"Sahabat jahanam,'' suara Ailin datar seperti biasa dan terkesan angkuh serta tak berbelas kasih, lalu ia beranjak mengumpulkan jawabannya ke depan.

"Silahkan tunggu di luar ya, Lin!''

"Baik Bu.'' Ailin kemudian beranjak keluar.

Sesampainya di luar, ia bingung harus apa? Berdiam diri di depan kelas? Pergi ke kantin? Ke taman? Ke perpustakaan? Baiklah ia akan duduk-duduk saja di depan kelas dan bermain sosial media, agar tak bosan-bosan amat.

Selang waktu lima menit, terlihat Jovan keluar dari kelas. Rupanya ia juga cepat dalam mengerjakan soal. Ah, tentu saja dia juga sama pintarnya dengan Ailin maka tak heran jika dia mengerjakannya dengan cepat pula.

Jovan duduk di samping Ailin dengan bosan, ia ingin sekali berbincang-bincang namun rasanya enggan. Ailin kan apatis sekali dan terlalu dingin, bahkan sikapnya selalu tidak menyenangkan terhadap orang lain, takut tak dianggap jadinya. Ya, kalau menurut istilah anak zaman sekarang takut dikacangin.

Jovan pun yang merasa canggung memilih beranjak pergi dengan seiring Ailin mendengar suara kecapi di tengah suara gemercik hujan yang turun mengguyur bangunan sekolah bersama senandung kawih sabilulungan1, kawih pavoritnya. Seingat Ailin jam sekarang tak ada pelajaran seni budaya, baik kelas X, XI, ataupun kelas XII. Mungkin itu salah satu siswa yang sedang tak belajar di kelas karena tak ada guru. Ailin pun tertegun dalam afsun, sebab suaranya begitu lembut, anggun, cantik dan indah.

Sabilulungan dasar gotong royong

Sabilulungan sifat silih rojong

Sabilulungan genteng ulah potong

Sabilulungan persatuan tembong

Tohaga, rohaka

Teguh tangguh perbawa sabilulungan

Sadia, sajiwa

Segut singkil ngabasmi pasalingsingan

Sabilulungan hirup sauyunan

Sabilulungan silih pikaheman

Sabilulungan tulung tinulungan

Sabilulungan kukuh persatuan

Santosa samakta

Teuneng ludeung ngajaring

kawibaan

saihwan sapahan

Nagri nanjung berekah sabilulungan

Sesaat kemudian nyanyiannya berhenti dan petikannya berubah menjadi menyeramkan. Selagi itu, Jovan asyik mencari buku untuk dibaca karena benar-benar bosan menanti teman-temannya usai menyelesaikan ulangannya. Tiba-tiba ia mendengar seorang perempuan bernyanyi lagu bambung hideung2 yang dipercayai oleh sebagian orang Sunda mengandung hal-hal mistis.

"Siapa sih yang nyanyi? Berisik!'' katanya dengan nada setengah berteriak sambil mencari-cari sumber suara, namun tak ada siapa-siapa. Perpustakaan tersebut lenggang, penjaganya juga entah ke mana? Jadi hanya dirinya sendiri, lalu siapa yang bernyanyi? Pikirnya heran sekaligus agak takut.

Mungkin hanya perasaan saja, pikirnya lagi yang kemudian kembali mencari buku. Tak lama dari itu ia merasa sesuatu yang dingin berhembus di leher sebelah kanannya, ia pun berbalik dan tak ada apa-apa. Tak-tak-tak! Terdengar suara langkah kaki yang begitu keras menghampiri sehingga ia merasa lega, mungkin ada seseorang yang datang, tetapi dilihatnya tak ada siapa-siapa. Perasaankah? Tanyanya dalam hati sambil menelusuri setiap sudut ruangan.

Tahun Kabisat (New Version) -End-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang