah.

"Gak nyangka Rijal sukanya yang belok gitu." sahut Bima memperkeruh suasana.

"Iya anjir! gue kira si Rijal sukamya yang belok begitu." tambah Bobby. Jenny itu perempuan seangkatan mereka yang dandanannya menor cetar membahana, lemah gemulai, dan juga alai.

Rizal yang mendengar itu refleks bergidik ngeri, "Ih amit–amit, jangan sampe gue sama tu cewek, apalagi modelan Mbak Susi, plis deh ya, lo pada jangan aneh aneh kalo ngomong, kit ati gue!" ucapnya panjang lebar dan mendramatisir.

" Bercanda doang kali Jal, makanya klo lagi ngumpul begini, lo jangan pada mainan hp, gak sopan !" tukar Nifa menasihati.

Syifa mengangguk, "Iya Jal, ya kali lo lebih milih setan gepeng dari pada kita-kita." tambahnya.

"Iya-iya, gue simpen." dan akhirnya, Rizal pun menyimpan ponselnya itu ke dalam saku celananya.

Tak lama, makanan yang dipesan pun datang, para pemesan pun langsung mengambil pesanannya masing-masing, Syifa yang membawa bekal pun ikut mengeluarkan bekalnya, dirinya memang sengaja tak ikut pesan karena sudah membawa makanan dari rumah.

Terhitung sudah dua hari sejak kepergian Azka ke Bali, Syifa selalu membawa bekal ke sekolah, ia jadi malas ke kantin karena tak ada lagi objek yang dijadikan cuci mata disana, jadi lebih baik membawa bekal dan berdiam diri saja di kelas.

My bad boy Azka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang