07.30

159K 19.9K 5.5K
                                    

Hai, Vren!

Vren, aku targetin 5K vote dan 5K komen yaa buat next part🤗🧡

Absen jam berapa kamu baca part ini!

"Mau makan apa?" tanya Masnaka sembari membolak-balikkan menu di atas meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau makan apa?" tanya Masnaka sembari membolak-balikkan menu di atas meja. Ia dan Lengkara kini berada di kantin yang terletak di lantai dua sekolah.

"Makan kamu," jawab Lengkara cepat.

Masnaka berhenti membaca menu lalu menoleh ke arah gadis di hadapannya yang kini tengah berpangku tangan sambil cengengesan ke arahnya.

"Mesum," ujar lelaki itu lalu kembali melihat menu.

Lengkara tertawa pelan, sikap Masnaka akhir-akhir ini kembali dingin seperti beberapa waktu yang lalu.

Lengkara menoleh ke meja sebelah, di sana ada Prima dan si kembar. Keduanya sengaja memisahkan diri karena Lengkara mau fokus menyalin catatan Masnaka dan belajar mengejar ketertinggalannya sebagai anak baru di sekolah itu.

"Ka, soal yang ini gimana sih caranya?" tanya Lengkara sambil menunjukkan sebuah soal fisika kepada Masnaka.

Masnaka yang baru saja kembali setelah selesai memesan makanan langsung mengambil alih buku gadis itu.

"Impuls dan momentum?" ujar Masnaka setelah membaca soal. Tangannya bergerak mengambil alih pulpen yang sedari tadi Lengkara mainkan di antara bibir dan hidungnya.

"Mudah," ucap Masnaka lalu mulai menuliskan rumus yang bisa memecahkan soal itu.

"Belajar fisika itu sama dengan belajar memahami," ujar Masnaka, tangannya masih sibuk menulis jawaban dari soal itu.

"Fisika bukan hanya pelajaran sekedar menghapal rumus, tapi lebih ke bagaimana pemahaman tentang apa isi soal dan apa yang soal itu inginkan." Masnaka menyodorkan kembali buku itu ke pemiliknya.

"Paham?" tanyanya kemudian.

Lengkara terdiam membatu, ucapan Masnaka beserta soal dan jawaban di hadapannya.. Tak ada satupun yang ia paham.

Gadis itu tersenyum menipiskan bibirnya. Tangannya bergerak menutup semua buku pelajaran di atas meja. "Untuk sekarang gak paham dan gak mau paham."

Masnaka menghela napas pelan, ia kembali duduk tegap di kursinya. Namun rasa mual yang tiba-tiba datang membuat lelaki itu langsung menutup mulutnya menggunakan kepalan tangan.

Lengkara yang melihatnya mengerutkan kening. "Kenapa, Ka?" tanya gadis itu langsung.

Masnaka terdiam beberapa saat sebelum akhirnya berdehem pelan. "Gapapa," ucap lelaki itu sambil berdiri dari kursinya.

"Mau kemana, Ka?" tanya Lengkara ikut berdiri dari kursi.

"Toilet. Kamu tunggu di sini." Dan setelahnya Masnaka langsung meninggalkan kantin itu.

01.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang